Usai wisuda Clara bingung mau kemana. Kempung dan Nyak lanjut kuliah, sedang menis dapat kerja di tempat yang enak. Clara bingun sendiri. Kuliah sudah pasti gak bisa, gak ada uang dan gak ada kesempatan.
Gadis itu akhirnya mendaftar kerja di sebuah pabrik garment. Clara shok dengan cara kerja pabrik yang mayoritas diisi perempuan itu.
"Matamu kerja dipake! targetmu 1000 per jam!! Jangan plongak plongok aja dasar bocah lon*te!!" kata SPV dengan keras pada Clara. Gadis itu shock. Baru kali ini dapat makian sekasar itu. Ternyata begitulah cara kerja di pabrik itu. SPV menuntut para operator mesin agar mencapai target dengan cara membentak dan memaki. Asaga..... Beginikah dunia kerja?? Batin Clara ngilu. Makian makian dari SPV walaupun tidak ditunjukkan padanya tetap serasa menyakitkan. Clara benar benar tidak terbiasa dengan perlakuan seperti ini.
Clara gak selera makan saat jam makan siang tiba.
"Kenapa gak dimakan Dek?" tanya senior satu line yang makan disebelahnya.
"Gak selera Mbak, itu SPV emang mulutnya begitu?" tanya Clara lesu. Seniornya malah tertawa.
"Gak usah dipikir Dek, emang gitu mulutnya. Dia juga dituntut untuk gitu. Udah makan gak usah dipikir," kata Senior santai.
"Tapi itu nenyakitkan Mbak," bantah Clara.
"Ya udah gak usah dibikin sakit. Dipikirin aja gajinya. Bisa buat kebutuhan kita, bisa buat nyenengin orang orang yang kita sayang," kata senior lagi.
Clara tetap menolak makan. Mulutnya tidak tertelan makanan. Dia memang koplak, sering bercanda setengah gila. Kata kata kasar juga sering terlontar dari mulutnya, tapi hanya untuk bercanda. Bukan seriusan untuk mengintimidasi orang semacam ini.
Dunia kerja bahkan berbeda jauh dari dunia sekolah. Dia berada didunia tata busana selama 3 tahun. Pola baju sampai jas sudah dia kuasai dengan baik. Pengerjaannya juga harus pelan dan penuh pemikiran. Salah satu stik jahit saja diulang, tapi dipabrik garment ini, target yang di bebankan membuat pising 1000 pc per jam??? Walaupun itu hanya per bagian jahit, tapi serasa gak mungkin untuk Clara.
***
Seminggu bekerja bobot Clara turun 5 kilo. Dia benar benar tidak betah. Memutuskan untuk out saja. Senin esoknya Clara tidak berangkat. Luntang lantung dirumah jadi pengangguran. Kerjaannya sehari hari cuma bantuin Ibunya jaga warung kecil didepan rumah. Sambil mencoba ngelamar sana sini. Sempat kerja dipabrik garment lain. Berharap beda dengan pabrik garment yang pertama, tapi ternyata Clara salah.
"Kebanyakan garment gaji besar pasti ada dimarah marahin SPV, soalnya biar target," kata teman Clara di pabrik kedua. Akhirnya Clara out lagi.
Saat Clara kebingungan mencari kerja, dia melihat status Leni. Teman sekelasnya dulu yang katanya gak lanjut kuliah.
'Katanya gak lanjut kuliah, kok ikut ospek?' pesan Clara Pada Leni yang pakai baju hitam putih dan rambut terkuncir rapi. Pesannya terbalas sore hari.
'Emang gak lanjut kuliah formal, tapi aku ikut kursus tata busana di BBLKI,' balas Leni. Clara pun kepo dengan tempat kursusan Leni. Ternyata itu tempat kursus keahlian yang dibiayai pemerintah.
'Jadi gratis Len?' tanya Clara pada Leni.
'Gratis, cuma kalau masuk sekarang udah tutup pendaftarannya. Ada sih, tapi ikut swadana. Artinya bayar sendiri.' balas Leni.
Clara pun tertarik mengikuti kursus itu. Dia minta pertimbangan pada Ibunya.
"Kalau mau yang bayar juga boleh, Ibu bisa usahakan kalau segitu biayanya. Biar kamu ada kegiatan, gak sedih sedih terus karena gak dapat kerja yang tepat," kata Ibu membuat Clara senang. Akhirnya gadis itu mengikuti kursus tata busana itu dengan jalur swadana.
***
Leni tersenyum senang saat melihat Clara masuk kelas dan memperkenalkan diri sebagai siswa swadana baru.
"Nama saya Clara Nessa. Biasa dipanggil Clara," kata Clara memperkenalkan diri singkat. Dalam kelas itu ada sekitar enam belas siswa termasuk Leni. Hanya ada dua orang berjenis kelamin laki laki dikelas itu. Teman teman barunya menyambut ramah. Kebanyakan dari mereka lebih tua dari usia Clara. Clara dan Leni dianggap seperti anak ragil di kelas itu.
Pelajaran mereka baru dimulai semingguan. Clara tak begitu sulit mengejar ketinggalan. Karena pada dasarnya dulu dia SMK jurusan Tata Busana. Bahkan sebenarnya pelajaran ditempat kursus ini hanya mengulang dan lebih sederhana.
"Makan dikantin yuk," ajak Leni saat istirahat.
"Ayok, jangan ditinggal," kata Clara bersemangat. Clara dan Leni berjalan menuruni tangga menuju kantin dilantai dasar.
Dikantin itu Clara dan Leni berdesakan dengan siswa jurusan lain.
"Banyak juga ternyata siswa yang berkursus disini," komentar Clara.
"Di tempat kursus ini ada sekitar lima jurusan. Empat jurusan untuk anak laki laki. Ada jurusan mobil, sepeda motor, pendingin, dan ukir. Jadilah kaum wanita di tempat ini terbilang langka. Hanya ada dikelas tata busana kita," jelas Leni pada Clara. Gadis itu manggut manggut mendengarkan.
Banyaknya siswa yang ada di kantin, membuat Clara dan Leni gak dapat tempat duduk. Mereka akhirnya membawa makanan mereka ke emper kelas untuk dimakan disana. Mereka melewati segrombolan anak laki laki yang juga gak dapat tempat duduk dikantin. Mereka lesehan diluar kantin sambil makan.
"Mbak e... Mbak, pecel lele minumnya arak, boleh kenal gak?" tanya seorang siswa yang ada digrombolan itu saat Clara dan Leni lewat didepannya. Langsung dapat sorakan dari teman temannya.
"beli gereh yang jual jutek. Gak boleh, situ jelek," balas Clara sambil berlalu. Sorakan lebih keras terdengar. Clara berlalu sambil nyekikik bersama Leni.
"Dasar koplak, sempat sempatnya bales pantun sambil bawa piring," komentar Leni saat mereka sudah jauh dari grombolan. Clara nyekikik saja.
"Biarin, biar gayeng. Daripada kita diem aja pasti dikira sombong sama penyamun penyamun itu," kata Clara. Leni semakin ngakak dengan istilah Clara.
"Bahasamu Ra, penyamun kaya dongeng 1001 malam," kata Leni masih sambil ngakak.
"Awas, ngakak ya ngakak es tehmu tumpah itu," kata Clara. Leni bengong, baru sadar minumnya tinggal separo.
***
Seorang laki laki diantara grombolan itu terus memandangi Clara sampai menghilang. Dia cukup terhibur dengan aksi Clara membalas pantun temannya.
"Cantik, ceria, dan pemberani," kata laki laki itu entah pada siapa. Beberapa temannya yang mendengar sedikit heran.
"Siapa Tam?" tanya seorang diantara mereka. Tama cuma tersenyum misterius. Tanpa menjawab pertanyaan temannya. Gerombolan penyamun itu gak ambil pusing dan kembali khusyu dengan piring di hadapan mereka.
Tama pun juga kembali menyendok makanannya. Sekilas ia teringan cewek yang berani membalas pantun itu. Kilas berikutnya yang lebih banyak dia teringat anak kecil yang tersenyum.... Senyum yang sama dengan Citra..... Ah.... Citra lagi Citra lagi. Tama pun menggelengkan kecil kepalanya. Berharap dapat menghilangkan Citra dari pikirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
MAY.s
Nah, part ini yg mengandung misteri dan penasaran.
2023-04-18
1