Keisha dan Reagan sampai di hotel W. Ternyata Reagan sudah memesan kamar dan hanya mengambil kunci saja. Keisha menghampiri Reagan. Mereka masuk ke dalam lift dan kini sampai di kamar yang sudah Reagan pesan.
“Tunggu di sini,” perintah Reagan.
Keisha berdiri di depan pintu kamar hotel. Seorang wanita berjalan menghampiri Keisha. “Apa ini kamar Tuan Reagan?”
Keisha memandang pakaian minim yang di kenakan wanita tersebut. Ia mengetuk pintu kamar Reagan.
Reagan membuka pintu kamar. “Masuk.”
Keisha memperhatikan wanita tersebut yang masuk ke dalam kamar. Keisha cukup kesal ia di minta menemani Reagan ke hotel hanya untuk mengantarkan pria itu untuk melepaskan na’fsu bejatnya.
Sudah satu jam berlalu tapi Reagan tidak berhasil mencapai puncaknya. Ia menatap wanita bayarannya yang terkapar lemah di atas tempat tidur. “Pergi!” usir Reagan.
Tubuh polos Reagan masuk ke dalam kamar mandi. Sudah tiga kali ia memesan wanita tapi tak ada yang berhasil membuatnya merasa puas. Setelah berhubungan dengan Keisha tubuh Reagan tidak pernah berhasil mencapai puncaknya. Andai saja Keisha bukan istri Areliano, ia akan menjadikan Keisha pemuas nafsunya. Reagan membersihkan tubuhnya, ia melilitkan handuk ke pinggangnya lalu keluar dari kamar mandi bersamaan terdengar pintu yang di ketuk. Reagan berjalan dan membuka pintunya.
Keisha cukup terkejut melihat tubuh polos Reagan yang hanya tertutup handuk saja. Ia merasa seperti berada di waktu yang sama saat kehilangan kesuciannya. Bahkan Keisha masih ingat detail tubuh Reagan yang masih basah dengan air, otot-otot perutnya yang tampak menonjol. “Kau sangat tidak sabar untuk melihat tubuhku?” Reagan menarik tubuh Keisha dalam sekali entakkan masuk ke dalam kamar.
Bagian batang Reagan bangkit saat melihat tubuh Keisha yang terbalut kemejanya. Ia ingin sekali memegang benda kenyal Keisha.
Keisha menarik tangannya. “Lepaskan!” bentak Keisha. Ia tidak memedulikan sikap kasarnya pada Reagan. Pria itu sudah sangat keterlaluan.
Reagan mengimpit tubuh Keisha ke dinding, kepalanya bergerak mendekati wajah Keisha. Persetan dengan Areliano ia sangat menginginkan tubuh Keisha untuk saat ini.
Dengan sekuat tenaga Keisha menginjak kaki Reagan. Pria itu memekik kesakitan. Keisha segera berlari keluar dari kamar Reagan. Ia tidak memedulikan Reagan lagi. Yang terpenting baginya saat ini ialah menyelamatkan dirinya dari kebuasan Reagan. Sampai mati pun Keisha tidak akan pernah membiarkan Reagan menyentuhnya lagi.
Reagan yang kesal menarik lampu tidur yang ada di hotel dan melemparkannya ke lantai. “Sialan!”
Reagan sangat kesal, ia tidak berhasil melampiaskan nafsunya kali ini. Bahkan ia tidak berhasil membuat Keisha menjadi miliknya malam ini.
Keisha berlari ketakutan, ia segera memberhentikan taksi. Selama perjalanan Keisha berusaha menenangkan dirinya, tapi tidak bisa. Air matanya terus keluar.
“Tujuan nona ke mana?”
Keisha menyebutkan alamat apartemen Areliano. Pandangan Keisha menatap ke luar jendela, langit sudah sangat gelap. Bayangan malam saat Reagan mengambil kesuciannya membuat air mata Keisha keluar dengan sangat deras. Ia benci ingatan itu, andai saja bisa Keisha ingin menghapusnya saja. Bahkan Keisha masih merasakan sakit karena ulah orang tuanya, ibunya tega menjual kesucian Keisha. Belum lagi ucapan ayahnya yang membuat hati Keisha semakin teriris. Keisha harus menjadi istri dari Areliano, pria yang bahkan tidak Keisha kenal. Rasanya Keisha lelah menampilkan wajah baik-baiknya di depan semua orang. Kini Keisha hanya ingin menangis melepaskan semua bebannya sebelum kembali menjadi Keisha wanita yang ceria.
Taksi yang Keisha tumpangi berhenti di gerbang masuk ke area apartemen. “Di sini saja pak.”
Setelah membayarnya Keisha turun dari mobil. Ia tidak mungkin pulang ke apartemen dengan keadaan Mata sembab habis menangis seperti ini. Akhirnya Keisha memilih pergi ke minimarket, membeli minuman dingin untuk melegakan perasaannya. Keisha juga membeli es batu dan air mineral. Tidak lupa ia juga membeli beberapa varian coklat.
Di depan mini market terdapat dua meja, yang masing-masing terdapat empat kursi yang saling berhadapan. Keisha memilih duduk menikmati minuman serta coklat yang ia beli. Setelah di rasa cukup tenang Keisha membuka penutup cup es batu yang ia beli, ia menuangkan air mineral. Tangannya mengambil handuk kecil yang ada di tasnya. Keisha menuangkan air mineral yang sudah dingin ke handuknya, ia mulai mengompres matanya yang sedikit bengkak.
Mobil yang di kemudikan Bert sudah dekat ke apartemen, namun mata Bert melihat Keisha sedang duduk di depan minimarket. Bert memilih meminggirkan mobilnya. “Tuan sepertinya itu nona Keisha,” ucap Bert. Ia menekan tombol jendela yang berada tepat di samping Areliano.
Areliano menengok ke jendela yang terbuka. Ucapan Bert memang benar, Areliano melihat Keisha yang tampak mengompres matanya.
Areliano turun dari mobil tanpa aba-aba sehingga Bert belum sempat membukakan pintu.
Langkah tegas Areliano berjalan menghampiri Keisha. Istrinya itu tidak menyadari kehadiran Areliano karena sibuk mengompres.
Areliano duduk di kursi yang berhadapan dengan Keisha. “Sedang apa di sini?”
Keisha terkejut hingga tanpa sadar melemparkan handuk kompresnya ke atas meja. Bibir Keisha tersenyum kikuk. “Aku sedang bersantai,” jawab Resha canggung.
Areliano melihat mata istrinya yang bengkak. “Apa terjadi sesuatu?”
Keisha menggelengkan kepalanya. “Aku hanya terbawa suasana saat Reagan memarahiku,” ucap Keisha berbohong. Ia tidak mungkin menceritakan tentang kejadian yang sebenarnya.
Areliano mengambil satu batang coklat di atas meja, dan membuka bungkusannya.
Keisha menatap coklat yang ada di depan mulutnya. “Buka mulutmu,” pinta Areliano. Akhirnya Keisha menerima suapan dari Suaminya.
Bert yang sedari tadi masih di dalam mobil mengabadikan momen tersebut dengan ponselnya.
Keisha sebetulnya tidak ingin pulang ke apartemen, ia takut Feriska berpikir yang tidak-tidak melihat matanya bengkak. Tapi ia juga kasihan melihat Areliano yang masih menggunakan pakaian kantornya. Keisha yakin Areliano pasti kelelahan dan ingin istirahat.
“Ayo pulang, aku sudah merasa tenang.”
Areliano mengangguk kecil. Ia bangkit dari duduknya. Areliano menggenggam tangan Keisha dan berjalan menuju mobil.
Keisha memandangi tangannya yang di genggam Areliano, ia merasakan sengat listrik dalam tubuhnya mengingat kejadian pagi tadi.
Areliano masuk bersama Keisha ke dalam mobil. Seperti biasanya Bert mengantarkan Areliano sampai di basemen, lalu melanjutkan perjalanan untuk pulang.
Areliano dan Keisha masuk ke dalam apartemen. Mereka terkejut saat melihat apartemennya kosong.
Pegangan tangan Areliano tidak terlepas, sehingga saat pria itu berjalan Keisha mengikuti setiap langkah suaminya. Areliano membuka pintu kamarnya. Kamarnya juga kosong. “Sepertinya ini perbuatan ibu dan Ayah,” batin Areliano.
Areliano menghubungi Gilbert untuk kembali. Lalu menghubungi ibunya. “Apa yang ibu lakukan pada apartemenku?”
[Ibu menunggu kedatangan kalian di rumahmu.]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments