Suamiku Bukan Ayah Dari Anakku
Seorang wanita dengan pakaian rapinya mengetuk pintu ruangan CEO. Sudah dua kali ketukan namun pintu tidak kunjung di buka.
“Nona Rei kita harus bertemu klien penting sekarang juga,” teriak seorang wanita bernama Keisha Karenza. Ia seorang asisten CEO, Reinata.
Pintu terbuka menampilkan wajah Reinata yang sedikit berkeringat. “Ayo cepat!”
Mendengar perintah dari atasan Keisha berjalan dengan langkah lebarnya di belakang Reinata, tangannya menenteng tas yang berisi persiapan untuk kontrak kerja sama dengan CEO dari BA Group.
Keadaan basemen sore itu cukup sepi. Keisha membukakan pintu untuk Reinata. Reinata masuk dan duduk di kursi belakang. Sementara Keisha duduk di kursi kemudi. Ia mulai melajukan mobilnya keluar dari perusahaan.
Laju mobil Keisha cukup cepat hingga membuat Reinata mengumpat. “Bisakah kau pelankan sedikit!” bentak Reinata.
Keisha melirik spion tengah, tangan Reinata sedang menghapus bagian pipinya yang tercoret lipstik. Dalam waktu sepuluh menit mobil yang di Kendari Keisha sampai di sebuah hotel yang cukup mewah.
Keisha dan Reinata berjalan menuju ruang rapat private. Dua orang penjaga yang berdiri di depan membukakan pintu untuk mereka.
Reinata masuk lebih dulu, ia tersenyum sangat manis pada pria yang duduk di kursi dengan jas rapinya sedang menatap ke arahnya.
Keisha menarik kursi yang berada di samping CEO BA Group. Ia mengeluarkan kontrak kerja sama dan menyimpannya di samping Reinata, sementara Keisha menyiapkan untuk presentasi.
CEO BA Group bernama Areliano Alankar. Pria dengan rahang tegas, memiliki lekukan hidung yang sangat indah. Serta sorot mata tajamnya yang di turunkan ayahnya membuat Areliano tampak lebih berwibawa dan cukup menakutkan. Manik hitam Areliano menatap arloji yang melingkar di tangannya. Ia bangkit dan berjalan menuju pintu keluar di ikuti kedua pengawalnya.
Mendengar derap langkah dari sepatu pantofel membuat Keisha menoleh. Sepertinya kontrak kerja hari ini akan sulit mereka dapatkan, apalagi dari yang Keisha dengar Areliano tidak menoleransi keterlambatan, dalam urusan waktu yang sangat berharga baginya.
Reinata tidak ingin kehilangan kesempatan, ia menarik tangan Areliano agar berhenti.
Areliano menatap tajam ke pada Reinata, tangan yang lainnya melepaskan lengan Reinata.
Keisha melihat sorot pandang jijik dari Areliano pada Reinata.
“Bisakah Anda meluangkan waktu sedikit saja, saya yakin Anda akan sangat tertarik dengan presentasi yang akan saya sampaikan,” bujuk Reinata.
Areliano tidak tertarik sama sekali, apalagi mereka sudah membuatnya menunggu. Langkah Areliano membuat Reinata hendak kembali mencegahnya, namun pengawal Areliano segera menghalangi Reinata.
“Minggir,” pekik Reinata. Namun pria itu tidak mengikuti perintah Reina.
Reinata yang kesal memutar tubuhnya menghadap Keisha. Tangannya mengambil kontrak kerja dan memukulkannya pada wajah Keisha.
“Kejar Areliano dan dapatkan tanda tangannya.”
Keisha mengambil kontrak kerja yang berada di lantai karena ulah Reinata. Ia berlari dengan sangat kencang menyusul Areliano.
Para pengawal Areliano segera menghalangi jalan Keisha. Tidak ingin kalah, Keisha berusaha untuk menghindar. Tubuhnya tepat di belakang Areliano, namun dua pengawal menarik tangan Keisha dengan cukup kencang hingga sepatu hak yang di gunakannya kehilangan keseimbangan dan tubuhnya jatuh ke lantai. “Bisakah Anda berhenti tuan Areliano, tolong selamatkan saya,” ucap Keisha.
Areliano tidak memedulikan ucapan wanita yang mengejarnya, kakinya tetap melangkah dan masuk ke dalam lift. Sebelum pintu tertutup Areliano dapat melihat dengan jelas wajah wanita yang terduduk di lantai dengan berkas di tangannya.
Keisha berusaha bangkit, ia tidak boleh kehilangan pekerjaannya. Dengan sekuat tenaga Keisha berlari dan menghentikan pintu lift yang hendak tertutup dengan tangan panjangnya hingga pintu lift terbuka kembali. “Tolong saya,” ucap Keisha dengan nada memohon.
Pengawal yang tadi menarik Keisha kini kembali dan menarik tangan Keisha yang menghalangi pintu lift. “Lepaskan jangan menghalangiku,” pinta Keisha.
Pengawal Areliano segera menekan tombol lift dan pintu tertutup dengan rapat.
Pengawal yang menahan tangan Keisha melepaskan cekalannya, setelah lift mulai turun.
Keisha memandang lift yang mulai turun dan menampilkan angka satu. Artinya Keisha tidak memiliki kesempatan. Ia kembali ke ruang rapat dengan wajah yang menunduk.
“Dasar bodoh! Mendapatkan tanda tangan Areliano saja tidak bisa. Dasar asisten tidak beguna,” teriak Reinata.
Keisha hanya seorang bawahan, ia tidak memiliki hak sedikit pun untuk melawan. Meskipun perasaannya cukup dongkol, ia sudah memberitahu Reinata satu jam sebelum acara pertemuan, bahkan Keisha sudah mengetuk pintu cukup lama. Yang membuat Resha semakin kesal ialah wanita yang kini berdiri di hadapannya malah sibuk mengurusi nafsunya, dan sekarang melimpahkan semua kesalahannya pada Keisha. “Maaf nona,” ucap Keisha dengan kepala yang menunduk.
“Maafmu saja tidak cukup, sekarang juga kau di pecat!”
Bak petir yang menyambar di tengah teriknya matahari membuat Keisha kesal bukan main. Tapi dia tidak berani menunjukkan rasa kesalnya. “Tolong jangan pecat saya Nona,” mohon Keisha. Hal yang paling Keisha benci adalah merendahkan dirinya sendiri di hadapan orang lain demi keluarganya.
“Kemasi barang-barangmu, saya tidak ingin melihat wajah menjijikkanmu lagi!”
Keisha merasa sangat di rendahkan. Ia yang kesal melemparkan kunci mobilnya ke atas meja rapat dan pergi dari sana.
Reinata melihat sikap yang seenaknya saja dari Keisha akan membuat wanita itu di blacklist oleh seluruh perusahaan.
***
Keisha membawa pulang barang-barang miliknya sebanyak satu kotak yang berada di dalam pangkuannya. Pandangannya tertuju pada jalanan sore yang di sertai hujan yang cukup deras.
Bus berhenti di sebuah halte, Keisha turun dan berjalan memasuki jalanan sempit menuju rumahnya.
Tubuh Keisha masuk begitu saja ke dalam rumah karena pintu tidak tertutup, ia duduk di kursi depan. Menyimpan barang miliknya di atas meja.
Tangan Keisha merogoh ponselnya dari dalam tas. Ia sungguh kesal melihat pemberitahuan jika kartu kredit miliknya sudah mencapai batas pemakaian.
Seorang wanita dengan wajah yang tampak sangat muda di usianya yang mencapai lima puluhan. Berbanding terbalik dengan wajah Keisha yang tampak sangat natural, tidak seperti wajah ibunya yang bak artis karena menjalani beberapa operasi di wajahnya. “Barang apa yang kau bawa?”
Keisha melirik dengan wajah lelah ke arah ibunya. “Barang-barang dari kantorku.”
“Untuk apa kau membawanya ke rumah?” tangan sang ibu bergerak mengambil remot untuk menyalakan pendingin ruangan.
“Aku di pecat, jadi ibu bayar sendiri tagihan kartu kredit milikku yang ibu pakai.” Keisha mengangkat barang miliknya dan pergi meninggalkan ruangan tamu menuju kamarnya.
Manik Ibu Keisha terbuka sempurna, ia cukup terkejut dengan ucapan anak semata wayangnya. Ponselnya berdering tanda pesan masuk dari tempat kecantikan langganannya berisi pemberitahuan untuk melakukan perawatan rutin wajahnya.
Karut kredit Keisha sudah tidak bisa di pakai dan ia tidak mungkin mengandalkan suaminya yang tidak berguna. Ia harus mencari cara agar tetap dapat melakukan perawatan besok. Ibu Keisha teringat akan temanya yang seorang munc’ikari. Ia hapal betul jika Keisha masih perawan, sepertinya ia akan mendapatkan uang banyak kali ini jika kesucian Keisha berhasil terjual.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments