Pulang ke rumah Clara disambut Tama yang uring uringan.
"Kamu tahu jam berapa ini? Apa pekerjaan itu menjadikanmu istri kurang ajar? Apa uang dariku gak cukup sampai kamu harus bekerja selarut ini?!!! Bisakah kamu menghargai aku sebagai suamimu? Kenapa ijin sama Sus padahal nomerku aktif!!!" kata Tama murka. Mengikuti Clara yang masuk rumah dengan santai.
"Sudahlah Mas, aku capek. Lagian sejak kapan kamu peduli sama aku? Sejak kapan juga kamu menghargai aku sebagai istrimu?" jawab Clara santai. Tama mencengkeram lengan Clara saat gadis itu akan memasuki kamarnya.
"Kamu istriku Ra!!" kata Tama keras. Semakin marah karena diabaikan.
"Iya, istri topeng yang tidak diharapkan. Sebatas istri agar orang orang tidak curiga kamu mengangkat anak saat masih lajang. Istri yang membuat keluargamu tidak menyalahkan kamu lagi," kata Clara. Tama terdiam. Clara berkelit dari cengkraman Tama dan masuk kamar.
Tama masih terbengong didepan pintu. Hah!!! Peduli setan dengan Clara. Kenapa juga dia harus marah marah dengan gadis itu. Semua yang dikatakan gadis itu benar. Kenapa harus semarah ini? Bodo Lah…. Tama berlalu dari depan kamar Clara menuju kamarnya sendiri.
***
Clara sedang mematut gaun kuning gading. Dibantu beberapa orang gaun itu sedang diberi aksen payet yang indah di bagian lengan. Ini harus jadi besok lusa. Soalnya tanggal acara sudah mendekat.
"Alamat lembur ini," kata Clara sambil menghela nafas. Maya tertawa.
"Jelas, kita masih punya tuh satu yang merah," kata Maya. Satu kebaya panjang menyentuh tanah untuk ngunduh masih polos tanpa hiasan. Mereka memandang kebaya itu bersamaan. Kemudian menghela nafas panjang lagi bersama. Benar saja sampai magrib mereka masih sibuk dengan payetan. Padahal anak anak yang biasa karate pun sudah bubar.
Clara menelpon Sus Wiwik untuk bilang dia akan pulang terlambat.
"Nggak telpon bapak aja Mbak? Nanti bapak marah lagi," suara Sus Wiwik seberang sana. Haa teriakan Tama tadi malam ternyata terdengar orang lain.
"Biarkan saja. Marahnya pling juga cuman ngomel ngomel Sus, belum garuk garuk tembok di pojokan," kata Clara. Sus wiwik tertawa ngakak disebrang sana.
“Mbak Clara ada ada saja,” kata Sus Wiwik masih dengan tawanya.
Clara beres ketika matahari sudah digantikan bulan.
"Hiyah, pulang juga kita," kata Maya setelah mereka sampai ke motor masing masing. Maya langsung naik kesedel dan tancap gas.
“Bye Clara, ketemu besok lagi,” kata Maya sambil tancap gas dengan motornya. Clara tersenyum menanggapi. Sepertinya rekan kerjanya itu sedang benar benar terburu buru untuk pulang. Sedangkan dia sebenarnya malas pulang, malas bertemu Tama. Daus juga sudah tidur jam segini. Ah… Clara akan mengajak Daus jalan jalan nanti kalau dia libur.
Clara mencoba menghidupkan motornya dengan dobel starter. Nihil… beberapa kali dihidupkan tetap saja gak bisa hidup. Dia mencoba dengan starter manual. sampai kakinya pegal juga gak ada hasil.
Clara hampir masuk rumah minta tolong pada orang rumah saat Boby datang dengan Revan. Mengendarai motor matic dengan berboncengan menempel. Mirip penyuka sesama jenis. Clara agak jijik melihat pose mereka. Boby dengan nyamannya melingkarkan tangan dipinggang Revan. Yang dipeluk santai saja mengendarai motor mendekat kearah Clara.
“Macet?” tanya Boby sambil turun dan melepaskan pelukannya.
“Iya, udah aku coba starter sampai puluhan kali gak bisa,” kata Clara.
"Dahiku sudah glowing karena banyak peluh," lanjut Clara membuat Boby dan Revan tertawa.
“Pak aku antar Pocik pulang ya. Nanti aku balik lagi,” kata Boby pada Revan. Yang dimintai izin sudah nyelonong berjalan menuju rumah sambil melambaikan tangan. Ternyata sudah meninggalkan kunci tertancap di motor.
"Lain kali jangan gunakan modus murahan," kata Revan sebelum benar benar hilang di balik pintu. Boby cuma nyengir.
“Ha? Maksudnya apa?” tanya clara tidak mengerti.
“Entahlah, dia emang agak aneh kalau khodamnya keluar,” Jawab Boby asal.
"Naik!"lanjut Boby karena Clara cuman bengong.
"Lah, motorku gimana?" tanya Clara.
"Tinggal sini dulu, aku urusi besok. Aman kok, siapa juga yang berani nyuri dirumah Kapolsek," jawab Boby santai. Clara pun naik keboncengan Boby.
Boby melajukan motornya dengan santai. Seakan menikmati malam yang sekian lama dia rindukan. Sangking santainya Clara sampai geregetan sendiri.
“Kak, bisa agak cepet gak? anakku nunggu di rumah,” kata Clara. Boby melengos mendengar ucapan Clara.
"Aku mau mampir makan dulu, aku lapar sekali sampai mau pingsan," kata Boby lebay. Kali ini giliran Clara yang melengos.
“Kamu gak ada cita cita pegangan sama aku?” tanya Boby.
“Gak, cita citaku jadi desainer, dan kamu bukan benda berharga yang bisa dijadikan jaminan buat pegangan,” kata Clara membuat Boby ngakak.
Mereka makan sate madura. Yang warungnya bersebelahan dengan restoran mahal bertema mengapung. Lampu yang menghias restoran itu begitu indah. Membuat pemandangan tersendiri dari arah warung sate.
"Ini yang namanya rejeki gak kemana, padahal makan sate di pinggir jalan, tapi bisa menikmati lampu lampu restoran mahal," kata Boby sambil melihat ke arah kerlipan lampu restoran. Clara tersenyum menanggapi.
"Banyak hal yang indah kalau kita mensyukurinya Kak, walaupun kita tertimpa kemalangan sekalipun," jawab Clara sambil ikut menikmati lampu lampu resto itu.
Yaa, begitulah yang dirasakan Clara saat ini. Dia memang istri yang malang, istri yang tidak dicintai suaminya. Sebatas istri topeng, namun dia masih bisa menikmati hidup. Masih bisa bersama Daus dan bekerja pada pasion yang dia miliki. Dengan menikahi Tama dia bisa membantu kakaknya yang pengangguran bekerja, bahkan bisa mengirim uang tiap bulan untuk orang tuanya dari uang jajan yang diberikan Tama. Bukankah itu indah?
"Memang kemalangan apa yang kamu alami? Apa kamu baik baik saja?" tanya Boby sambil lekat memperhatikan wajah ayu disampingnya. Clara tergagap dengan pertanyaan Boby. Mata mereka bertemu. Ini pertama kalinya ada orang bertanya 'baik baik saja' pada Clara yang sebenarnya merasa hampa. Gadis itu menoleh ke sembarang tempat. Mengamati banyak benda diatas agar tidak tumpah air matanya.
Boby meremas tangan Clara yang berada di atas meja. Gadis itu terkejut dan berusaha melepaskan.
"Dengar, aku siap menjadi tempat curhatmu kapanpun kamu butuh curhat. Aku mau jadi sandaranmu saat kamu rapuh," kata Boby. Clara melepas cengkraman tangan Boby.
"Tidak mau, nanti aku kamu tukar tambahkan lagi sama kakak kelas," kata Clara membuat Boby nyekikik seketika. Teringat bagaimana mereka berpisah dulu.
"Habis kamu dulu gak elegan banget nangisnya, masak nangis sampai keluar ingus. Kan aku jadi ilfil," kata Boby sambil mengenang kejadian itu. Clara mendatanginya sambil nangis nangis minta gak diputusin.
"Nangis keluar ingus itu artinya nangis sungguhan ya… lihat aja artis yang akting itu, gak ada yang sampai keluar ingus karena akting," debat Clara gak mau kalah.
"Kalau ingus yang jadi pertanda, nangis aja pas lagi pilek," jawab Boby.
"Ya beda kali ingus pilek sama ingus nangis,"
"Apa bedanya? Emang ada tulisannya? Kamu jadi ahli ingus?" tanya Boby pada Clara. Pria itu kemudian menyuap lontongnya lagi.
"Ingus pilek itu ijo kaya lontong yang kamu emplok (makan) tadi," kata Clara membuat Boby kesulitan menelan lontongnya. Clara nyekikik melihat ekspresi Boby.
"Iya dan pup orang diare mirip sama sambel di piring itu," jawab Boby gak mau kalah.
"Berarti ini lagi diare berlendir ada ijo ijonya," jawab Clara makin gila. Mereka terus saja bercanda sampai tandas dua piring sate dan minumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
MAY.s
Khusus part ini awalnya bikin nyesek, tapi ending part bikin ngakak 🤣
2023-05-01
1
MAY.s
Lebih mirip sama bumbu pecel Bobby🤣🤣🤣
2023-05-01
1
MAY.s
Weee... jijike bahas ini pas makan. tapi ngakak sih pas scene mereka 🤣
2023-05-01
1