Reagan Lorencius Havelaar

Keisha membenci tubuh kotornya, ia melihat pria yang sudah memakai tubuhnya pergi ke kamar mandi. Tangan Keisha menyambar paper bag yang ia bawa dan mengeluarkan isinya. Ia sangat kesal melihat pakaian miliknya yang ada di dalam sana.

Dengan susah payah Keisha bangkit untuk berdiri, bagian bawahnya terasa sangat sakit. Pria itu menggagahi Keisha hampir dua jam lamanya. Keisha memakai baju dalam paper bag yang ia bawa. Kakinya menginjak baju yang berserakan di lantai.

Keisha menghapus air matanya yang turun begitu saja, ia berjalan dengan sangat perlahan keluar dari kamar tersebut.

Keisha masuk ke dalam lift dan menekan tombol paling atas. Sepertinya orang-orang di dalam lift tidak tertarik melihat penampilan Keisha dengan rambut yang berantakan serta bagian leher yang hampir penuh dengan bercak merah. Sudah biasa jika wanita bayaran keluar dari hotel ini. Beberapa pria kaya kerap memesan wanita.

Beberapa orang turun di beberapa lantai, kini hanya Keisha sendiri di dalam lift. Pintu lift terbuka di lantai paling atas. Lantai tersebut kosong, sepertinya hanya di gunakan untuk gudang saja. Kaki Keisha berjalan saat melihat pintu yang sedikit terbuka.

Keisha membuka pintu tersebut, terpaan angin langsung menyambut kedatangannya. Langkah Keisha berjalan ke ujung gedung. Ia naik ke pembatas gedung, pandangan turun ke bawah. Dia ingin sekali terjun ke bawah untuk mengakhiri hidupnya, namun ia tidak ingin semasa hidupnya hanya di isi penderitaan. Ada harapan dalam diri Keisha untuk sebuah kebahagiaan di masa depan. Meskipun sekarang semuanya sirna, tak akan ada lelaki yang mau dengan dirinya yang sudah kotor. “Aaaaaaaa,” teriak Keisha. Air matanya keluar begitu saja di iringi rasa sesak di dadanya.

Keisha terkejut saat tubuhnya di tarik ke belakang oleh seseorang. “Aaaw,” pekik Keisha saat tubuhnya membentur lantai.

“Bisakah anda bangun nona.”

Keisha terkejut saat mendengar suara seorang lelaki, ia segera bangkit dan menatap pria yang kini berdiri di hadapannya. “Anda siapa?”

“Saya Bert, asisten pribadi Tuan Areliano.”

Keisha tidak mungkin salah dengar, tapi ia tidak melihat pria ini bersama Areliano saat pertemuan tadi. “Saya tidak punya urusan dengan tuan Areliano.”

“Saya di minta tuan Arsya untuk menjemput Anda ke apartemen tuan Areliano.”

Wajah Keisha tampak kebingungan, ia tidak mengerti maksud dari ucapan Bert. “Untuk apa aku pergi ke apartemen tuan Areliano? Kan sudah aku bilang, aku tidak punya urusan. Karena aku bukan lagi karyawan Reinata.”

“Apakah nona tidak tahu, jika nona sudah di beli untuk menjadi pengantin tuan Areliano?”

Mata Keisha membola. “Apa di beli? Tidak ada perdagangan manusia, jangan mengada-ada!”

Bert mengeluarkan berkas dari tasnya, lalu memberikannya pada Keisha.

Keisha menerima berkas tersebut. Di halaman pertama bertuliskan surat perjanjian jual beli. Keisha membacanya dengan seksama di sana tertulis ayahnya menjadi pihak pertama dan tuan Arsya sebagai pihak yang membeli. “Apa-apaan ini aku tidak terima,” ucap Keisha.

“Perjanjian ini sudah di setujui oleh ayah Nona, kini nona resmi menjadi milik tuan Arsya. Dan tuan Arsya berhak melakukan apa pun terhadap Nona, termasuk menjadikan nona sebagai pengantin tuan Areliano.”

Keisha mengambil ponselnya dan menghubungi ayahnya. “Apa maksud Ayah, kenapa menjualku? Aku ini bukan barang, aku anak Ayah!”

[Berisik! Harusnya kau berterima kasih padaku. Kalau bukan karena aku, kau hanya akan jadi wanita miskin yang menyedihkan. Kau harusnya berterima kasih, karena aku kini kau akan hidup enak]

“Sebegitu tidak berharganya diriku, sampai ayah tega menjualku?” Tanya Keisha.

[Memang, kau tidak berharga! Hanya seonggok daging yang membuat hidupku sial.]

Tangan Keisha terkepal erat, ia menutup sambungan teleponnya. Sudah tak ada lagi harapan untuk ia hidup, kini ia tak punya masa depan untuk memilih kehidupan yang ia inginkan. Keisha hendak melompat dari atap gedung.

Bert bertindak cepat dengan memukul bagian kepala belakang Keisha, hingga tubuh wanita itu lunglai dan Bert segera membawa tubuh Keisha ke apartemen Areliano.

Sementara di kamar tempat Keisha kehilangan kesuciannya, seorang pria keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkapnya. Tidak mendapati gadis sewaannya ia keluar dari kamar.

Pengawal pribadinya menunduk hormat saat berpapasan dengan Tuannya, Reagan Lorencius Havelaar. “Ke mana wanita itu?”

“Dia sudah pergi Tuan,” jawab pengawal Reagan.

***

Areliano tengah berada di apartemen miliknya, ia tengah menyesap secangkir teh di ruang kerjanya. Di depannya monitor tampak menyala.

Bunyi ketukan dari pintu ruangannya membuat Areliano berdecap, ia sedang bekerja tapi ada saja orang yang ingin mengganggu kesenangannya. “Masuk!”

Bert masuk ke dalam, ia membungkuk memberi hormat. “Nona Keisha sudah berada di kamar, namun ia masih belum sadarkan diri.”

“Urus dia, aku tidak ingin di repotkan untuk hal yang sangat tidak penting. Jangan menggangguku!”

“Baik Tuan.” Bert pergi keluar dari ruangan Areliano. Sementara Areliano kembali fokus pada pekerjaannya.

Bert kembali ke kamar Keisha. Ia duduk pada sofa yang ada di kamar tersebut, dirinya mengeluarkan iPad. Dia harus mengatur ulang jadwal Areliano, untuk mengosongkan jadwal di hari pernikahan tuanya.

Sudah setengah jam berlalu, dan pekerjaan Bert sudah selesai. Namun Keisha belum sadar juga. Bert ingin pulang dan beristirahat. Ia menghampiri tubuh Keisha, tangannya mengambil segelas air putih yang ada di samping tempat tidur.

Byur! Air dari gelas yang berada di tangan Bert mengalir deras menerpa wajah Keisha.

Tangan Keisha mengusap wajahnya yang terasa basah. Ia membuka matanya dan di suguhkan wajah datar Bert. “Apa yang kau lakukan?”

“Membangunkan Nona,” jawab Bert. Ia mengeluarkan kembali surat perjanjian yang sudah di sepakati oleh Ayah Keisha.

“Mohon di baca baik-baik Nona!”

Keisha bangkit dan membaca isi perjanjian tersebut. Pihak pertama telah menjual putri bernama Keisha Karenza, dan tidak berhak sedikit pun untuk mencampuri kehidupannya.

Yang kedua Keisha Karenza telah resmi di keluarkan dari keluarga Barman dan resmi menjadi anak yatim-piatu. “Tega sekali mereka memperlakukan aku seperti barang,” batin Keisha.

Yang ke tiga mulai hari ini Keisha Karenza resmi menjadi milik tuan Arsya. Jika pihak pertama melanggar maka harus mengembalikan uang sebesar lima triliun. “Apa?” pekik Keisha.

“Ada yang nona tidak mengerti?”

Keisha menggelengkan kepalanya. Ia hanya terkejut dengan uang yang harus ia bayar sebesar lima triliun jika ingin bebas dari tuan Arsya. Mengumpulkan ratusan tahun pun sepertinya ia tidak sanggup, apalagi kini ia hanya seorang pengangguran. “Kapan pernikahanku dan Areliano di selenggarakan?”

“Tiga hari lagi, dan besok nona harus mempersiapkan diri untuk mencoba baju pengantin.”

Sepertinya sudah pupus harapan Keisha, ia tidak bisa keluar dari takdir ini. Dirinya hanya bisa pasrah menjalani kehidupannya yang sudah di atur oleh orang lain.

“Nona jangan berpikir untuk kabur, karena tuan Arsya tidak akan pernah memberikan ampunan.”

Keisha bisa saja melarikan diri, tapi ia sadar betul pengaruh BA Grup di negara ini. Sekalipun ia kabur sepertinya ia hanya akan menjadi gelandangan dan kembali tertangkap. Sadar akan dirinya yang kini bahkan tak memiliki uang sepeser pun karena Keisha di pecat secara tidak hormat oleh Reinata. Jangan tanyakan saldo ATM-nya bahkan di akhir bulan seperti ini ia hanya memiliki uang receh saja, karena gajinya habis untuk menghidupi keluarga serta membayar tagihan kartu kredit yang di gunakan ibunya.

Bert mengambil paper bag dari atas nakas. “Ini ponsel baru nona, dan ponsel lama nona sudah saya berikan kepada Tuan Arsya.”

Keisha tidak tertarik dengan benda tersebut. “Simpan saja!”

Bert menyimpan kembali ponsel tersebut. “Kalau begitu saya permisi,” ucap Bert. Ia keluar dari kamar Keisha.

Setelah kepergian Bert tidak ada yang bisa Keisha lakukan. Ia sekarang seperti orang linglung yang tidak tahu harus melakukan apa.

Bahkan untuk merutuki nasib malangnya pun sudah tidak ada gunanya lagi. Tak ada siapa pun yang peduli pada dirinya. “Tuhan kau sudah mengambil harta yang paling berharga dariku, bahkan kini aku harus menikahi pria hanya karena ayahku tega menjualku. Tidak bisakah kau beri sedikit kebahagiaan untukku, aku sudah lelah menjalani hidup yang menyedihkan terus-menerus seperti ini,” batin Keisha. Ia menghapus air matanya, mengambil nafas sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya.

Keisha bangkit dari duduknya. Tangan Keisha membuka gorden yang ada di kamarnya. Kini pemandangan kota dari kamarnya terlihat sangat cantik. Keisha duduk di lantai memeluk lututnya dengan sangat erat, menikmati gemerlapnya kota kelahirannya.

Sudah satu jam ia duduk di lantai hingga kakinya terasa kesemutan, bahkan perutnya terasa lapar. Keisha teringat jika ia hanya makan malam sedikit saja.

Keisha berjalan keluar dari kamar, begitu pintu terbuka matanya langsung di suguhi dapur terbuka yang menyatu dengan ruang makan. Ia mengambil langkah mendekati lemari pendingin dan membukanya.

Keisha mengambil satu bungkus roti beserta satu botol susu. Ia membawa makanannya ke meja makan.

Keisha membuka bungkusan roti dan mulai menikmatinya. Roti dengan toping keju dan coklat terasa sangat berbeda dengan roti yang biasa ia makan. Sepertinya harga roti yang ia makan cukup mahal harganya. Apalagi seorang CEO BA Group tidak mungkin makan roti murahan.

“Kenapa kau memakan makananku?”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!