Kejadian di resto membuat Keisha bersikap waspada. Ia benar-benar menjaga jarak dari Reagan. Bahkan Keisha memperkerjakan sopir untuk mengantar ia dan Reagan, karena ia ingin menghindari hal yang akan membahayakan baginya. Meskipun hal tersebut menghasilkan tentangan dari Reagan, akhirnya pengajuan Keisha di setujui.
Keisha sedang duduk di meja kerjanya, ia mengambil gagang telepon saat berbunyi dan menempelkannya pada telinga bagian kanannya. [Ke ruanganku sekarang juga!]
“Baik Tuan,” jawab Keisha. Ia menutup gagang telepon. Ia berjalan menuju ke ruang Reagan, dan masuk ke dalam. Di sana Reagan tampak berdiri di depan meja kerjanya. Keisha menghentikan langkahnya saat tubuhnya dan tubuh Reagan berjarak dua meter. “Ada yang bisa saya bantu Tuan?”
Reagan sudah mulai kesal dengan seluruh sikap Keisha yang memberikan batasan. Ia melangkahkan kakinya. Bibirnya tersenyum meremehkan kala tubuh Keisha ikut mundur ke belakang seirama dengan kaki Reagan yang melangkah maju.
Manik Keisha menatap ke segala penjuru, tapi ia tidak menemukan kamera pengawas di sana. “Berhenti!” ucap Keisha dengan nada kesalnya.
Satu alis Reagan naik ke atas. “Ada apa Keisha, kau takut?”
Kaki Reagan tidak berhenti juga. “Apa maumu?”
Reagan menghentikan langkahnya. Ia menatap serius pada Keisha. “Aku ingin merasakan tubuhmu lagi Keisha.”
“Kau gila! Aku ini bawahan sekaligus istri dari saudaramu. Bisa-bisanya kau mengatakan hal sebejat itu?” Dalam setiap ucapannya terdengar nada frustrasi Keisha.
“Ini hanya rahasia kita berdua, Areliano tidak perlu mengetahuinya,” jawab Reagan.
“Kalau kau masih bersikap seperti itu aku akan mengundurkan diri hari ini juga.” Keisha keluar dari ruangan Reagan. Ia mengatur nafasnya, berhadapan dengan Reagan seperti barusan membuat jantung Keisha berdetak kencang. Ia takut terjadi hal-hal yang tidak ia inginkan. Keisha memilih kembali ke ruangannya, dan melanjutkan pekerjaannya.
Sore itu Arsya datang ke kantor Reagan. Tidak bisa pria tua itu datang ke Havelaar Grup. Namun Reagan tetap menyambut kedatangan adik dari kakeknya. “Mau minum apa Om,” panggil Reagan. Meskipun usia Arsya lebih muda dari kakeknya, tapi pria tua Bangka itu tidak ingin panggilan yang membuatnya terlihat tua dan meminta Reagan untuk memanggilnya om saja.
“Tidak perlu, om datang hanya ingin membahas cuti untuk Keisha.” Arsya duduk dengan santai di sofa.
Reagan yang hendak beranjak untuk memesankan minuman mengurungkan niatnya. “Cuti apa ya om? Keisha tidak meminta cuti pada saya.”
“Keisha memang tidak bilang karena peraturan perusahaan yang melarang karyawan baru untuk cuti. Tapi om sangat ingin melihat Keisha dan Areliano pergi honeymoon.”
Darah Reagan mendidih mendengar Areliano akan membawa Keisha honeymoon.
“Jadi bisakah kamu memberikan sedikit kelonggaran untuk Keisha? tiga hari saja.”
“Maaf Om tapi Reagan tidak bisa memproses cuti Keisha,” jawab Reagan tegas.
“Dua hari,” tawar Arsya.
Reagan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak bisa Om.”
“Satu kali ini saja Reagan, bantu Om.”
“Tidak untuk yang satu ini Om.” Melihat leher Keisha penuh dengan tanda kemerahan saja sudah membuat Reagan kesal, apalagi ia harus membantu menyetujui cuti Keisha untuk honeymoon. Sampai kapanpun Reagan tidak akan melakukan hal sebodoh itu.
Arsya menghela nafasnya. “Baiklah kalau begitu, terima kasih atas waktunya.”
Reagan mengangguk, ia mengantarkan Arsya sampai pintu lift. Lalu kembali ke ruangannya.
Arsya sudah kehilangan harapan untuk menyatukan kedekatan anak serta menantunya, kini ia hanya bisa berdoa agar segera mendapatkan cucu.
***
Minggu pagi Keisha berjalan ke dapur, ia membuatkan sarapan untuk Reagan. Meskipun hari libur, tapi Reagan akan bekerja di ruang kerja miliknya. Dan Keisha tetap melakukan kewajibannya sebagai istri.
Sarapan pagi yang Keisha buat sudah tersaji di atas meja makan. Keisha menuangkan susu ke dalam gelas.
Seorang penjaga gerbang datang membawa kotak yang cukup besar di tangannya. “Nona ini ada kiriman dari Tuan Arsya dan Nyonya Feriska.”
Keisha menerima kotak tersebut lalu menyimpannya di atas meja makan. “Terima kasih, bapak bisa kembali bekerja.”
Keisha tidak penasaran dengan isi kotak tersebut, ia kembali melanjutkan pekerjaannya yang menuangkan susu ke dalam gelas. Tangan Keisha menaruh segelas susu di samping piring miliknya dan milik suaminya.
Areliano yang baru masuk ke ruang makan pandangannya langsung tertuju pada kotak di atas meja. “Itu apa?”
“Tidak tahu, kiriman dari ibu dan Ayah,” jawab Keisha. Ia duduk di kursinya.
Sementara Areliano tertarik pada kiriman orang tuanya. Tangan Areliano membuka penutup kotaknya, sebuah kue bertuliskan ‘Happy Anniversary 2 month Areliano & Keisha’
Areliano mengambil kartu ucapan yang ada di bagian penutup kue. ‘Satu Minggu lagi ibu tunggu kabar baiknya.’
Areliano menyerahkan kartu ucapan ke hadapan Keisha. “Sepertinya kita harus memulainya. Sebelum ibu berbuat hal yang aneh-aneh lagi.”
Keisha membaca isi ucapan tersebut, ia teringat kejadian dua bulan yang lalu saat ketahuan berbohong berpisah kamar. Ibu mertuanya meminta Keisha hamil dan mereka memberikan waktu selama dua bulan, itu artinya Minggu depan mereka harus memberikan kabar baik mengenai cucu.
“Kau siap?” tanya Areliano memastikan. Areliano merasa tenang kala Keisha menganggukkan kepalanya.
Mereka sarapan pagi dalam keadaan hening. Pikiran Keisha cukup penuh, ia memang merasa nyaman dengan kehadiran Areliano. Bahkan selama ini mereka tinggal dalam satu kamar yang sama tapi tidak pernah sekalipun bersentuhan. Keisha mengingat momen ciuman mereka dua bulan lalu, seharusnya percobaan kedua kalinya ini berhasil. Meskipun dalam diri Keisha masih ada rasa takut.
Areliano telah selesai dengan sarapan paginya. “Aku tunggu di kamar.”
Keisha yang masih memakan sarapannya, menengok ke arah suaminya dan mengangguk.
Keisha menghabiskan sarapannya dengan cepat. Ia mencuci piring bekas sarapan. Selesai dengan urusan dapurnya Keisha berjala menuju kamarnya. Namun langkahnya terhenti tepat di depan pintu. Dadanya berdetak kencang, Keisha mengambil nafas dan mengeluarkannya.
Keisha menekan knop pintu dan masuk ke kamar. Ia berjalan menghampiri Areliano yang tengah duduk di pinggiran tempat tidur.
Areliano melihat wajah Keisha yang gugup, ia menepuk sisi kanan tubuhnya.
Keisha duduk di samping Areliano, ia tidak berani menatap wajah Areliano. Dia sangat gugup saat ini, Bahkan tangannya berkeringat.
Areliano menarik dagu Keisha agar menatapnya. “Kau tidak perlu gugup Keisha, kita hanya perlu larut dalam permainan. Dan semuanya akan selesai.”
Keisha memejamkan matanya. Dalam hitungan detik ia merasa sesuatu benda kenyal menempel di bibirnya. Keisha membalas ciuman suaminya.
Tangan Areliano menangkup kedua sisi pipi Keisha, agar ciuman mereka tidak terlepas. Ciuman lambat tersebut semakin lama menjadi lum’atan yang cukup agresif.
Tangan Keisha mendorong dada Areliano agar menjauh. Ia kehabisan nafasnya. Begitu ciuman terlepas Keisha menghirup udara sebanyak-banyaknya.
Areliano merebahkan tubuh Keisha ke atas tempat tidur, sementara tubuh Areliano berada di atas. Tangannya menahan bobot tubuhnya. Areliano menyatukan kening mereka, ia kembali melahap bibir istrinya. Selama berci’uman Areliano melepaskan satu persatu baju yang di pakai istrinya dan baju yang melekat pada tubuhnya.
Tangan Areliano menyentuh apa saja yang ada di tubuh Kiesha. Ia segera melanjutkan ke intinya, menikmati sensasi nikmat yang tak pernah Areliano rasakan sebelumnya. Sampai di pelepasannya Areliano membenamkan miliknya cukup dalam, dengan harapan benihnya akan tumbuh dengan cepat di dalam sana.
Areliano menarik dirinya dari dalam inti Keisha. Tangan Areliano menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Areliano membawa tubuh Keisha ke dalam pelukannya. “Kau akan menjadi istriku selama-lamanya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Uciha Rere
Pagi pertama judulnya, bukan malam pertama🤣🤣
2023-02-17
0