NovelToon NovelToon

Suamiku Bukan Ayah Dari Anakku

Kesialan Keisha

Seorang wanita dengan pakaian rapinya mengetuk pintu ruangan CEO. Sudah dua kali ketukan namun pintu tidak kunjung di buka.

“Nona Rei kita harus bertemu klien penting sekarang juga,” teriak seorang wanita bernama Keisha Karenza. Ia seorang asisten CEO, Reinata.

Pintu terbuka menampilkan wajah Reinata yang sedikit berkeringat. “Ayo cepat!”

Mendengar perintah dari atasan Keisha berjalan dengan langkah lebarnya di belakang Reinata, tangannya menenteng tas yang berisi persiapan untuk kontrak kerja sama dengan CEO dari BA Group.

Keadaan basemen sore itu cukup sepi. Keisha membukakan pintu untuk Reinata. Reinata masuk dan duduk di kursi belakang. Sementara Keisha duduk di kursi kemudi. Ia mulai melajukan mobilnya keluar dari perusahaan.

Laju mobil Keisha cukup cepat hingga membuat Reinata mengumpat. “Bisakah kau pelankan sedikit!” bentak Reinata.

Keisha melirik spion tengah, tangan Reinata sedang menghapus bagian pipinya yang tercoret lipstik. Dalam waktu sepuluh menit mobil yang di Kendari Keisha sampai di sebuah hotel yang cukup mewah.

Keisha dan Reinata berjalan menuju ruang rapat private. Dua orang penjaga yang berdiri di depan membukakan pintu untuk mereka.

Reinata masuk lebih dulu, ia tersenyum sangat manis pada pria yang duduk di kursi dengan jas rapinya sedang menatap ke arahnya.

Keisha menarik kursi yang berada di samping CEO BA Group. Ia mengeluarkan kontrak kerja sama dan menyimpannya di samping Reinata, sementara Keisha menyiapkan untuk presentasi.

CEO BA Group bernama Areliano Alankar. Pria dengan rahang tegas, memiliki lekukan hidung yang sangat indah. Serta sorot mata tajamnya yang di turunkan ayahnya membuat Areliano tampak lebih berwibawa dan cukup menakutkan. Manik hitam Areliano menatap arloji yang melingkar di tangannya. Ia bangkit dan berjalan menuju pintu keluar di ikuti kedua pengawalnya.

Mendengar derap langkah dari sepatu pantofel membuat Keisha menoleh. Sepertinya kontrak kerja hari ini akan sulit mereka dapatkan, apalagi dari yang Keisha dengar Areliano tidak menoleransi keterlambatan, dalam urusan waktu yang sangat berharga baginya.

Reinata tidak ingin kehilangan kesempatan, ia menarik tangan Areliano agar berhenti.

Areliano menatap tajam ke pada Reinata, tangan yang lainnya melepaskan lengan Reinata.

Keisha melihat sorot pandang jijik dari Areliano pada Reinata.

“Bisakah Anda meluangkan waktu sedikit saja, saya yakin Anda akan sangat tertarik dengan presentasi yang akan saya sampaikan,” bujuk Reinata.

Areliano tidak tertarik sama sekali, apalagi mereka sudah membuatnya menunggu. Langkah Areliano membuat Reinata hendak kembali mencegahnya, namun pengawal Areliano segera menghalangi Reinata.

“Minggir,” pekik Reinata. Namun pria itu tidak mengikuti perintah Reina.

Reinata yang kesal memutar tubuhnya menghadap Keisha. Tangannya mengambil kontrak kerja dan memukulkannya pada wajah Keisha.

“Kejar Areliano dan dapatkan tanda tangannya.”

Keisha mengambil kontrak kerja yang berada di lantai karena ulah Reinata. Ia berlari dengan sangat kencang menyusul Areliano.

Para pengawal Areliano segera menghalangi jalan Keisha. Tidak ingin kalah, Keisha berusaha untuk menghindar. Tubuhnya tepat di belakang Areliano, namun dua pengawal menarik tangan Keisha dengan cukup kencang hingga sepatu hak yang di gunakannya kehilangan keseimbangan dan tubuhnya jatuh ke lantai. “Bisakah Anda berhenti tuan Areliano, tolong selamatkan saya,” ucap Keisha.

Areliano tidak memedulikan ucapan wanita yang mengejarnya, kakinya tetap melangkah dan masuk ke dalam lift. Sebelum pintu tertutup Areliano dapat melihat dengan jelas wajah wanita yang terduduk di lantai dengan berkas di tangannya.

Keisha berusaha bangkit, ia tidak boleh kehilangan pekerjaannya. Dengan sekuat tenaga Keisha berlari dan menghentikan pintu lift yang hendak tertutup dengan tangan panjangnya hingga pintu lift terbuka kembali. “Tolong saya,” ucap Keisha dengan nada memohon.

Pengawal yang tadi menarik Keisha kini kembali dan menarik tangan Keisha yang menghalangi pintu lift. “Lepaskan jangan menghalangiku,” pinta Keisha.

Pengawal Areliano segera menekan tombol lift dan pintu tertutup dengan rapat.

Pengawal yang menahan tangan Keisha melepaskan cekalannya, setelah lift mulai turun.

Keisha memandang lift yang mulai turun dan menampilkan angka satu. Artinya Keisha tidak memiliki kesempatan. Ia kembali ke ruang rapat dengan wajah yang menunduk.

“Dasar bodoh! Mendapatkan tanda tangan Areliano saja tidak bisa. Dasar asisten tidak beguna,” teriak Reinata.

Keisha hanya seorang bawahan, ia tidak memiliki hak sedikit pun untuk melawan. Meskipun perasaannya cukup dongkol, ia sudah memberitahu Reinata satu jam sebelum acara pertemuan, bahkan Keisha sudah mengetuk pintu cukup lama. Yang membuat Resha semakin kesal ialah wanita yang kini berdiri di hadapannya malah sibuk mengurusi nafsunya, dan sekarang melimpahkan semua kesalahannya pada Keisha. “Maaf nona,” ucap Keisha dengan kepala yang menunduk.

“Maafmu saja tidak cukup, sekarang juga kau di pecat!”

Bak petir yang menyambar di tengah teriknya matahari membuat Keisha kesal bukan main. Tapi dia tidak berani menunjukkan rasa kesalnya. “Tolong jangan pecat saya Nona,” mohon Keisha. Hal yang paling Keisha benci adalah merendahkan dirinya sendiri di hadapan orang lain demi keluarganya.

“Kemasi barang-barangmu, saya tidak ingin melihat wajah menjijikkanmu lagi!”

Keisha merasa sangat di rendahkan. Ia yang kesal melemparkan kunci mobilnya ke atas meja rapat dan pergi dari sana.

Reinata melihat sikap yang seenaknya saja dari Keisha akan membuat wanita itu di blacklist oleh seluruh perusahaan.

***

Keisha membawa pulang barang-barang miliknya sebanyak satu kotak yang berada di dalam pangkuannya. Pandangannya tertuju pada jalanan sore yang di sertai hujan yang cukup deras.

Bus berhenti di sebuah halte, Keisha turun dan berjalan memasuki jalanan sempit menuju rumahnya.

Tubuh Keisha masuk begitu saja ke dalam rumah karena pintu tidak tertutup, ia duduk di kursi depan. Menyimpan barang miliknya di atas meja.

Tangan Keisha merogoh ponselnya dari dalam tas. Ia sungguh kesal melihat pemberitahuan jika kartu kredit miliknya sudah mencapai batas pemakaian.

Seorang wanita dengan wajah yang tampak sangat muda di usianya yang mencapai lima puluhan. Berbanding terbalik dengan wajah Keisha yang tampak sangat natural, tidak seperti wajah ibunya yang bak artis karena menjalani beberapa operasi di wajahnya. “Barang apa yang kau bawa?”

Keisha melirik dengan wajah lelah ke arah ibunya. “Barang-barang dari kantorku.”

“Untuk apa kau membawanya ke rumah?” tangan sang ibu bergerak mengambil remot untuk menyalakan pendingin ruangan.

“Aku di pecat, jadi ibu bayar sendiri tagihan kartu kredit milikku yang ibu pakai.” Keisha mengangkat barang miliknya dan pergi meninggalkan ruangan tamu menuju kamarnya.

Manik Ibu Keisha terbuka sempurna, ia cukup terkejut dengan ucapan anak semata wayangnya. Ponselnya berdering tanda pesan masuk dari tempat kecantikan langganannya berisi pemberitahuan untuk melakukan perawatan rutin wajahnya.

Karut kredit Keisha sudah tidak bisa di pakai dan ia tidak mungkin mengandalkan suaminya yang tidak berguna. Ia harus mencari cara agar tetap dapat melakukan perawatan besok. Ibu Keisha teringat akan temanya yang seorang munc’ikari. Ia hapal betul jika Keisha masih perawan, sepertinya ia akan mendapatkan uang banyak kali ini jika kesucian Keisha berhasil terjual.

Unpredictable Night

Sebuah gedung tinggi milik BA grup berdiri dengan kokohnya. Di lantai paling atas terdapat ruangan khusus untuk CEO. Ruang yang cukup luas serta terdapat jendela berukuran besar. Berdiri seorang pria dengan tuksedo rapi, wajahnya masih tetap tampan meskipun usianya sudah tak muda lagi. “Ayah tidak mau tahu, Minggu ini pernikahan itu akan terselenggara.”

Areliano menghampiri ayahnya dan ikut berdiri di samping Arsya dan memandang gedung-gedung serta jalanan di hadapannya. “Berapa kali harus aku katakan, aku tidak tertarik untuk berkeluarga. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menikah,” tegas Areliano.

Arsya menghela nafasnya lelah, umurnya sudah tak muda lagi. Ia hanya ingin melihat anaknya menikah dan memiliki keluarga. “Kau hanya perlu memilih wanita dan menikah di pesta yang sudah ayah dan ibu siapkan. Ayah rasa itu bukan sebuah pekerjaan yang sulit, usiamu sudah cukup matang untuk menikah. Apa kau tidak kasihan pada ibumu. Bahkan dia mengancam akan membuat adik untukmu, jika menolak pernikahan kali ini.”

Areliano memilih mengalah. “Wanita mana yang harus aku bawa, bahkan aku tidak pernah tertarik pada hal yang sangat merepotkan.”

Arsya mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan data wanita kepada Areliano.

Areliano mengambil ponselnya dan melihat beberapa wanita yang ada di daftar yang di berikan Ayahnya. “Ternyata pria tua Bangka ini sangat bertekad,” batin Areliano.

Jari Areliano bergulir di atas layar. Tidak ada wanita yang menarik perhatiannya, hingga ia melihat wajah yang sangat familiar. Wanita yang ia temui tadi siang dengan wajah memohonnya, kini tampak tersenyum dengan wajah cantik di dalam foto. “Keisha Karenza.”

Arsya mencari nama wanita yang di sebutkan anaknya. Keisha Karenza seorang wanita berusia dua puluh empat tahun. Ternyata Aleriano memiliki selera daun muda seperti dirinya. Arsya tersenyum ke arah Areliano. “Baiklah, kalau begitu silakan lanjutkan pekerjaanmu.”

Areliano menggelengkan kepalanya saat mendengar siulan yang keluar dari mulut ayahnya. Bahkan kini langka pria tua itu tampak ringan tangan beban keluar dari ruangan Areliano.

***

Keisha sedang menikmati makan malamnya, sepiring nasi beserta satu potong ayam goreng. Tak ada waktu untuk mengeluh dalam menjalani hidup, meskipun rasanya ia ingin mati saja.

Gita, ibunya Keisha menghampiri meja makan dengan sebuah paper bag. “Pergi antarkan pesanan ini ke tempat teman ibu.”

“Apa mata ibu tidak bisa melihat, jika aku sedang makan?” tanya Keisha. Makanan di piringnya baru ia makan seperempat bagian.

Gita melirik jam yang menempel di dinding, ia tidak boleh membuat kliennya menunggu. “Kau sudah menjadi pengangguran, bisakah berguna sedikit saja!”

Tangan Keisha menggebrak meja. “Apa yang ibu katakan? Tidak berguna?”

“Iya kau memang anak tidak berguna, kelahiranmu saja adalah sebuah kesalahan. Dan ibu menyesal telah melahirkanmu,” ucap Gita berapi-api. Semua ucapannya adalah kebenaran. Andai saja ia tidak hamil dan melahirkan, suaminya tidak akan pernah berselingkuh dengan perempuan lain. Perselingkuhan suaminya menghasilkan kebangkrutan, yang menyebabkan mereka jadi miskin.

Keisha memilih pergi ke kamar dan berganti pakaian, ia mengambil paper bag dari atas meja dan pergi dengan perasaan kesal. Ponselnya berbunyi tanda notifikasi masuk, sebuah pesan dari ibunya berisi alamat.

Keisha menaiki angkutan umum untuk sampai di hotel. Ia turun di halte dan berjalan memasuki hotel yang cukup mewah. Dari pakaian orang-orang yang berlalu lalang di lobi saja dapat terlihat mereka memakai pakaian dari brand ternama.

Keisha langsung masuk ke dalam lift, ia menekankan tombol angka sembilan. Lantai yang akan ia kunjungi. Beberapa orang melirik pakaian Keisha, namun ia mengabaikan tatapan menghina dari mereka.

Tepat di lantai sembilan lift terbuka lebar, Keisha keluar dari lift dan berjalan mencari kamar dengan nomor seratus satu. Ia berjalan melewati lorong-lorong, dan melihat kamar dengan nomor yang ia cari. Seorang pria berjaga di depan.

“Saya ingin mengantarkan pesanan ini,” ucap Keisha pada pria yang berdiri di depan.

Pria dengan pakaian hitam lengkapnya tampak rapi, rambutnya tersisir ke sebelah kanan begitu mengkilap saat terkena pantulan cahaya lampu. Ia menatap wajah Keisha untuk memastikan tidak salah orang. Tangannya membuka pintu, “Silakan masuk.”

Dengan ragu Keisha melangkah masuk ke dalam. Pintu tertutup begitu saja. Saat masuk Keisha di hadapkan pada sebuah ruang tamu yang kosong, tidak ada orang di sana. “Permisi,” ucap Keisha.

Keisha terkejut saat pintu kamar tiba-tiba terbuka menampilkan wajah seorang pria bertel’anjang dada hanya menggunakan handuk saja. Rambutnya tampak basah dan berantakan. Entah sabun apa yang di pakai pria itu sampai wanginya dapat tercium dari tempat Keisha berdiri.

“Saya ingin mengantarkan sesuatu untuk Anda Tuan,” ucap Keisha menunjukkan paper bag yang ia bawa.

“Bawa masuk ke dalam.”

Suara pria tersebut terdengar sangat tegas, sepertinya ia bukan orang sembarangan. Tidak ingin membuat kesalahan Keisha berjalan masuk melewati tubuh pria itu, dan menyimpan paper bag yang ia bawa ke atas nakas yang ada di samping tempat tidur.

Sontak Keisha menengok saat mendengar suara pintu yang tertutup lalu di kunci. Ia melihat wajah datar pria itu yang berjalan ke arahnya.

“Kenapa Anda menguncinya? Aku harus segera pulang,” ucap Keisha.

Keisha takut bukan main saat melihat senyum mengerikan yang muncul dari pria di hadapannya.

Pria tersebut menghempaskan tubuh Keisha ke atas tempat tidur dan menindihnya. “Aku tidak suka bermain-main, baby.”

Jantung Keisha berdetak sangat kencang, ia tahu apa maksud dari pria itu. “Wanita sialan!” batin Keisha.

“Lepaskan aku,” ucap Keisha. Ia berusaha untuk bangkit, namun tubuh pria itu terlalu kuat menindihnya.

Tangan besar pria itu menyobek pakaian Keisha, hingga bagian atas tubuh Keisha terlihat sangat jelas.

Keisha menyilangkan tangannya di atas dada, ia sangat malu.

Pria tersebut kembali menyobek rok yang di gunakan Keisha, kini bagian inti yang tertutup kain berbentuk segitiga membuat batang miliknya berdiri. Dengan tidak sabar ia menarik kain segitiga berwarna merah muda tersebut dan cukup takjub melihat isinya, ia menyingkirkan tangan yang hendak menutupi surga dunianya.

“Jangan,” teriak Keisha. Pria di hadapannya sangat brutal dalam sekejap baju yang di kenakan Keisha sudah terkoyak. Ia ingin melarikan diri, namun pria itu menahan kakinya hingga Keisha tidak bisa pergi.

Keisha semakin memberontak saat pria itu mengarah benda lelakinya. “Lepaskan aku mohon, aku akan membayar ganti rugimu.”

Pria tersebut tidak tertarik dengan ucapan Keisha, kelembutan di depannya terlihat sangat menggodanya. Ia memasukkan benda miliknya, terdapat satu penghalang yang membuat pria itu tersenyum. Ia mengentak dengan sangat kencang hingga benda miliknya masuk sempurna.

Wajah Keisha meringis menahan sakit, hatinya sangat hancur. Sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya kini di renggut oleh pria yang tidak ia kenal sama sekali.

Reagan Lorencius Havelaar

Keisha membenci tubuh kotornya, ia melihat pria yang sudah memakai tubuhnya pergi ke kamar mandi. Tangan Keisha menyambar paper bag yang ia bawa dan mengeluarkan isinya. Ia sangat kesal melihat pakaian miliknya yang ada di dalam sana.

Dengan susah payah Keisha bangkit untuk berdiri, bagian bawahnya terasa sangat sakit. Pria itu menggagahi Keisha hampir dua jam lamanya. Keisha memakai baju dalam paper bag yang ia bawa. Kakinya menginjak baju yang berserakan di lantai.

Keisha menghapus air matanya yang turun begitu saja, ia berjalan dengan sangat perlahan keluar dari kamar tersebut.

Keisha masuk ke dalam lift dan menekan tombol paling atas. Sepertinya orang-orang di dalam lift tidak tertarik melihat penampilan Keisha dengan rambut yang berantakan serta bagian leher yang hampir penuh dengan bercak merah. Sudah biasa jika wanita bayaran keluar dari hotel ini. Beberapa pria kaya kerap memesan wanita.

Beberapa orang turun di beberapa lantai, kini hanya Keisha sendiri di dalam lift. Pintu lift terbuka di lantai paling atas. Lantai tersebut kosong, sepertinya hanya di gunakan untuk gudang saja. Kaki Keisha berjalan saat melihat pintu yang sedikit terbuka.

Keisha membuka pintu tersebut, terpaan angin langsung menyambut kedatangannya. Langkah Keisha berjalan ke ujung gedung. Ia naik ke pembatas gedung, pandangan turun ke bawah. Dia ingin sekali terjun ke bawah untuk mengakhiri hidupnya, namun ia tidak ingin semasa hidupnya hanya di isi penderitaan. Ada harapan dalam diri Keisha untuk sebuah kebahagiaan di masa depan. Meskipun sekarang semuanya sirna, tak akan ada lelaki yang mau dengan dirinya yang sudah kotor. “Aaaaaaaa,” teriak Keisha. Air matanya keluar begitu saja di iringi rasa sesak di dadanya.

Keisha terkejut saat tubuhnya di tarik ke belakang oleh seseorang. “Aaaw,” pekik Keisha saat tubuhnya membentur lantai.

“Bisakah anda bangun nona.”

Keisha terkejut saat mendengar suara seorang lelaki, ia segera bangkit dan menatap pria yang kini berdiri di hadapannya. “Anda siapa?”

“Saya Bert, asisten pribadi Tuan Areliano.”

Keisha tidak mungkin salah dengar, tapi ia tidak melihat pria ini bersama Areliano saat pertemuan tadi. “Saya tidak punya urusan dengan tuan Areliano.”

“Saya di minta tuan Arsya untuk menjemput Anda ke apartemen tuan Areliano.”

Wajah Keisha tampak kebingungan, ia tidak mengerti maksud dari ucapan Bert. “Untuk apa aku pergi ke apartemen tuan Areliano? Kan sudah aku bilang, aku tidak punya urusan. Karena aku bukan lagi karyawan Reinata.”

“Apakah nona tidak tahu, jika nona sudah di beli untuk menjadi pengantin tuan Areliano?”

Mata Keisha membola. “Apa di beli? Tidak ada perdagangan manusia, jangan mengada-ada!”

Bert mengeluarkan berkas dari tasnya, lalu memberikannya pada Keisha.

Keisha menerima berkas tersebut. Di halaman pertama bertuliskan surat perjanjian jual beli. Keisha membacanya dengan seksama di sana tertulis ayahnya menjadi pihak pertama dan tuan Arsya sebagai pihak yang membeli. “Apa-apaan ini aku tidak terima,” ucap Keisha.

“Perjanjian ini sudah di setujui oleh ayah Nona, kini nona resmi menjadi milik tuan Arsya. Dan tuan Arsya berhak melakukan apa pun terhadap Nona, termasuk menjadikan nona sebagai pengantin tuan Areliano.”

Keisha mengambil ponselnya dan menghubungi ayahnya. “Apa maksud Ayah, kenapa menjualku? Aku ini bukan barang, aku anak Ayah!”

[Berisik! Harusnya kau berterima kasih padaku. Kalau bukan karena aku, kau hanya akan jadi wanita miskin yang menyedihkan. Kau harusnya berterima kasih, karena aku kini kau akan hidup enak]

“Sebegitu tidak berharganya diriku, sampai ayah tega menjualku?” Tanya Keisha.

[Memang, kau tidak berharga! Hanya seonggok daging yang membuat hidupku sial.]

Tangan Keisha terkepal erat, ia menutup sambungan teleponnya. Sudah tak ada lagi harapan untuk ia hidup, kini ia tak punya masa depan untuk memilih kehidupan yang ia inginkan. Keisha hendak melompat dari atap gedung.

Bert bertindak cepat dengan memukul bagian kepala belakang Keisha, hingga tubuh wanita itu lunglai dan Bert segera membawa tubuh Keisha ke apartemen Areliano.

Sementara di kamar tempat Keisha kehilangan kesuciannya, seorang pria keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkapnya. Tidak mendapati gadis sewaannya ia keluar dari kamar.

Pengawal pribadinya menunduk hormat saat berpapasan dengan Tuannya, Reagan Lorencius Havelaar. “Ke mana wanita itu?”

“Dia sudah pergi Tuan,” jawab pengawal Reagan.

***

Areliano tengah berada di apartemen miliknya, ia tengah menyesap secangkir teh di ruang kerjanya. Di depannya monitor tampak menyala.

Bunyi ketukan dari pintu ruangannya membuat Areliano berdecap, ia sedang bekerja tapi ada saja orang yang ingin mengganggu kesenangannya. “Masuk!”

Bert masuk ke dalam, ia membungkuk memberi hormat. “Nona Keisha sudah berada di kamar, namun ia masih belum sadarkan diri.”

“Urus dia, aku tidak ingin di repotkan untuk hal yang sangat tidak penting. Jangan menggangguku!”

“Baik Tuan.” Bert pergi keluar dari ruangan Areliano. Sementara Areliano kembali fokus pada pekerjaannya.

Bert kembali ke kamar Keisha. Ia duduk pada sofa yang ada di kamar tersebut, dirinya mengeluarkan iPad. Dia harus mengatur ulang jadwal Areliano, untuk mengosongkan jadwal di hari pernikahan tuanya.

Sudah setengah jam berlalu, dan pekerjaan Bert sudah selesai. Namun Keisha belum sadar juga. Bert ingin pulang dan beristirahat. Ia menghampiri tubuh Keisha, tangannya mengambil segelas air putih yang ada di samping tempat tidur.

Byur! Air dari gelas yang berada di tangan Bert mengalir deras menerpa wajah Keisha.

Tangan Keisha mengusap wajahnya yang terasa basah. Ia membuka matanya dan di suguhkan wajah datar Bert. “Apa yang kau lakukan?”

“Membangunkan Nona,” jawab Bert. Ia mengeluarkan kembali surat perjanjian yang sudah di sepakati oleh Ayah Keisha.

“Mohon di baca baik-baik Nona!”

Keisha bangkit dan membaca isi perjanjian tersebut. Pihak pertama telah menjual putri bernama Keisha Karenza, dan tidak berhak sedikit pun untuk mencampuri kehidupannya.

Yang kedua Keisha Karenza telah resmi di keluarkan dari keluarga Barman dan resmi menjadi anak yatim-piatu. “Tega sekali mereka memperlakukan aku seperti barang,” batin Keisha.

Yang ke tiga mulai hari ini Keisha Karenza resmi menjadi milik tuan Arsya. Jika pihak pertama melanggar maka harus mengembalikan uang sebesar lima triliun. “Apa?” pekik Keisha.

“Ada yang nona tidak mengerti?”

Keisha menggelengkan kepalanya. Ia hanya terkejut dengan uang yang harus ia bayar sebesar lima triliun jika ingin bebas dari tuan Arsya. Mengumpulkan ratusan tahun pun sepertinya ia tidak sanggup, apalagi kini ia hanya seorang pengangguran. “Kapan pernikahanku dan Areliano di selenggarakan?”

“Tiga hari lagi, dan besok nona harus mempersiapkan diri untuk mencoba baju pengantin.”

Sepertinya sudah pupus harapan Keisha, ia tidak bisa keluar dari takdir ini. Dirinya hanya bisa pasrah menjalani kehidupannya yang sudah di atur oleh orang lain.

“Nona jangan berpikir untuk kabur, karena tuan Arsya tidak akan pernah memberikan ampunan.”

Keisha bisa saja melarikan diri, tapi ia sadar betul pengaruh BA Grup di negara ini. Sekalipun ia kabur sepertinya ia hanya akan menjadi gelandangan dan kembali tertangkap. Sadar akan dirinya yang kini bahkan tak memiliki uang sepeser pun karena Keisha di pecat secara tidak hormat oleh Reinata. Jangan tanyakan saldo ATM-nya bahkan di akhir bulan seperti ini ia hanya memiliki uang receh saja, karena gajinya habis untuk menghidupi keluarga serta membayar tagihan kartu kredit yang di gunakan ibunya.

Bert mengambil paper bag dari atas nakas. “Ini ponsel baru nona, dan ponsel lama nona sudah saya berikan kepada Tuan Arsya.”

Keisha tidak tertarik dengan benda tersebut. “Simpan saja!”

Bert menyimpan kembali ponsel tersebut. “Kalau begitu saya permisi,” ucap Bert. Ia keluar dari kamar Keisha.

Setelah kepergian Bert tidak ada yang bisa Keisha lakukan. Ia sekarang seperti orang linglung yang tidak tahu harus melakukan apa.

Bahkan untuk merutuki nasib malangnya pun sudah tidak ada gunanya lagi. Tak ada siapa pun yang peduli pada dirinya. “Tuhan kau sudah mengambil harta yang paling berharga dariku, bahkan kini aku harus menikahi pria hanya karena ayahku tega menjualku. Tidak bisakah kau beri sedikit kebahagiaan untukku, aku sudah lelah menjalani hidup yang menyedihkan terus-menerus seperti ini,” batin Keisha. Ia menghapus air matanya, mengambil nafas sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya.

Keisha bangkit dari duduknya. Tangan Keisha membuka gorden yang ada di kamarnya. Kini pemandangan kota dari kamarnya terlihat sangat cantik. Keisha duduk di lantai memeluk lututnya dengan sangat erat, menikmati gemerlapnya kota kelahirannya.

Sudah satu jam ia duduk di lantai hingga kakinya terasa kesemutan, bahkan perutnya terasa lapar. Keisha teringat jika ia hanya makan malam sedikit saja.

Keisha berjalan keluar dari kamar, begitu pintu terbuka matanya langsung di suguhi dapur terbuka yang menyatu dengan ruang makan. Ia mengambil langkah mendekati lemari pendingin dan membukanya.

Keisha mengambil satu bungkus roti beserta satu botol susu. Ia membawa makanannya ke meja makan.

Keisha membuka bungkusan roti dan mulai menikmatinya. Roti dengan toping keju dan coklat terasa sangat berbeda dengan roti yang biasa ia makan. Sepertinya harga roti yang ia makan cukup mahal harganya. Apalagi seorang CEO BA Group tidak mungkin makan roti murahan.

“Kenapa kau memakan makananku?”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!