Sampailah mereka pada warung es yang legendaris. Warung ini dulu mereka sering mampir saat Boby menjemput Clara di SMK. Saat mereka masih sepasang kekasih. Sebelum Clara ditukar tambahkan dengan kakak kelas sexy.
"Wihh keren sekarang ada steak segala disini," kata Clara kagum. Dia tidak pernah ke tempat ini sesudah putus dari Boby.
"Emang kamu gak pernah kesini?" tanya Boby heran. Clara menggeleng.
"Padahal ini deket lho dari SMK kamu. Kamu gak pernah nongkrong disini?" tanya Boby.
"Aku gak mau kesini setelah putus sama kamu, Kak. Aku gak mau nangis bombay setelah putus. Jadi aku menghindari tempat ini," jawab Clara jujur.
"Sekarang masih sakit gak putus dari aku?" tanya Boby lagi.
"Gak, aku udah move on!"
"Haaa benarkah? Padahal aku tambah ganteng lho Ra," kata Boby sambil menyisir rambutnya dengan jari. Tebar pesona dengan cara tempodulu. Clara tertawa mencibir. Mereka terus bercanda sampai makanan datang. Clara dan Boby itu sebenarnya satu server koplak. Jadi selalu nyambung dengan topik apa aja.
Usai makan malam dadakan itu Boby meminta Clara jalan jalan sebentar, tapi gadis itu menolak.
“Aku harus pulang Kak, kasihan anakku. Papanya ada urusan diluar kota dan aku juga udah terlambat pulang ini.”
“Apa dia anak kandungmu?” tanya Boby tiba tiba. Clara bengong sesaat. Bingung harus berbohong atau jujur.
“Kamu bisa jujur sama aku Poc,” lanjut Boby karena Clara masih diam.
“Bukan, dia bukan anakku. Dia anak suamiku dengan mantan pacarnya yang dahulu, tapi dia sudah kuanggap anak sendiri. Bocah itu juga paling hanya mengingat aku sebagai ibunya,” jawab Clara jujur. Boby manggut manggut beberapa kali.
“Lalu apa kamu bahagia?” tanya Boby sambil memegang tangan Clara yang ada diatas meja. Mereka berpandangan sejenak. Saling tatap dengan dua perasaan yang berbeda. Clara mulai mencium gelagat mencurigakan dari Boby.
“Tentu! kenapa aku harus gak bahagia?” jawab Clara sambil menarik tangannya menjauh.
“Kamu juga bisa jujur Poc.” Boby memaksa Clara jujur. Dia dapat info Pak Revan tentang percakapan Clara dan suaminya. Juga saat di rs menjenguk Daus. Boby cukup peka kalau mereka bukan pasangan bahagia.
“Aku jujur. Kenapa aku harus gak jujur?” tanya Clara sengit. Entah kenapa pria didepannya itu begitu memaksa mengatakan kalau dia tidak bahagia.
“Apa suamimu memperlakukanmu dengan baik? Aku polisi. Naluriku diasah untuk tajam pada lingkungan sekitar. Termasuk pada,-”
“Kak kamu ini ngomong gak penting. Aku bahagia dan tidak berminat berselingkuh dari suamiku. Jika memang maksudmu menawarkan perselingkuhan, aku menolaknya dengan tegas! Ya, memang kami butuh penyesuaian, tapi sekarang aku bahagia dan baik baik saja. Aku pulang naik ojek saja!” kata Clara berdiri dari tempatnya duduk. Boby terbengong sesaat dari tempatnya duduk. Mendengar pernyataan itu dari mulut Clara, sangat menghancurkan harapan Boby yang sudah tinggi dibangun. Sadar atau tidak, Clara adalah cinta pertama Boby yang begitu merasuk di hatinya. Adalah penyesalan yang selalu menghantuinya. Adalah kerinduan yang mengganggu malam malamnya selama ini. Clara adalah penguasa hatinya walaupun belasan gadis sudah ia kencani. Tersadar dengan langkah Clara yang keluar cafe, Boby segera menyusulnya.
“Pocik, aku minta maaf, aku antar pulang ya?” kata Boby saat berdiri di samping Clara yang sudah selesai memesan ojek via online.
“Makasih, aku bisa sendiri. Sebaiknya kita gak ketemu lagi!” kata Clara sambil melambai pada driver Ojek yang ternyata cepat datang. Clara pergi tanpa menoleh lagi pada Boby.
Boby menatap kepergian Clara dengan nanar. Dia memukul udara di depannya seakan memukul kebodohannya sendiri. setidaknya kalau dia tidak memaksa seperti tadi, Pocik masih mau bertemu dengannya. Masih mau bercanda dengannya. Benar kata Pak Revan. Harusnya dia melakukannya dengan hati hati. Tadi itu terlalu ketara dia mendekati Pocik untuk mau menerimanya kembali. Boby berjalan dengan gontai menuju ke dalam tempat es jus lejen yang sekarang menjadi cafe. Membayar bill kemudian menuju parkiran dengan gontai untuk pulang.
****
"Mukamu kusut kaya daleman habis dipakai Bob," kata Revan saat mereka bertemu di kantor. Seisi ruangan langsung tertawa. Revan itu jarang bicara, tapi kalau melucu bisa bikin orang sakit perut karena tertawa. Boby mengacuhkannya dan duduk di kursinya dengan tidak bersemangat.
"Kenapa? Gaji habis?" tanya Revan masih kepo. Temannya yang lain ikut menunggu jawaban. Tumben hari ini Revan banyak bicara. Mukanya juga cerah luar biasa. Efek menjadi pengantin baru dan mengajukan ijin dadakan kemarin. Berbanding terbalik dengan kondisi Boby yang lesu.
"Enggak, lagi masuk angin," jawab Boby asal.
"Ber, kerokin Ber!" perintah Revan pada Beri.
"Ya elah Pak, masak pagi pagi udah jadi tukang kerok," Beri protes.
Ine datang dengan wajah yang masih sembab. Diam tanpa menyapa siapapun. Menjadi orang terakhir yang datang di ruangan itu. Revan langsung diam gak jadi berkata. Hubungan mereka renggang. Apalagi setelah Revan sah menjadi suami Putri. Padahal Ine menunggu cinta Revan selama bertahun tahun. Revan tidak mau meminta maaf, karena dia merasa tidak salah. Jadi… bèginilah…. Hubungan mereka menjauh dengan sangat terlihat. Hanya terlibat masalah pekerjaan saja. Tidak pernah bertegur sapa malah saling diam jika satu ruangan.
"Hiyaaa bagaikan kerupuk kena aerrr. Clup melempem," kata Boby membalas Revan. Yang dibalas langsung mendelik tapi diam saja. Yang lain nyekikik saja.
"Oke karena sudah kumpul ayo bahas rencana kita," kata Revan mode kerja. Revan berdiri diantara mereka. Menjelaskan langkah selanjutnya yang akan diambil untuk menyelidiki gank bandar narkoba baru.
Satu jam kemudian mereka selesai berdiskusi. Tim narkoba itu memang terkenal solid dan kompak. Walaupun dengan berbagai masalah didalamnya.
"Aku permisi," kata Ine yang gak betah satu ruangan lama lama dengan Revan. Revan hanya mengangguk.
"Pak Revan kejam! Kamu mematahkan hati satu satunya cewek disini. Khaaammuhhh tega Rhoma!!!!" kata Boby mendrama. Teman temannya langsung nyekik.
"Tutup mulutmu Bob, kalau ada waktu besok malam kalian datanglah kerumahku," kata Revan. Orang dalam ruangan langsung sumringah.
"Wa, komandan ngadain pesta lajang?" tanya Jon semangat. Revan menjawab dengan meletakkan tangannya di telunjuk. Hebohlah satu ruangan itu. Revan meninta anak buahnya untuk menyebar undangan tak resmi itu pada semua rekan mereka.
"Ingat yang laki laki saja!" kata Revan mewanti wanti.
"Yang ceweknya udah disiapin ya Pak," kata Boby semangat. Sepertinya datang ke pesta atasannya itu bisa meringankan himpitan didadanya pada Pocik. Revan mengangguk.
"Aku udah cari penyanyi sexy banyak," kata Revan membuat semua orang semakin sumringah.
"Kamu ikut aku njemput juniorku di bandara besok!" perintah Revan pada Boby.
"Siap Pak!" jawab Boby cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments