Unpredictable Night

Sebuah gedung tinggi milik BA grup berdiri dengan kokohnya. Di lantai paling atas terdapat ruangan khusus untuk CEO. Ruang yang cukup luas serta terdapat jendela berukuran besar. Berdiri seorang pria dengan tuksedo rapi, wajahnya masih tetap tampan meskipun usianya sudah tak muda lagi. “Ayah tidak mau tahu, Minggu ini pernikahan itu akan terselenggara.”

Areliano menghampiri ayahnya dan ikut berdiri di samping Arsya dan memandang gedung-gedung serta jalanan di hadapannya. “Berapa kali harus aku katakan, aku tidak tertarik untuk berkeluarga. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menikah,” tegas Areliano.

Arsya menghela nafasnya lelah, umurnya sudah tak muda lagi. Ia hanya ingin melihat anaknya menikah dan memiliki keluarga. “Kau hanya perlu memilih wanita dan menikah di pesta yang sudah ayah dan ibu siapkan. Ayah rasa itu bukan sebuah pekerjaan yang sulit, usiamu sudah cukup matang untuk menikah. Apa kau tidak kasihan pada ibumu. Bahkan dia mengancam akan membuat adik untukmu, jika menolak pernikahan kali ini.”

Areliano memilih mengalah. “Wanita mana yang harus aku bawa, bahkan aku tidak pernah tertarik pada hal yang sangat merepotkan.”

Arsya mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan data wanita kepada Areliano.

Areliano mengambil ponselnya dan melihat beberapa wanita yang ada di daftar yang di berikan Ayahnya. “Ternyata pria tua Bangka ini sangat bertekad,” batin Areliano.

Jari Areliano bergulir di atas layar. Tidak ada wanita yang menarik perhatiannya, hingga ia melihat wajah yang sangat familiar. Wanita yang ia temui tadi siang dengan wajah memohonnya, kini tampak tersenyum dengan wajah cantik di dalam foto. “Keisha Karenza.”

Arsya mencari nama wanita yang di sebutkan anaknya. Keisha Karenza seorang wanita berusia dua puluh empat tahun. Ternyata Aleriano memiliki selera daun muda seperti dirinya. Arsya tersenyum ke arah Areliano. “Baiklah, kalau begitu silakan lanjutkan pekerjaanmu.”

Areliano menggelengkan kepalanya saat mendengar siulan yang keluar dari mulut ayahnya. Bahkan kini langka pria tua itu tampak ringan tangan beban keluar dari ruangan Areliano.

***

Keisha sedang menikmati makan malamnya, sepiring nasi beserta satu potong ayam goreng. Tak ada waktu untuk mengeluh dalam menjalani hidup, meskipun rasanya ia ingin mati saja.

Gita, ibunya Keisha menghampiri meja makan dengan sebuah paper bag. “Pergi antarkan pesanan ini ke tempat teman ibu.”

“Apa mata ibu tidak bisa melihat, jika aku sedang makan?” tanya Keisha. Makanan di piringnya baru ia makan seperempat bagian.

Gita melirik jam yang menempel di dinding, ia tidak boleh membuat kliennya menunggu. “Kau sudah menjadi pengangguran, bisakah berguna sedikit saja!”

Tangan Keisha menggebrak meja. “Apa yang ibu katakan? Tidak berguna?”

“Iya kau memang anak tidak berguna, kelahiranmu saja adalah sebuah kesalahan. Dan ibu menyesal telah melahirkanmu,” ucap Gita berapi-api. Semua ucapannya adalah kebenaran. Andai saja ia tidak hamil dan melahirkan, suaminya tidak akan pernah berselingkuh dengan perempuan lain. Perselingkuhan suaminya menghasilkan kebangkrutan, yang menyebabkan mereka jadi miskin.

Keisha memilih pergi ke kamar dan berganti pakaian, ia mengambil paper bag dari atas meja dan pergi dengan perasaan kesal. Ponselnya berbunyi tanda notifikasi masuk, sebuah pesan dari ibunya berisi alamat.

Keisha menaiki angkutan umum untuk sampai di hotel. Ia turun di halte dan berjalan memasuki hotel yang cukup mewah. Dari pakaian orang-orang yang berlalu lalang di lobi saja dapat terlihat mereka memakai pakaian dari brand ternama.

Keisha langsung masuk ke dalam lift, ia menekankan tombol angka sembilan. Lantai yang akan ia kunjungi. Beberapa orang melirik pakaian Keisha, namun ia mengabaikan tatapan menghina dari mereka.

Tepat di lantai sembilan lift terbuka lebar, Keisha keluar dari lift dan berjalan mencari kamar dengan nomor seratus satu. Ia berjalan melewati lorong-lorong, dan melihat kamar dengan nomor yang ia cari. Seorang pria berjaga di depan.

“Saya ingin mengantarkan pesanan ini,” ucap Keisha pada pria yang berdiri di depan.

Pria dengan pakaian hitam lengkapnya tampak rapi, rambutnya tersisir ke sebelah kanan begitu mengkilap saat terkena pantulan cahaya lampu. Ia menatap wajah Keisha untuk memastikan tidak salah orang. Tangannya membuka pintu, “Silakan masuk.”

Dengan ragu Keisha melangkah masuk ke dalam. Pintu tertutup begitu saja. Saat masuk Keisha di hadapkan pada sebuah ruang tamu yang kosong, tidak ada orang di sana. “Permisi,” ucap Keisha.

Keisha terkejut saat pintu kamar tiba-tiba terbuka menampilkan wajah seorang pria bertel’anjang dada hanya menggunakan handuk saja. Rambutnya tampak basah dan berantakan. Entah sabun apa yang di pakai pria itu sampai wanginya dapat tercium dari tempat Keisha berdiri.

“Saya ingin mengantarkan sesuatu untuk Anda Tuan,” ucap Keisha menunjukkan paper bag yang ia bawa.

“Bawa masuk ke dalam.”

Suara pria tersebut terdengar sangat tegas, sepertinya ia bukan orang sembarangan. Tidak ingin membuat kesalahan Keisha berjalan masuk melewati tubuh pria itu, dan menyimpan paper bag yang ia bawa ke atas nakas yang ada di samping tempat tidur.

Sontak Keisha menengok saat mendengar suara pintu yang tertutup lalu di kunci. Ia melihat wajah datar pria itu yang berjalan ke arahnya.

“Kenapa Anda menguncinya? Aku harus segera pulang,” ucap Keisha.

Keisha takut bukan main saat melihat senyum mengerikan yang muncul dari pria di hadapannya.

Pria tersebut menghempaskan tubuh Keisha ke atas tempat tidur dan menindihnya. “Aku tidak suka bermain-main, baby.”

Jantung Keisha berdetak sangat kencang, ia tahu apa maksud dari pria itu. “Wanita sialan!” batin Keisha.

“Lepaskan aku,” ucap Keisha. Ia berusaha untuk bangkit, namun tubuh pria itu terlalu kuat menindihnya.

Tangan besar pria itu menyobek pakaian Keisha, hingga bagian atas tubuh Keisha terlihat sangat jelas.

Keisha menyilangkan tangannya di atas dada, ia sangat malu.

Pria tersebut kembali menyobek rok yang di gunakan Keisha, kini bagian inti yang tertutup kain berbentuk segitiga membuat batang miliknya berdiri. Dengan tidak sabar ia menarik kain segitiga berwarna merah muda tersebut dan cukup takjub melihat isinya, ia menyingkirkan tangan yang hendak menutupi surga dunianya.

“Jangan,” teriak Keisha. Pria di hadapannya sangat brutal dalam sekejap baju yang di kenakan Keisha sudah terkoyak. Ia ingin melarikan diri, namun pria itu menahan kakinya hingga Keisha tidak bisa pergi.

Keisha semakin memberontak saat pria itu mengarah benda lelakinya. “Lepaskan aku mohon, aku akan membayar ganti rugimu.”

Pria tersebut tidak tertarik dengan ucapan Keisha, kelembutan di depannya terlihat sangat menggodanya. Ia memasukkan benda miliknya, terdapat satu penghalang yang membuat pria itu tersenyum. Ia mengentak dengan sangat kencang hingga benda miliknya masuk sempurna.

Wajah Keisha meringis menahan sakit, hatinya sangat hancur. Sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya kini di renggut oleh pria yang tidak ia kenal sama sekali.

Terpopuler

Comments

Uciha Rere

Uciha Rere

Semangat kakak, jangan malas - malas nulisnya 😘

2023-02-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!