Lancang

Feriska, Luisa dan Keisha berjala beriringan. Kali ini tujuan mereka mencari sepatu. Keisha memilih duduk di tempat tunggu yang di sediakan, ia tidak begitu tertarik dengan sepatu. Feriska dan Luisa sibuk melihat-lihat koleksi sepatu yang ada di toko tersebut.

Reagan membawa dua botol minuman di tangannya. Ia menyimpan satu botol minuman yang ia beli tepat di samping Keisha. Keisha meliriknya sejenak lalu mengalihkan pandangannya.

“Apa malam itu tidak berarti apa-apa bagimu?” Tanya Reagan. Ia sangat penasaran akan hal itu.

Keisha mendengar ucapan Reagan tapi ia tidak mau menanggapi pertanyaan itu.

“Kau menjual tubuhmu padaku, padahal beberapa hari setelah itu kau menikah dengan Areliano.”

Keisha bangkit dari duduknya dan menatap tajam ke arah Reagan, saat ini ia sedang tidak di kantor dan bisa leluasa bersikap pada Reagan. “Semua itu bukan urusanmu,” jawab Keisha tegas. Ia berjalan meninggalkan Reagan yang masih duduk di kursi.

Reagan membuka penutup minumannya, ia meminumnya sedikit. Sementara matanya menangkap Keisha yang berjalan ke arah Feriska dan Luisa.

Feriska menyadari kedatangan Keisha, ia menunjukkan sepatu heels untuk di coba Keisha. “Ini bagus Keisha, kamu suka?”

Keisha meneliti model heels yang sederhana dengan hak yang tidak terlalu tinggi. Bisa Keisha gunakan untuk bekerja.

Reagan memperhatikan nomor sepatu yang di beli Keisha, ia tertarik untuk membelikan sandal wanita untuk Keisha. Saat di kasir Reagan yang membayar semua belanjaan sepatu Luisa dan Feriska.

Reagan memberikan paper bag berisi sepatu yang ia beli pada Keisha. “Sebagai ucapan terima kasih untuk semalam telah membantu pekerjaanku,” ucap Reagan.

Keisha sangat ingin menolaknya, tapi ia juga tindak ingin menimbulkan tanda tanya bagi Luisa dan Feriska. “Terima kasih,” ucap Keisha ia menerimanya dengan berat hati.

Feriska mengusulkan untuk makan siang. Mereka pergi ke lantai atas untuk menikmati makan siang mereka. Keisha sangat ingin pulang, ia sadar jika Reagan terus memperhatikannya. Namun Keisha pura-pura tidak melihatnya dan memilih mengalihkan pandangan.

Saat memilih tempat duduk mereka memutuskan untuk mengambil meja persegi yang ada di pojok memiliki dua kursi pada setiap sisinya yang saling berhadapan pas untuk mereka. Luisa sangat merindukan Feriska ia memilih duduk di samping Omanya. Sementara Reagan duduk di kursi yang berhadapan dengan Luisa. Keisha tidak ingin duduk di samping Reagan, tapi kursi yang tersisa hanya itu. Dengan terpaksa Keisha duduk di samping Reagan. Ia menggeser sedikit kursinya agar sedikit berjarak.

Mereka memesan menu yang berbeda dan menikmati makan siangnya sambil berbincang ringan. Keisha dengan tenang memakan makanannya, sampai ia merasa ada tangan yang meraba pahanya. Sontak Keisha menundukkan kepalanya ke bawah dan terkejut melihat tangan Reagan yang berada di atas pahanya, sementara wajah Reagan tampak memperhatikan Luisa dan Feriska yang berbincang. Keisha ketakutan setengah mati, ia menepis tangan Reagan dan beranjak dari duduknya. “Keisha ke toilet sebentar ya Bu,” ucap Keisha. Setelah mendapat persetujuan dari ibunya Keisha segera berlari menuju toilet.

Keisha masuk ke dalam bilik toilet, ia mengunci pintunya. Tubuh Keisha terasa panas dingin, ia tidak menyangka Reagan akan secara terang-terangan meraba pahanya di saat orang lain fokus berbincang. Air mata Keisha jatuh, ia sangat membenci pria itu. Keisha mengambil ponselnya yang berdiri dari dalam tas. Ia melihat nama Suaminya yang tertera di sana. Keisha sangat ketakutan saat ini ia hanya ingin ada orang yang bisa menyelamatkan dirinya dari Reagan. “Tolong jemput aku.”

Areliano mendengar suara Keisha yang seperti menahan tangis akhirnya menyetujui tanpa banyak bertanya. “Tunggu aku di sana,” jawab Areliano.

Areliano keluar dari ruang kerjanya, ia segera menuju garasi dan masuk ke dalam mobil. Ia mulai melajukan mobilnya menuju mall. Hanya butuh waktu sepuluh menit saja akhirnya Areliano sampai. Ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Feriska. Areliano berjalan menuju eskalator. “Ibu sedang ada di mana?” tanya Areliano begitu teleponnya tersambung.

[Kita sedang makan siang di lantai atas, ada apa Areliano?]

“Areliano hanya bosan saja dan ingin menyusul.” Areliano masuk ke dalam lift untuk sampai lebih cepat sampai di lantai atas.

Begitu pintu lift terbuka Areliano melihat sebuah tempat makan yang cukup luas, ia mengedarkan pandangannya untuk melihat ke sekeliling. Kaki Areliano melangkah saat melihat wajah ibunya yang sedang makan dengan beberapa orang. Tapi Areliano tidak melihat keberadaan istrinya.

Feriska melambaikan tangannya begitu melihat anaknya berjalan.

Tubuh Areliano berdiri di depan meja, ia menatap Luisa berserta Reagan. Satu kursi di samping Reagan kosong, “Istriku di mana Bu?”

“Tadi bilang mau ke toilet, tapi belum kembali juga,” jawab Feriska.

“Kalau begitu Areliano mau menyusul Keisha dulu.”

Areliano keluar dari tempat makan ia segera mencari toilet. Kini di hadapannya ada dua toilet untuk wanita dan pria. Areliano memilih menelepon Keisha. “Kau ada di mana? Aku di depan toilet.”

Keisha menghapus air matanya, ia keluar dari dalam toilet wanita dan menghambur ke dalam pelukan suaminya. Air mata Keisha kembali turun, rasa takutnya sedikit memudar setelah kedatangan Areliano.

Areliano menjauhkan dirinya setelah membiarkan tubuhnya di peluk oleh Keisha beberapa saat. Ia menangkup kedua pipi istrinya dan menatapnya dengan lembut. “Ada apa?”

Keisha tidak bisa menceritakan kejadian barusan kepada Areliano. Ia memilih kembali memeluk tubuh suaminya.

Areliano memilih mengusap punggung Keisha, agar istrinya merasa tenang.

Setelah hati Keisha merasa tenang, ia melepaskan pelukannya dan tidak berani menatap wajah suaminya.

Areliano membawa tangan Keisha ke dalam genggamannya, ia berjalan menuju market yang ada di lantai tersebut. Areliano membawa Keisha berjalan menuju jajaran coklat, ia mengambil beberapa bungkus coklat. Lalu mendekati show case yang berjajar rapi di sisi kana. Areliano juga mengambil dua botol minuman yang sama persis seperti yang Keisha minum. “Apa ini sudah cukup untuk menghiburmu?”

Keisha akhirnya memberanikan diri untuk melihat wajah Areliano. Ia mengangguk kecil, tidak menyangka jika Areliano mengingat makanan yang ia makan kemarin untuk menaikkan moodnya.

Mereka berjalan menuju kasir dan membayarnya. Areliano membawa Keisha untuk duduk pada kursi yang dia sediakan mall tersebut. Tangan Areliano membuka penutup minuman dan memberikannya pada Keisha.

“Terima kasih,” ucap Keisha.

Areliano mengangguk kecil, ia cukup tenang melihat wajah Keisha yang kembali tersenyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!