Keisha bangun pagi seperti biasanya. Ia melirik ke samping tempat tidurnya ada Areliano yang masih tertidur pulas. Keisha tidak tahu kapan pria itu harus bangun, menurut Keisha ini masih pagi. Ia tidak ingin mengganggu tidur suaminya. Keisha pergi ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Selesai dengan rutinitas paginya Keisha masuk ke walk in closet. Menatap pakaian pria yang berjajar rapi. Keisha melupakan hal itu, di sini tidak ada baju wanita. Semuanya baju milik Areliano. Keisha tidak ingin berlama-lama menggunakan handuk, rasanya cukup dingin. Akhirnya Keisha mengambil kemeja putih milik Areliano. Saat Keisha membuka pintu ia terkejut mendapati Areliano berdiri tepat di depannya.
Pandangan Areliano jatuh pada pakaian yang di kenakan Keisha. Ia melupakan satu hal, tidak mungkin ia membiarkan Keisha keluar dengan pakaian miliknya. Apalagi Keisha harus pergi bekerja. Areliano mengambil ponselnya dan menghubungi Bert. [Selamat pagi tuan, ada yang bisa saya bantu?]
“Bert belikan baju kerja untuk Keisha, sekarang juga,” perintah Areliano. Setelah memberi perintah ia masuk ke kamar mandi untuk bersiap.
Begitu teleponnya di tutup Bert sangat heran dengan permintaan Areliano. Sepagi ini sudah meminta di belikan pakaian, bahkan kemarin Bert baru saja mengisi koleksi baju kerja milik Keisha di walk in closetnya.
Keisha diam di dalam kamar, bingung untuk melakukan aktivitas apa. Dia tidak mungkin juga menyiapkan sarapan dengan pakaian milik suaminya. Kini ia hanya menunggu Bert datang membawa pakaian yang di minta Areliano.
Areliano sudah siap dengan pakaian kerjanya, rambutnya tersisir dengan rapi. Tubuh tegapnya terbalut dengan tuksedo. Aroma parfum mahalnya menguar ke seluruh penjuru kamar.
Keisha bangkit dari duduknya dan menghadap suaminya. “Apa Bert masih lama?” tanya Keisha tidak sabar. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh tapi Bert belum juga datang.
“Mungkin sebentar lagi,” jawab Areliano.
Kepala Areliano dan Keisha sontak menengok ke arah pintu yang di ketuk dari luar. “Areliano, Keisha ini sudah pagi,” teriak Feriska.
“Apa kalian kelelahan setelah semalaman bergulat?” Hening sejenak. Areliano dan Keisha tidak tahu harus menjawab apa.
“Kalau begitu ibu tunggu kalian lima belas menit lagi untuk sarapan. Jangan terlambat, serta lakukan ciuman di pagi hari. Agar lebih mesra,” Feriska sengaja berbicara asal. Ia masih kesal dengan Areliano.
Areliano teringat akan ucapan ibunya yang memuji dirinya karena cukup agresif memberikan tanda di leher Keisha. Ia tidak mungkin keluar terlambat sarapan pagi tanpa bekas sedikit pun. Areliano hafal betul sikap teliti sang ibu, ia tidak bisa menambah kecurigaan ibunya. “Aku akan melakukan sedikit ciuman agar ibu tidak curiga.”
Keisha hanya mengangguk kecil. Ini hanya sekedar ciuman, dan Keisha menganggapnya sebagai perintah atasan pada bawahan.
Areliano mengimpit tubuh Keisha ke tembok, ia menatap mata Keisha yang tampak segar. Pandangannya turun pada bibir Keisha. Areliano mendekatkan wajahnya dan menyambar bibir Keisha. Ia menghisapnya dengan sangat lembut, aroma dari pasta gigi terasa begitu menyegarkan.
Areliano larut dalam ciumannya, dia cukup senang karena Keisha membalas ciumannya dengan cukup agresif. Tangan Areliano merapatkan tubuh mereka hingga menempel sempurna. Ciuman Areliano turun ke leher Keisha, ia memberikan tanda di leher Keisha.
Untuk pertama kalinya setelah berhubungan dengan Reagan, Keisha merasakan gai’rahnya muncul ke permukaan. Giginya mengigit kecil bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan des’ahan yang akan mempermalukan dirinya.
Gai’rah Areliano bangkit, ia menggeser tubuhnya dan tubuh Keisha tanpa melepaskan ciumannya. Areliano mendorong tubuh Keisha hingga jatuh ke atas tempat tidur. Tubuh Areliano berada di atas Keisha, tangannya kini tak tinggal diam. Bergerak menyingkap baju miliknya yang menutupi paha Keisha.
Keisha semakin kalang kabut saat merasakan gelenyar panas saat tangan Areliano meraba pahanya. Bahkan ia merasakan sesuatu benda yang mengeras di balik celana suaminya.
Puas memberikan tanda di leher Keisha, ciuman Areliano semakin turun ke bawah mendekati gundukan kenyal milik istrinya.
Ketukan di pintu kamar membuat Areliano menghentikan aksinya.”Areliano, Bert menunggumu di depan.”
Areliano mendengar suara teriakan sang ibu. Ia menarik diri dan mengatur nafasnya. Ia menatap tubuh Keisha yang masih berada di posisinya. Leher Keisha cukup penuh dengan tanda ciuman yang di berikan Areliano. “Sepertinya aku terlalu larut dalam permainan,” batin Areliano.
Keisha menyadari pandangan Areliano pada bagian gundukan kenyalnya yang sedikit terbuka, dengan nafasnya yang terengah ia menutupi gundukan kenyalnya dengan telapak tangan. Ia tidak menyangka ciuman itu membuat sisi lain dari Keisha bangkit, ada rasa tidak rela kegiatannya terhenti. Ciuman barusan tak menakutkan seperti saat dirinya di setu’buhi Reagan.
“Tunggu di sini.” Areliano berjalan keluar dari kamar menuju ruang depan. Di sana Bert tengah berdiri dengan paper bag di tangannya.
“Ini tuan,” ucap Bert menyerahkan pesanan Areliano.
Feriska bergerak cepat mengambil paper bag itu, dan mengeluarkan isinya. “Ini apa Areliano?”
Areliano diam membisu, ia tidak menyangka ibunya akan datang dan merebutnya.
Tidak kunjung mendapat jawaban Feriska mengetuk pintu kamar Areliano. “Cepat keluar Keisha.”
Keisha yang sedang duduk di dalam sedikit bimbang, Suaminya menyuruh untuk menunggu. Tapi mengapa mertuanya meminta keluar.
“Cepat Keisha.”
Kali ini Keisha mendengar suara mertuanya yang tampak berbeda dari biasanya, tidak ingin membuat ibu mertuanya marah. Keisha terpaksa keluar menggunakan kemeja milik Areliano.
Pandangan Bert tidak terkejut dengan pakaian Keisha, namun fokusnya pada leher Keisha yang terdapat bercak merah. “Apa mereka melakukannya?” Batin Bert.
Feriska tidak ingin terpengaruh dengan leher Keisha yang penuh dengan tanda ciuman, Feriska tetap pada pendiriannya. “Kalian berani mengecewakan ibu?” tangan Feriska melemparkan kunci dari sakunya ke atas meja hingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring.
Areliano menatap benda yang di lemparkan Ibunya. “Sial kunci itu,” batin Areliano.
Keisha yang melihat kunci kamar mandi miliknya baru teringat, ia melupakan hal itu dan tidak menjaganya dengan baik.
“Mulai hari ini kalian akan pindah, dan tinggal bersama ibu,” putus Feriska.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Uciha Rere
Pembaca pertama nih. Dapat hadiah kah???
2023-02-15
2