Mereka sampai di rumah Tama malam itu. Rumah yang ternyata cukup dekat dari dua kostan Tama. Rumah bergaya jepang dengan arsitektur sederhana. Clara terbengong melihatnya. Rumah itu mirip rumah Nobita yang dia tonton di televisi. Daus, baby sitternya, dan seorang pembantu sudah ada disana.
"Kamu tidur dikamar sini, aku tidur dikamar sebelah, Daus tidur dikamar depan sama susternya," kata Tama menjelaskan.
"Kita tidur pisah kamar?" tanya Clara heran. Ada yang sedikit sakit dihatinya.
"Katamu kamu mau kasih waktu aku menerimamu bukan? Sementara kita tidur terpisah dulu," kata Tama. Gadis itu tersenyum mengangguk. Lagi lagi Clara mencoba bersikap wajar.
***
Sebulan berlalu….
Clara gabut dirumah. Tama sibuk dengan rintisan bengkel mobilnya. Tama juga sengaja tidak mendekatkan Daus padanya. Walaupun gadis itu tetap mencoba menjadi ibu untuk Daus. Clara tahu dia hanya alat agar Daus bisa diadopsi Tama dengan layak. Hanya 'topeng istri' di kalangan keluarga dan tetangga Tama. Selebihnya Tama hanya menganggapnya orang asing.
Penampilan Clara berubah. Dia dibelikan motor matic dan sebuah mobil mini. Diberi jatah bulanan dan uang jajan yang cukup. Tangan dan lehernya menggantung set perhiasan dari mahar. Clara bagai Cinderella dari dunia nyata. Taraf hidupnya meningkat. Akan tetapi bagai burung yang hidup dalam sangkar emas. Clara tidak bahagia.
Nyatanya mendapat perhatian orang yang masih mencintai orang lain itu sulit dan pahit. Clara mencoba menggoda Tama dengan baju sexy, hasilnya ditinggal tidur. Clara mencoba memasakan makanan kesukaan. Hasilnya tidak dimakan.
Berkali kali Clara mencoba membangun hubungan yang lebih intim dengan Tama.
"Mas, ayo makan berdua yuk," ajak Clara suatu hari. Sambil mencoba bergelayut manja di lengan Tama.
"Itu Mbak Jiah udah masak," jawab Tama sambil melepas pelukan Clara.
"Aku mau makan berdua sama kamu, kita kencan ala anak muda yuk!" ajak Clara masih belum menyerah.
"Aku udah gak muda lagi Ra, aku udah punya anak," kata Tama kemudian masuk ke kamarnya. Clara menghela nafas dongkol. Menepuk dengan satu tangan itu artinya harapan kosong. Tama berjanji berusaha mencintainya, namun ternyata itu cuma janji kosong belaka. Dia tidak berusaha untuk itu. Bahkan sekarang Tama memanggilnya dengan nama. Bukan 'Yang' lagi.
Ada satu hal yang menghibur. Daus dengan kepolosannya justru menerima Clara dengan senang hati. Bocah itu bahagia memiliki teman main yang menyenangkan. Clara tidak sungkan tampil 'memalukan' untuk orang dewasa, namun menyenangkan untuk anak anak.
"Aku kodok…. Aku mau nangkep Daus," kata Clara sambil melompat lompat mengejar Daus yang merangkak. Bocah itu merangkak dengan cepat sambil tertawa senang. Seisi rumah dipenuhi suara tawa mereka. Suster dan pembantu sampai ikut tertawa dengan kelakuan Clara yang kekanakan. Tama hanya melirik di balik laptopnya. Jujur dia mengakui kalau baru kali itu melihat Daus disayangi secara tulus.
***
Gadis itu kerap berderai air mata sendirian dimalam hari. Bobot tubuhnya juga turun drastis. Kegiatannya hanya mengecek kos kosan yang gak terlalu jauh dari rumahnya. Sekedar ngobrol dengan penghuni kost yang tak bekerja pada hari itu.
"Weh, istri muda datang lagi," seloroh Hani salah satu penghuni kost. Clara hanya mesem mesem. Ikut duduk di emperan kamar Hani. Mereka selalu mengolok Clara sebagai istri muda karena jarak umurnya yang terlalu jauh dengan Tama.
"Ada gosip apa hari ini?" tanya Clara.
"Masmu dideketin janda pemilik warung makan samping. Tiap hari dapat kiriman makanan. Ntah ada peletnya gak," kata Hani lancar bergosip. Clara tertawa. Seisi penghuni kost ini emang tahu tukang kebunnya adalah kakak dari Clara.
"Trus Tito mau gak?" tanya Clara.
"Makanannya sih diterima, dimakan dengan lahap. Tapi tetep aja tuh nyapu halaman kost sambil telponan sama cewek, panggilnya sayang lagi," kata Hani yang emang paling biang gosip daripada yang lain. Clara tertawa ngakak.
"Masku hebat juga ya, ganteng enggak, kaya enggak, tapi buaya," kata Clara. Hani ikut tertawa. Clara juga mengikuti kursus stir mobil agar bisa mengendarai mobil sendiri.
Jauh dalam lubuk hatinya gadis itu sepi.
"Mas, bolehkah aku bekerja diluar?" tanya Clara saat mereka sarapan. Mungkin pekerjaan di luar rumah bisa mengalihkan pikirannya dari kesedihan. Itu harapan Clara.
"Terserah, lakukan sesuka yang kamu mau," kata Tama dingin. Clara mengangguk senang.
***
Gadis itu melamar kerja pada beberapa tempat. Dia mau kerja di butik. Dengan modal ijazah tempat kursus kemarin, Clara percaya diri dapat kerja. Lalu disinilah dia. Di Sebuah butik kecil milik istri petinggi di kepolisi. Bu Nirmala namanya.
"Selamat bergabung Ra, semoga betah bekerja disini," kata Bu Nirmala sambil mengulurkan tangan. Clara menerima jabatan tangan itu dengan gembira. Dia yang terpilih bergabung setelah menyingkirkan tiga orang saingannya.
Kali itu Bu Nirmala dapat orderan spesial katanya. Orderan dari anak angkatnya yang akan menikah dalam beberapa bulan lagi. Tidak tanggung tanggung. Baju yang digarap 6 pc untuk perempuan termasuk baju seragam bhayagkari. Juga dua pc baju untuk laki laki. Sepertinya pengantin laki laki seorang polisi. Lebih banyak memakai seragam saat menikah. Clara menjadi asisten Bu Nirmala untuk fitting pertama baju prewed mereka.
Air liur Clara menetes melihat kemesraan mereka. Yang cowok tidak malu malu menunjukkan rasa cintanya.
"Mamas, diam dulu aku baru nyobain baju!" Kata calon mempelai perempuan, karena terus dilempari gumpalan tisue kecil kecil diwajahnya. Clara mesem mesem. Panggilan kesayangan ‘Mamas’ terlalu imut untuk muka garang calon mempelai laki laki.
“Revan kamu cobain beskap sama Maya sana! Daripada gangguin kita disini,” perintah Bu Nir. Laki laki itu pun berlalu.
“Cocok Mbak,” komentar Clara pada Putri. Gaun hitam itu sedikit terbuka, namun begitu cocok dengan si pemakai.
“Ini gak terlalu terbuka? Putri agak gak pede,” tanya mempelai wanita.
“Gak, ini masih dalam batas wajar Put,” jawab Bu Nir.
“Eh, Mbaknya baru ya? kemarin waktu ngukur baju gak ada,” kata Putri pada Clara.
“Iya Mbak, baru dua hari ini,” jawab Clara. Gaun itu tidak perlu banyak perubahan. Revan kembali datang setelah mencoba beskap miliknya.
“Bu, aku lapar,” kata Revan.
“Ada makanan di dalam, ajak putri makan sekalian,” jawab Bu Nir. Revan menyibak gaun Putri yang berbelahan tinggi di pahanya.
“Tapi pahanya masih mentah, tuh masih putih,” kata Revan sambil lekat memandangi paha putih milik Putri. Putri langsung menabok lengan calon suaminya.
“Dasar mesum!” desis Putri. Clara tertawa ngakak dibuatnya. Sepasang sejoli itu pun masuk rumah sambil bergandengan.
"Bu, aku lepas di dalam rumah ya," izin Putri sambil memegangi gaunnya. Bu Nir mengangguk sambil tersenyum.
"Mesra sekali ya Bu," komentar Clara. Bu Nir kembali tersenyum.
"Banyak yang sudah mereka lalui. Pacaran lebih dari 5 tahun. Untuk menikah ini saja mereka harus menyamakan visi dengan alot. Sama sama keras kepala menurutku," komentar Bu Nir.
Lagi lagi Clara merasa kecil. Mungkin dia juga akan bahagia jika menikah dengan orang yang benar benar mencintainya. Setidaknya rasa cintanya terbalas. Tidak amburadul begini rumah tangganya. Huft…. Hidup memang tidak mudah untuk siapa pun bukan? Yang terpenting harus tetap semangat!!!
***
...…Hiyaaahhh otornya tambah sibuk karena merawat dua orang yang lagi sakit. Kenapa orang kokoh dan pendiam itu kalau sakit manjanya melebihi bayi???? Ada yang bisa jawab????...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
MAY.s
Ketemu bu Nirmala lagi. Cerita ini berkesinambungan dg Reput ya thor
2023-04-30
1
MAY.s
Benar benar si Tama😡
2023-04-30
1
MAY.s
Whaaattttt😱 dramanya sdh dimulai 🤧
2023-04-30
1