Manusia Pelit

"Kenapa kau memakan makananku?”

Saking terkejutnya Keisha tersedak makanya sendiri, ia membuka botol susu dan segera meminumnya untuk melegakan tenggorokannya.

“Sekarang kau meminum susu milikku juga!” Bentak Areliano.

“Maaf, tapi ini hanya sepotong roti dan susu saja. Aku sangat lapar,” ucap Keisha. Ia tidak berani menatap wajah Areliano. Dari suara tegasnya saja sudah membuat Keisha ketakutan, apalagi kejadian siang tadi membuatnya teringat akan sikap Areliano.

Areliano sungguh kesal dengan tingkah Keisha yang seenaknya saja memakan makanan miliknya. Apalagi roti dan susu itu akan menjadi sarapan pagi untuknya. Kini makanan itu sudah di lahap oleh calon istrinya.

Tanpa banyak bicara lagi Areliano memilih pergi dan masuk ke dalam kamarnya. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Bert. “Mengapa kau tidak memberitahunya untuk tidak menyentuh makananku?”

Bert yang baru saja bangun karena panggilan dari Areliano langsung menjauhkan ponselnya begitu mendengar suara bentakan Areliano. “Maaf tuan, saya lupa memberitahunya,” jawab Bert.

“Besok pagi kamu harus datang lebih cepat dan sediakan sarapan untukku dan wanita itu. Serta pastikan dia tidak akan pernah menyentuh makananku!”

“Baik Tuan.”

Areliano menutup teleponnya, ia bersiap untuk pergi tidur.

Keisha memilih melanjutkan makannya, setelah pintu tertutup. Selesai menghabiskan makanannya ia membuang sampah dan pergi ke area depan. Sebuah ruang tamu minimalis dengan dua sofa, satu meja serta hiasan dinding. Ia tidak berpikir jika CEO BA Grup tinggal di apartemen yang cukup sempit ini. Jika di bandingkan dengan tempat tinggal Reinata yang baik istana, sepertinya Areliano memiliki standar manusia yang tidak wajar. Bukankah orang-orang gencar mencari kekayaan untuk mereka nikmati, tapi mengapa Areliano memilih menyimpan hartanya. Memikirkannya saja membuat Keisha kebingungan.

Keisha duduk di sofa, menyandarkan punggungnya. Ia menatap hiasan dinding lukisan yang tampak abstrak. Sekelebat wajah pria yang mengambil kesuciannya terlintas begitu saja di kepala Keisha. Ia menghela nafasnya lelah, perlakuan pria itu sangat kasar dan tidak sabar.

Pagi harinya Areliano keluar dari kamar dengan pakaian lengkapnya untuk pergi ke kantor. Saat membuka pintu kamar sudut matanya menangkap sesuatu benda yang tak seharusnya ada di ruang tamu miliknya. Kepala menengok untuk memastikan. Areliano cukup kesal saat mendapati ternyata Keisha yang tertidur di sofa. Melihat ruang tamunya yang di pakai tidur Keisha membuat kepala Areliano sedikit pusing, pasalnya ia cukup terganggu dengan kehadiran Keisha yang tiba-tiba masuk dalam hidupnya.

Bert yang masuk dengan kunci cadangan langsung beradu pandang dengan Areliano. Manik hitam Areliano bergerak ke arah tubuh Keisha. Bert mengikuti arah pandang Keisha. “Aku akan mengurusnya,” ucap Bert.

Langkah ringan Areliano berjalan menuju meja makan, ia menemukan serpihan kecil roti yang ada di atas meja makan miliknya. Kesabaran Areliano seperti di uji oleh Keisha, ia sangat kesal meja makan miliknya kotor seperti ini.

Areliano memilih pergi dari ruang makan, dirinya sudah tak berselera untuk sarapan pagi. Ia kembali ke ruang tamu dan melihat Bert yang sedang membangunkan Keisha. “Aku tunggu di mobil.”

Bert melirik ke arah Areliano, dan mengangguk. Tubuh Areliano menghilang di balik pintu.

“Nona bangun,” ucap Bert yang ke sekian kalinya. Ia menepuk pipi Keisha untuk yang pertama kalinya.

Keisha terbangun dari tidurnya, dengan tubuh yang terasa pegal-pegal. “Ada apa?”

“Nona tidak boleh tidur sembarangan seperti ini,” ucap Bert memperingati. Ia berjalan ke meja makan untuk menyimpan sarapan milik Areliano dan Keisha. Namun pandangannya langsung tertuju pada remahan roti di atas meja. Bert segera kembali ke ruang tamu, di sana Keisha tengah menggosok kedua kelopak matanya. “Nona tidak boleh meninggalkan kotoran sedikit pun di atas meja, dan di semua ruangan ini,” ucap Bert memperingati.

“Ada apa sih Bert, ini masih pagi. Kenapa kau marah-marah?”

“Tuan Areliano tidak suka ruangannya kotor sedikit pun, jadi pastikan nona tidak menyentuh benda apa pun di rumah ini. Dan jangan ambil makanan di dalam lemari pendingin. Jika ingin makan hubungi aku saja. Pastikan rumah ini bersih sebelum tuan Areliano pulang dari kantor.”

Keisha seperti mendapat pidato yang panjang dan lebar di pagi hari. Ia hanya mengangguk menyetujuinya. “Baik,” jawab Keisha.

“Kalau begitu saya berangkat dulu, sarapan ada di meja makan. Jangan tinggalkan kotoran sedikit pun di atas meja makan,” untuk yang kedua kalinya Bert memperingati Keisha. Ia teringat sesuatu yang ia beli di apotek. “Ini salep untuk menyembuhkan memar di leher nona, dan jangan pernah berpikir untuk tidur dengan pria lain lagi. Sebentar lagi nona akan menjadi istri dari CEO BA Group.”

Keisha menerima salep tersebut. “Terima kasih.”

“Kalau begitu saya permisi.” Setelah berpamitan Bert keluar dari apartemen segera menyusul Areliano.

Keisha pergi ke kamar miliknya, ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Keisha berdiri di depan wastafel untuk menggosok giginya. Ia terkejut saat melihat pantulan dirinya. Bagian leher Keisha penuh dengan bercak merah yang tampak memar. Tangan Keisha merabanya, tapi bagian tersebut tidak sakit. Seumur hidupnya yang baru berusia dua puluh empat tahun, untuk pertama kalinya ia mendapatkan tanda kiss Mark. Keisha tidak bisa mengingat dengan betul bagaimana detail pria itu menggagahinya, yang ia rasakan seluruh tubuhnya sakit dan ia terus berdoa agar waktu cepat berlalu.

Keisha menggosok giginya dan segera membersihkan tubuhnya. Dengan handuk yang melilit di tubuhnya, ia kembali ke wastafel untuk mengambil salep dan mengolesi bagian tubuhnya yang penuh dengan tanda. Setelah mengobati memarnya ia pergi ke walk in closet dan cukup terkejut melihat deretan baju yang rapi, sepatu dan tas dengan brand ternama.

Pakaian yang ada di sana hampir seluruhnya berisi dress selutut. Keisha mengambil salah satu dress dan memakainya. Dress tersebut sangat pas di tubuh Keisha. Ia penasaran mengambil sepatu dengan hak pendek dan mencobanya. Lagi-lagi Keisha cukup kagum, sepatu tersebut pas juga di kakinya. Keisha tidak pernah membayangkan semua ini, kini pakaian yang melekat pada tubuhnya bisa ia perkirakan lebih dari sepuluh juta. Wajah sumringah Keisha bergerak menuju deretan tas yang tertata rapi dengan berbagai macam model dan warna. Tangannya mengambil tas tersebut. Kulit Keisha merasakan sensasi lembutnya tas tersebut. Tas yang Keisha sering lihat di pakai oleh Reinata, dengan harga lima belas juta. Kepala Keisha sedikit berdenyut membayangkan jumlah uang yang di keluarkan untuk mengisi walk in closet nya ini.

Puas memandangi walk in closet nya Keisha keluar dari sana karena suara telepon yang berdering. Ia segera mengambil ponsel pemberian Bert dan melihat nama pria itu muncul di layar. “Ada apa Bert?”

[Bersiaplah, Nyonya Feriska akan datang ke apartemen untuk melakukan fitting baju pengantin]

“Oke,” Jawab Keisha. Ia segera pergi ke meja makan untuk sarapan. Dia tidak bisa bepergian dengan keadaan perut kosong.

Keisha mengikuti perintah Bert, ia merapikan kembali meja makan dan membersihkannya. Suara bel terdengar menggema di ruangan. Keisha segera menuju ruangan depan untuk membuka pintu.

Begitu pintu di buka Keisha melihat wanita yang tampak berusia empat puluhan berdiri tegak di depan pintu. Keisha membungkuk hormat.

Feriska menyukai sikap Keisha. Pandangannya tertuju pada leher Keisha yang penuh dengan tanda. Bibir Feriska tersenyum, ia tidak menyangka Areliano sangat agresif terhadap calon istrinya. Ia menaruh harapan besar agar Keisha segera hamil, Feriska sudah tidak sabar ingin memomong bayi lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!