Keisha membaca berkas rutinitas Reagan. Ia harus menyiapkan sarapan pagi, makan siang dan makan malam jika Reagan masih bekerja di kantor. Ah ini tidak serumit Reinata, bahkan dulu Keisha yang menyiapkan pembalut dan berbagai pakaian luar dan dalam yang akan di kenakan Reinata.
Luisa masuk ke dalam ruangan, menyerahkan beberapa berkas pada Keisha. “Karena sekarang kamu sudah menjadi asisten Reagan, kamu yang atur semuanya.” Luisa merasa beban berat satu Minggu ke belakang kini terhempas begitu saja.
Keisha menerimanya dan mempelajari isinya. Ia melihat jadwal Reagan hari ini yang sudah di atur oleh Luisa. Siang ini Reagan akan ada janji bertemu dengan koleganya di sebuah hotel untuk membahas perancangan iklan produk baru yang akan di tayangkan untuk bulan depan.
Keisha menekan tombol telepon nomor satu yang langsung terhubung dengan Reagan. “Selamat pagi tuan, siang ini ada jadwal untuk bertemu kolega. Apa tuan ingin saya siapkan makan siang lebih awal sebelum berangkat?”
Keisha menunggu jawaban Reagan namun pria itu malah mematikan sambungan teleponnya.
Keisha menutup gagang teleponnya. Ia tidak mengerti dengan pola pikir pria itu.
Luisa melihat Keisha yang kebingungan akhirnya memilih memberitahu. “Jika Reagan menutup telepon tanpa menjawab itu artinya tidak,” ucap Luisa.
Keisha menengok ke arah Luisa. “Terima kasih.”
“Apa susahnya mengucapkan kata tidak,” batin Keisha. Ia harus mulai memahami karakter serta sifat Reagan.
Setengah jam sebelum janji bertemu Keisha menghampiri ruangan Reagan dan mengetuknya. Secara otomatis pintu terbuka.
Keisha masuk dan mendapati Reagan masih sibuk dengan berkasnya. “Sudah waktunya untuk bersiap Tuan,” ucap Keisha.
Keisha mengambil blazer milik Reagan dan menghampirinya.
Reagan bangkit dari duduknya dan menerima bantuan Keisha untuk memakaikan blazernya.
Keisha meneliti penampilan Reagan, dasi pria itu tampak longgar. Meskipun ragu tapi ini pekerjaan Keisha, ia tidak mungkin membiarkan atasannya tampil berantakan saat bertemu kolega. “Maaf tuan, ijin kan saya membantu membetulkan dasi.”
Tubuh Keisha maju lebih dekat pada tubuh Reagan, tangannya terulur merapikan dasi Reagan. Dari tempatnya berdiri Keisha dapat mencium aroma parfum yang di pakai Reagan, aroma yang sama saat Reagan mengambil kesuciannya.
Setelah selesai dengan urusan dasi. Keisha melangkah mundur. “Mari tuan.”
Reagan melangkah maju. Keisha cukup cekatan wanita itu membukakan pintu untuk Reagan lewat. Keisha adalah wanita pertama yang menjadi asisten pribadinya. Selama ini ia hanya memakai asisten pria saja.
Sampai di basemen Reagan memberikan kunci mobilnya pada Keisha. Keisha menerimanya. Ia membukakan pintu mobil untuk Reagan duduk di belakang. Sementara Keisha masuk ke kursi kemudi.
Keisha melajukan mobil Reagan dengan hati-hati. Ia tidak ingin sampai merusakan mobil mahal Reigan dan harus mengganti rugi. Ia tidak punya uang dan tidak mungkin meminta bantuan Areliano.
Selama perjalanan menuju tempat bertemu semua berjalan dengan lancar dan tepat waktu. “Kau tunggu di sini saja,” perintah Reagan.
Keisha mengangguk dan memilih menunggu di mobil. Tidak ada yang dapat di lakukan Keisha selain mengagumi interior mobil Reagan yang cukup mewah. Sepertinya Reagan sangat suka dengan warna hitam.
Sudah setengah jam berlalu Reagan belum juga selesai. Keisha yang sudah merasa bosan keluar dari dalam mobil. Dari kejauhan ia melihat Reagan yang berjalan ke arahnya.
Keisha kembali masuk ke mobil dan menyalakan mesin. Ia membukakan pintu untuk Reagan masuk dan kembali menutupnya. Lalu ia duduk di kursi kemudi. “Tuan ingin makan siang di mana?”
“Yang dekat saja,” jawab Reagan.
Keisha mulai melajukan mobilnya keluar dari basemen menuju restoran yang jaraknya tidak jauh. Melewati perjalanan siang yang cukup padat kini Keisha memarkirkan mobilnya di sebuah resto. Ia keluar dan membukakan pintu untuk Reagan. Mereka masuk dan memilih private room.
Keisha hendak pergi untuk makan di area terbuka namun panggilan Reagan membuatnya menghentikan langkah. “Makan bersama saja.”
Keisha mengangguk dan duduk canggung di hadapan Reagan. Mereka memesan makanan dan menikmati makan siang mereka.
Ponsel Keisha tiba-tiba berdering. Ia melihat siapa yang meneleponnya. Lalu menatap Reagan untuk meminta ijin, Reagan tampak mengangguk kecil. Keisha menerima telepon dari Bert. [Nona sudah makan siang? Apa perlu saya pesankan makanan?]
“Tidak perlu, aku sedang makan siang,” jawab Keisha.
Meskipun Reagan terlihat fokus pada makanya namun telinga pria itu mendengarkan dengan jelas ucapan Keisha. Sepertinya Areliano memang benar-benar berubah, bahkan selama ini ia tidak pernah memperhatikan hal di sekitarnya. Tapi lihat ia menelepon istrinya hanya untuk bertanya sudah makan siang atau belum. Ada perasaan yang sedikit bergejolak, saat dirinya mendapatkan kesucian Keisha tapi wanita di hadapannya kini menyandang status sebagai istri penerus BA Group.
[Baiklah kalau begitu, selamat menikmati makan siang nona.]
Keisha menutup teleponnya dan kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku. Ia melanjutkan makanannya.
***
Sore itu pekerjaan Keisha sudah selesai. Ia membereskan mejanya hendak pulang. Namun telepon di mejanya berdering. “Ada yang bisa saya bantu tuan?”
[Antarkan saya pulang.]
Belum sempat menjawab sambungan teleponnya sudah di putus sepihak oleh Reagan. Keisha menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Sepertinya ia tidak akan sempat menyiapkan makan malam untuk Areliano.
“Luisa aku pulang lebih dulu ya,” pamit Keisha. Luisa tersenyum dan mengangguk.
Keisha hendak menghampiri ruangan Reagan namun pria itu sudah ada di depan ruangannya sedang berjalan menuju lift.
Keisha sedikit berlari dan menyamakan langkahnya dengan Reagan. Mereka masuk ke dalam lift dan turun di basemen kantor. Sepertinya biasa tugas Keisha membuka dan menutup pintu mobil. Ia duduk dan mulai menyalakan mobilnya. Dari spion tengah Keisha melihat Reagan yang duduk di belakang dengan punggung yang menyandar serta mata yang terpejam. “Seperinya dia kelelahan,” batin Keisha. Ia mulai melajukan mobilnya menuju kediaman Reagan.
Selama menyetir Keisha hanya fokus pada peta penunjukan jalan. Karena ia tidak hafal dengan betul letak rumah atasannya. Jalanan cukup padat sore ini, Keisha menghabisi waktu empat puluh menit untuk sampai di rumah Reagan.
Penjaga gerbang membukakan pintu untuk mobil masuk. Keisha memarkirkan mobilnya. Ia melirik spion tengah, Reagan masih berada di posisi seperti sebelumnya. “Tuan kita sudah sampai,” ucap Keisha.
Keisha menengok ke belakang sepertinya Reagan tidak mendengar ucapannya. Keisha turun dari mobil, ia membukakan pintu Reagan. Bahkan atasannya itu seperti tidak terganggu oleh suara di sekitar.
Keisha mencondongkan tubuhnya, dari dekat wajah Reagan tampak sangat tenang. Tangan Keisha menepuk pelan pipi Reagan. “Tuan kita sudah sampai,” ucap Keisha mengulangi kalimatnya.
Reagan membuka matanya saat mendapat tepukan di pipinya. Pandangannya langsung bertemu dengan manik Keisha. Reagan masih ingat dengan betul wajah kesakitan dan berurai air mata kini tampak datar di hadapan wajahnya. Reagan tidak bisa menampik keinginannya, ia ingin merasakan tubuh Keisha lagi. Tubuh wanita itu terasa sangat berbeda, dan Reagan sangat puas meskipun ia yang berjuang sendirian untuk sampai di puncaknya. Reagan segera menyadarkan dirinya. “Minggir!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments