Mobil yang di Kendarai Bert sudah sampai di rumah milik Areliano. Ia membukakan pintu untuk tuannya.
Areliano menatap Keisha yang tertidur dengan menyandar pada bahunya. Sepanjang perjalanan Keisha tertidur, tapi Areliano tidak tega membangunkannya. Akhirnya ia memilih membawa tubuh Keisha ke kamar miliknya.
Feriska yang melihat Keisha tertidur sangat kasihan pada menantunya yang kelelahan. Ia ikut masuk ke dalam kamar untuk berbicara sebentar pada anaknya. “Areliano jika Keisha terbangun ibu hangatkan sup untuk istrimu.”
Areliano mengangguk dan merebahkan tubuh Keisha ke atas tempat tidur.
“Ibu sangat ingin membawa Keisha berbelanja, nanti sampaikan padanya ya.”
“Iya Bu,” Jawab Areliano.
Feriska keluar dari kamar dan berjalan ke kamarnya. Di sana ada Arsya yang tengah duduk bersandar pada dipan. Tangan Feriska mengelus tangan suaminya. “Sayang,” panggil Feriska.
Arsya menyimpan ponselnya dan menatap serius pada istrinya. “Ada apa?”
“Aku melihat mata Keisha bengkak, nanti berikan nasihat pada Areliano ya. Aku khawatir dengan pernikahan mereka.”
“Anak kita sudah dewasa sayang, tidak perlu menghawatirkannya lagi ya.”
Meskipun kepala Feriska menangguk tapi ia tidak bisa menghilangkan rasa khawatirnya itu. Meskipun Areliano tumbuh dewasa, tapi Feriska masih saja mengkhawatirkan putra semata wayangnya.
Di kamarnya Areliano tengah mengompres mata istrinya yang bengkak. Ada rasa sesak melihat wajah Keisha tidak seceria pagi hari. Areliano sedikit memikirkan ucapan Keisha yang mengatakan bahwa Reagan memarahinya. Tapi jika mengingat sifat Reagan, Areliano yakin pria itu tidak akan sembarangan memarahi karyawan jika tidak melakukan kesalahan.
Ada rasa sedikit penyesalan membiarkan Keisha bekerja di tempat lain, tapi ia juga tidak mau mencampurkan urusan pribadi dengan urusan perusahaan.
“Ini apa?” lenguh Keisha saat terbangun dari tidurnya. Ia merasakan sesuatu yang basah menempel di kelopak matanya.
Areliano menarik handuk yang mengompres mata sembab Keisha.
Keisha membuka matanya. Ia melihat Areliano yang ada di samping tubuh Keisha dengan pakaian tidurnya.
Keisha bangun dari posisi tidurnya, ia melihat alat kompres yang ada di dekat suaminya. “Terima kasih.”
“Bersihkan tubuhmu,” titah Areliano. Ia membawa alat kompres dan pergi ke dapur untuk menghangatkan makanan yang di buatkan ibunya.
Keisha melirik ke seluruh penjuru, ia merasa asing dengan tempat ini. Seingatnya ia dan Areliano dalam perjalanan menuju rumah, dan ia tidak tahan dengan rasa kantuk. Pipi Keisha bersemu merah membayangkan betapa baiknya Areliano yang membawa tubuh Keisha yang tertidur dan menidurkannya di kamar ini. “Mengapa Areliano sebaik itu?” tanya Keisha di dalam benaknya. Keisha merasa sedikit beruntung dengan kehidupannya yang sekarang, kini ia di kelilingi oleh-oleh orang baik yang sangat perhatian. Terkecuali Reagan, pria itu terlalu jahat seperti peran antagonis di dalam novel. Mengingatnya saja berhasil membuat Keisha kesal dan ada rasa takut dalam diri Keisha. Beruntung besok hari libur, ia tidak perlu bertemu dengan Reagan.
Setelah puas dengan lamunannya, Keisha membersihkan tubuhnya. Kini Keisha berdiri di walk in closet kamarnya, di sana tidak hanya ada baju Keisha saja bahkan baju milik Areliano pun ada. Sepertinya mulai hari ini, Keisha akan tidur seterusnya bersama Areliano.
Keisha memakai baju tidur dan keluar dari kamar, ia cukup kebingungan kala membuka pintu ia di suguhkan dengan pemandangan ruang santai keluarga. Terdapat televisi yang hampir memenuhi dinding, perkiraan Keisha televisi tersebut memiliki ukuran sekitar tiga ratus inchi. Dengan sofa santai dan karpet lantai yang terlihat sangat nyaman.
Dari tempatnya berdiri Keisha melihat Areliano. “Ini rumahmu?”
Areliano mengangguk. “Kau belum makan malam, aku sudah menyiapkannya.” Areliano berjalan ke ruang makan, di ikuti Keisha yang mengekor di belakangnya.
Areliano menarik kursi untuk Keisha duduk. “Makanlah,” ucap Areliano. Ia pergi dari ruang makan untuk mengecek ruang kerjanya.
Keisha duduk, ia menatap satu mangkuk nasi dengan sup daging. Aromanya sangat menggoda, ia memakannya dengan sangat lahap.
Feriska masuk ke ruang makan untuk mengambil air, ia melihat menantunya tengah makan. Lalu Feriska memilih duduk di samping Keisha. “Kau suka?”
Keisha menghentikan aktivitas makanannya dan menengok ke samping. “Iya Bu. Ini enak,” jawab Keisha.
“Ibu senang jika kamu menyukai masakan ibu. Silahkan lanjutkan makanya.”
Keisha mengangguk dan Kembali memakannya sampai habis. Feriska mengambilkan minum serta jamu yang ia bawa kemarin. “Minumlah Keisha,” pinta Feriska.
Keisha menerima dan langsung meminumnya hingga habis, ini botol ketiga yang ia minum. Kini mulutnya sudah terbiasa dengan jamu tersebut.
“Keisha,” panggil Feriska dengan nada lembutnya.
“Iya Bu.” Keisha cukup terkejut saat tubuhnya di dekap Feriska.
“Ibu tahu jika kamu terpaksa menikah dengan Areliano, karena ayahmu tega menjual kamu pada suamiku. Tapi ibu mohon cintailah Areliano, ibu ingin kamu yang menjadi satu-satunya wanita yang akan menemani Areliano.”
Keisha mendengar nada khawatir dalam ucapan ibu mertuanya. Tangan Keisha membalas pelukan Feriska. “Keisha akan berusaha memberikan yang terbaik.”
Feriska merasa sedikit tenang mendengar jawaban dari Keisha. Ia melepaskan pelukannya. “Apa Areliano sudah memberitahu jika besok ibu ingin mengajakmu untuk pergi belanja?”
Keisha menggelengkan kepalanya. “Persiapkan dirimu ya, besok ibu akan menguras energimu,” ucap Feriska dengan wajah jahilnya.
***
Pagi harinya Keisha sudah siap dengan pakaian santainya. Areliano berdiri di samping istrinya yang sedang merias wajahnya. “Hati-hati ya,” ucap Areliano.
Keisha berdiri dan menghadap Areliano, wajahnya tersenyum ke arah suaminya. “Iya.”
“Ibu sudah menunggu di depan.”
Keisha berjalan keluar dari kamar. Sementara Areliano memilih menghabiskan waktu liburnya dengan tumpukan pekerjaan, di ruang kerjanya.
Feriska membawa Keisha ke sebuah mall di pusat kota. “Ayo,” tangan Feriska menarik Keisha untuk mengikutinya. Toko pertama yang mereka masuki menjual pakaian.
Keisha melihat ibu mertuanya yang tampak bersemangat melihat koleksi toko. “Ayo Keisha pilih baju yang kamu suka.”
Keisha ikut melihat-lihat koleksi baju meskipun ia tidak berniat untuk membelinya. Baju yang di belikan oleh Areliano cukup banyak, dan Keisha merasa tidak membutuhkan baju baru.
Dari kejauhan Luisa melihat Feriska yang tengah memilih baju. Ia menarik tangan Reagan untuk ikut. Dengan langkah malasnya Reagan mengikuti langkah Luisa. “Omaa,” panggil Luisa.
Feriska menengok ke arah suara yang memanggilnya. “Luisa,” teriak Feriska begitu melihat anak pertama Fiona, sahabat dekatnya.
Lusia berdiri di depan Feriska dengan wajah gembiranya. “Aaa akhirnya aku ada teman berbelanja.”
Keisha menatap Reagan yang ada di belakang tubuh Luisa. Begitu juga dengan Reagan yang menatap Keisha.
“Fiona tidak ikut?” tanya Feriska.
“Momy ke luar kota bersama Dady,” jawab Lusia. Ia menatap Reagan. “Kau pergi saja, aku sudah ada teman.”
“Kau sudah memaksaku untuk ikut dan sekarang mengusirku begitu saja?” ucap Reagan kesal.
Luisa menatap heran pada Reagan. “Itu pilihan terbaikmu, kau bisa membantuku membawa barang-barang belanjaanku.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments