Anakku

Dengan penuh semangat, Feriska dan Arsya segera menyusul ke rumah sakit. Mereka membawa buah-buahan untuk menantunya yang sedang mengandung anak Areliano.

Keisha cukup terkejut melihat kedatangan orang tua Areliano.

“Keisha ibu sangat senang mendengar kamu sedang mengandung,” ucap Feriska dengan wajah gembiranya.

Keisha tersenyum ke arah Feriska.

“Areliano ke mana?” tanya Feriska saat menyadari tidak melihat keberadaan putranya.

Bert yang berdiri di belakang mereka membuka suaranya. “Tuan Areliano sedang dalam perjalanan kemari.”

“His Anak itu, istrinya sedang di rawat seenaknya saja main di tinggalkan,” ucap Feriska kesal.

“Tuan Areliano sedang mengurus cuti untuk nona Keisha nyonya.”

“Bert, kau tidak usah membelanya. Harusnya kau yang mengurusnya bukan Areliano. Keisha harus mendapatkan perhatian lebih dari suaminya,” kali ini Arsya yang ikut angkat bicara.

Pintu ruangan Keisha terbuka menampilkan wajah Areliano. Ia berjalan menghampiri tempat tidur Keisha.

“Ibu tidak suka ya kamu meninggalkan istrimu begitu saja,” protes Feriska.

“Iya Bu, lain kali aku tidak akan meninggalkan Keisha sendirian.”

“Berapa usia kandungan Keisha?” tanya Feriska.

Areliano menunjukkan hasil USG dari dokter. “Sepuluh Minggu,” jawab Areliano.

Arsya mendekatkan tubuhnya pada putranya. “Kau berpisah kamar setelah melakukan itu, Ayah tidak menyangka kau sepecudang itu,” ledek Arsya.

“Meskipun kalian membuat ibu kesal karena hal itu, tapi kini ibu senang mendengarnya,” ungkap Feriska.

“Areliano bukakan buah alpukat untuk Keisha, di trimester pertama ibu hamil memerlukan asam folat untuk perkembangan janinnya.”

Areliano mengikuti saran ibunya, ia membelah alpukat menjadi dua lalu mengambil sendok hendak memberikannya pada Keisha.

Feriksa melihat sikap anaknya yang tidak ada rasa perhatiannya kepada istri. “Suapi Areliano,” tegas Feriska.

Areliano tidak jadi menyerahkan alpukat pada Keisha. Ia mengurungkan niatnya karena teguran sang ibu. Akhirnya Areliano menyuapi Keisha.

Keisha sedikit malu-malu menerima suapan dari Areliano. Apalagi di ruangan tersebut ada ibu dan Ayah Areliano.

Feriska mengupas buah-buahan lalu memotongnya menjadi potongan kecil satu kali suapan. Feriska menghampiri Keisha dan Areliano. “Ini untuk Keisha, lanjutkan menyuapinya sampai habis.”

Areliano menerima piring tersebut. “Keisha terima kasih ya sudah memberikan ibu cucuk, jaga dia dengan baik ya.”

Keisha mengangguk kecil.

***

Malam harinya di ruang rawat Keisha hanya ada Areliano yang menunggu istrinya.

“Apa kau butuh sesuatu?”

“Aku ingin pergi ke kamar mandi,” jawab Keisha.

Areliano membantu Keisha turun dari tempat tidur dan berjalan menuju toilet dengan selang infus yang ada di tangan Keisha.

Keisha mengambil alih selang infus yang di pegang oleh Areliano dan masuk ke dalam kamar mandi. Selesai membuang air kecil Keisha keluar dari kamar mandi. Dengan sigap Areliano kembali membantu Keisha.

Keisha sudah kembali berbaring di atas tempat tidur. Areliano menarik selimut Keisha dan menutupi tubuh istrinya sampai sebatas leher.

Areliano duduk kembali di kursi, tangannya mengelus puncak kepala Keisha. Perasaan sakit itu masih ada, ia ingin sekali meminta penjelasan dari Keisha. Namun ia takut Keisha stres yang akan berakhir membahayakan kandungannya, meskipun kini Areliano sudah sangat yakin jika bayi yang di kandung Keisha bukan anaknya.

Keisha menatap langit-langit ruangan, kejadian hari ini sangat mengejutkan. Keisha tidak menyangka jika dirinya hamil. Namun ada hal yang mengganggu Keisha. Usia kehamilannya sama persis seperti usia pernikahannya. Keisha ingin bertanya pun ragu, dan ia tidak siap jika harus menceritakan masa lalunya.

Keisha memilih untuk pergi ke alam mimpinya. Elusan Areliano di kepalanya membuat Keisha mengantuk.

Setelah Keisha tertidur Areliano pergi ke sofa, ia tidak bisa tidur. Dan memilih mengecek pekerjaan yang seharian ini terbengkalai.

Terlalu larut dalam pekerjaannya membuat Areliano tidak sadar dengan waktu. Jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi, Areliano segera menutup laptop miliknya. Ia merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang ada di ruangan.

Pagi harinya Areliano terbangun seperti biasa. Ia mengecek keadaan Keisha yang masih tertidur. Akhirnya Areliano memutuskan untuk membersihkan tubuhnya.

Areliano kembali ke ruangan dengan tubuh segarnya di sana Keisha sedang di periksa oleh dokter.

Areliano menghampiri dokter. “Bagaiman keadaan istri saya Dok?”

“Semua keadaan ibu Keisha baik, setelah mengurus administrasi boleh pulang. Tapi pesan saya untuk tetap menjaga kesehatan, jangan membawa beban berat lagi. Saya sudah resepkan obat untuk penguat kandungan serta vitamin. Di minum rutin sampai habis dan lakukan pemeriksaan setiap bulannya untuk melihat perkembangan janin.”

“Baik Dok,” jawab Areliano.

“Kalau begitu saya permisi Pak,” ucap dokter berpamitan.

Areliano duduk di samping Keisha, tangannya meraba perut Keisha. “Masih sakit?”

Keisha menggelengkan kepalanya. Setelah mendapat penanganan dokter kemarin perut Keisha sudah tidak merasa sakit lagi. Keisha menumpuk tangannya di atas tangan suaminya. Mereka saling berpandangan, seolah ingin berbicara namun tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka.

Bert datang pagi hari dan mendapat perintah untuk mengurus semuanya.

Perawat datang memberikan sarapan pagi untuk Keisha. Keisha memakan sarapan paginya. “Mau?” tawar Keisha.

“Tidak, habiskan saja.”

Keisha hanya memakan sedikit, ia tidak berselera dengan menu sarapan pagi yang di sediakan rumah sakit.

Administrasi Keisha sudah selesai di urus oleh Bert, seorang perawat datang. Ia membuka selang infus yang menancap di tangan Keisha.

Keisha berganti pakaian sebelum pulang. Ia masuk ke dalam mobil, ponsel Keisha bergetar panggilan masuk dari Reagan. Keisha menerimanya, takut jika ada hal penting. “Ada apa Tuan?”

[Bagaimana keadaan mu?]

“Baik.”

[Apa bayi yang ada di dalam kandunganmu itu anakku?]

Dada Keisha berdetak kencang mendengar pertanyaan yang di ucapkan Reagan.

“Berkas tersebut ada di dalam laci meja kerja saya, tuan bisa meminta bantuan Luisa untuk menemukannya.” Keisha memilih berbicara asal dan menutup teleponnya. Ia tersenyum ke arah Areliano yang tengah menatapnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!