“Minggir!”
Keisha mundur dua langkah memberikan jalan untuk Reagan keluar. Ia masuk ke bagian kemudi dan mengambil kunci mobil. “Tuan Reagan,” panggil Keisha.
Reagan menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya.
“Kunci mobilnya tuan,” ucap Keisha sambil berjalan ke arah Reagan. Tangan Keisha menyerahkan kunci mobil pada Reagan. Reagan menerimanya lalu berjalan meninggalkan Keisha.
Keisha teringat jika ia tidak membawa uang sepeser pun. Ia menghubungi Bert dengan ponselnya. “Bert bisa jemput aku di rumah Reagan?” Ucap Keisha sambil berjalan menuju gerbang rumah Reagan.
[Saya bersama tuan Areliano ada di depan gerbang rumah Reagan. Cepatlah keluar tuan sudah menunggu.]
Keisha menutup teleponnya dan segera berlari menuju gerbang depan. Betul saja ucapan Bert, Keisha melihat mobil yang di pakai tadi pagi ada di depan gerbang. Keisha tersenyum ke arah pos penjaga dan keluar dari gerbang rumah Reagan.
Bert keluar dari kursi kemudi untuk membukakan pintu untuk Keisha. Keisha masuk ke dalam dan duduk di samping Areliano.
Bert mulai melaju mobilnya menuju apartemen.
“Bagaimana pekerjaanmu hari ini?”
Keisha tersenyum ke arah Areliano. “Semuanya berjalan dengan lancar.”
Setelah mendapat jawaban Areliano kembali fokus menatap layar Ipad-nya yang menyala. Keisha memilih menyandarkan tubuhnya pada sandaran. Harinya tidak begitu melelahkan, Reagan tidak banyak mengusiknya.
Jalanan cukup padat, laju mobil yang di Kendarai Bert sangat lambat. Bert melirik spion tengah. “Apa tuan ingin mampir untuk makan malam lebih dulu?”
Areliano tetap fokus pada iPad yang ada di tangannya. “Makan di rumah saja, pesankan untuk makan malam kita,” jawab Areliano tanpa menoleh ke arah Bert.
Mobil di depan berhenti. Bert mengeluarkan ponselnya untuk memesankan makanan untuk makan malam.
Untuk sampai di apartemen mereka menghabiskan waktu enam puluh menit. Bert keluar dari mobil lebih dulu membukakan pintu untuk Areliano dan Keisha. Areliano dan Keisha langsung memasuki lift untuk naik ke atas. Namun Bert pergi ke resepsionis untuk mengambil makanan malam yang sudah ia pesan.
Sesampainya di apartemen Keisha menyimpan tas nya ke kamar. Ia menggulung lengan kemejanya yang panjang sampai sebatas siku. Ia mengambil piring serta gelas dan menatanya di atas meja makan.
Areliano keluar dari kamarnya dengan pakaian lengkapnya, hanya saja blazernya sepertinya sudah ia lepas. Bahkan dasinya pun sudah tidak melingkar di lehernya.
Bert masuk membawa makan malam mereka, dan menyerahkannya pada Keisha. Ia menata makanan tersebut ke atas piring dan menyimpannya di atas meja.
Bert tidak sungkan sama sekali untuk makan malam bersama dengan Areliano dan Keisha. Selama bekerja pun Areliano tidak pernah mementingkan dirinya sendiri, dia tidak pernah mempermasalahkan hal kecil.
Makan malam selesai Keisha membereskan meja makan dan mencuci semua piring kotor. Sementara Areliano tampak berbincang di ruang tamu bersama Bert.
Urusan dapurnya sudah selesai ia berjalan ke ruang tamu. “Mau aku buatkan kopi atau teh hangat?” tawar Keisha.
“Teh hangat,” jawab Areliano.
Manik Keisha beralih pada Bert. “Kopi.”
Keisha kembali ke dapur membuatkan teh serta kopi. Lalu ia membuka lemari pendingin, ada camilan miliknya yang ia beli dari supermarket saat berbelanja keperluan dapur.
Keisha kembali ke ruang tamu dengan nampan berisi kopi dan teh serta camilan untuk teman minum. Selesai dengan urusannya Keisha memilih pergi ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya.
“Sepertinya Tuan mulai terbiasa dengan kehadiran nona Keisha,” ujar Bert setelah perbincangan masalah pekerjaannya selesai.
“Dia tidak begitu merepotkan,” jawab Areliano.
“Tuan Arsya sudah memberikan perintah agar memindahkan semua barang-barangnya penting tuan di bawa ke rumah. Apa tuan ingin saya melakukan pindahan secepatnya?”
Areliano sebetulnya tidak ingin tinggal di tempat yang terlalu luas, karena hanya ia sendiri yang tinggal di sana. Namun kini ada Keisha yang akan tinggal bersamanya. “Bulan depan saja. Berikan beberapa ATM milikku dan uang cash untuk di pegang Keisha.”
“Baik tuan.”
“Belikan Keisha mobil baru. Kita tidak bisa terus menerus mengantarnya jika ada pekerjaan yang mendesak,” titah Areliano.
Di dalam kamar Keisha sudah selesai dengan pakaian tidurnya, ia ingin pergi tidur untuk mengistirahatkan tubuh lelahnya namun pintunya tiba-tiba terbuka dari luar. Sontak kepala Keisha menengok ke arah pintu, ia melihat Areliano berdiri di sana. “Ada apa?”
“Pindahkan semua barang-barangmu ke kamarku.”
Keisha memberikan tatapan bingungnya. “Untuk apa?”
“Ayah dan ibu mengabariku jika ingin mampir, mereka sudah ada di lobby.”
Keisha melongo tidak percaya. Ia masuk ke dalam walk in closetnya dan menatap tumpukan baju serta barang-barang miliknya yang cukup banyak tertata dengan rapi. Ia membalikkan tubuhnya menghadap Areliano. “Itu tidak mungkin, barangnya terlalu banyak.”
Areliano berjalan menghampiri Keisha. Ia menutup pintu kamar mandi yang menyatu dengan walk in closet dan menguncinya. Areliano menyerahkan kuncinya pada Keisha. “Pegang.”
Keisha menerimanya lalu memasukkan kunci tersebut ke dalam saku yang ada di pakaian tidurnya.
Bunyi bel menggema di ruangan, Areliano menarik pinggang Keisha untuk mendekat. Keisha cukup terkejut dengan perlakuan Areliano. Bahkan tubuhnya terseret begitu saja saat Areliano berjalan.
Areliano membukakan pintu untuk kedua orang tuanya, tangannya masih melingkar di pinggang Keisha.
Saat pintu terbuka wajah Friska tersenyum kala melihat pemandangan romantis anak serta menantunya. “Apa kedatangan ibu mengganggu kalian?”
Keisha tersenyum ke arah Friska, “Tidak Bu, ayo masuk.”
Areliano celingukan mencari keberadaan Arsya. “Ibu tidak datang bersama Ayah?”
“Ayahmu melupakan koper, jadi ia kembali ke mobil.”
Perasaan Areliano tidak enak mendengar Ayahnya sedang mengambil koper. Ia memberikan jalan untuk ibunya masuk ke dalam.
Keisha melepaskan tangan Areliano yang ada di pinggang. Ia menyejajarkan jalannya dengan mertuanya. “Ibu mau minum apa?”
“Tidak perlu Keisha, ibu bisa ambil sendiri. Kamu harus banyak istirahat. Oh iya apa kalian sudah konsultasi untuk program kehamilan?”
Keisha melirik Areliano. Ia tidak bisa menjawab ucapan Feriska.
“Belum,” jawab Areliano dengan entengnya seolah tak ada beban.
Mata Feriska menatap tajam pada anaknya. “Harus berapa kali ibu ingatkan, kalau kalian harus segera melakukan program kehamilan. Dan satu lagi Areliano.” Ada jeda sejenak ketika Feriska menarik nafasnya. “Kenapa tidak membawa Keisha pergi honeymoon, kalian butuh waktu berdua untuk saling mengenal.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments