Clara masuk kelas langsung dapat jitakan dari teman temannya.
"Dasar jahil, tau gak itu motor motor siapa?" tanya Leni. Clara cuma nyengir sambil geleng geleng.
"Itu motor Pak Ustadnya!!" kata Mbak Galih sambil ikut noyor Clara.
"Kami malu tau, udah keluar musholanya bareng Pak Ustad, ehh... Motornya dicantolin sepatu dimana mana. Dasar jahil," kata Mbak Diah. Clara tertawa ngakak. Puas sekali dia dapat ngerjain teman temannya.
Siang itu teman temannya ngajakin Clara sholat di masjid.
"Tumben pada mau sholat di masjid," kata Clara heran.
"Asyik di masjid ternyata. Siapa tahu bisa dapat kecengan," jawab Leni. Rombongan anak tata busana itu pun turun dari kelas mereka yang ada di lantai dua.
Usai sholat Clara di tinggal teman temannya. Dia celingukan mencari sepatunya. 'Haduh, balik dikerjain aku.' batin Clara. Teman teman tata busananya sudah nyorakin Clara sambi ngejek dari atas balkon kelas mereka. Mereka senang melihat muka bingung Clara.
"Cari apa Dek?" tanya Tama yang dari tadi memperhatikan Clara clingukan.
"Cari harta karun Mas, siapa tahu disini ada harta karun peninggalan Majapahit," jawab Clara asal.
"Ow, harta karun, kalau harta karun aku gak tahu. Kalau sepatu coklat ada pitanya saya tahu," kata Tama.
"Eh, iya iya Mas itu yang saya cari dari tadi hehehehe," kata Clara sambil memandang Tama.
"Kalau aku kasih tahu, kamu mau ngasih apa sama aku?" tanya Tama sambil senyum senyum.
"Tak kasih ucapan terimakasih Mas, tulus dari dalam hatiku," kata Clara sambil nyengingis.
"Ra, bentar lagi masuk kelas!!! Kamu nyeker aja sini," teriak Leni dari balkon kelas. Tawa pun terdengar dari teman sekelas Clara.
"Awas ya kamu, pembalasanku akan lebih kejam dari ibu tiri!!" teriak Clara. Teman temannya di balkon semakin tertawa.
"Gayamu jadi ibu tiri. Punya pacar aja selalu di selingkuhi," teriak Leni. Clara cemberut. Benar juga. Cinta pertamanya dulu selingkuh dengan kakak kelas yang lebih bohay. Clara meminta Kempung, Menis, dan Nyak ikut melabrak kakak kelas. Sampai di depan kakak kelas, keempat remaja kelas satu itu menciut.
"Mau apa kasini?" tanya si kakak kelas dengan galak. Di belakangnya ada dua temannya yang bertubuh gembul. Clara dan tiga temannya ngeri melihat lengan besar yang mirip kaki kebo
"Da... Dapat salam dari Boby Kak," kata Clara kemudian berlalu. Boby adalah nama pacar Clara yang berselingkuh. Sampai kelas Clara jadi bahan bulan bulanan teman temannya. Karena semangatnya ngelabrak kakak kelas seperti kerupuk kena air. Langsung melempem begitu saja.
Suara tawa teman teman tata busana Clara membuat gadis itu tersadar dari lamunannya yang sesaat.
"Woooiii kalian itu wanita, kenapa teriak teriak mirip dihutan!!!" kata pembimbing tinggi, besar, hitam yang tadi pagi menegur Clara. Teman temannya langsung bubar dari balkon. Masuk kelas. Tama nyekikik sambil berlalu menuju kelasnya. Dia melewati Clara sambil berbisik.
"Sepatumu ada dibelakang tong sampah." Clara yang dapat bisikan tiba tiba langsung kaget. Entah mengapa berada sedekat itu dengan Tama membuat jantung gadis itu berdebar tak aman. Sekilas parfum Tama menguar memenuhi hidung Clara. Pria itu merangkul pembimbing tinggi, besar, hitam itu menuju kelas mobil.
"Ma... Makasih Maaa.... Maass," ucap Clara tergagap. Padahal Tama sudah pergi dari tadi. Clara mengatur nafas sesaat sebelum mengambil sepatunya yang beneran ada di belakang tong sampah.
Sampai kelas tata busana Clara ngomel ngomel. Dapat omelan balik dari teman temannya.
"Kok bisa ketemu sepatumu?" tanya Leni.
"Bisa dong, cuma gini aja kecil," jawab Clara sombong.
"Halah, paling dikasihtahu Mas Tama. Eh, ngomong ngomong kalian pacaran?" tanya Mbak Diah. Clara cuma tersenyum. Baginya belum kepikiran mau pacaran atau dekat dengan cowok manapun. Cinta pertamanya dulu cukup pahit. Dia lebih mau menikmati hidup daripada mikir pacar memacari.
Obrolan para cewek tata busana itu melebar. Dari obrolan itu Clara tahu Pembimbing galak itu ternyata Pak Denya Tama. Pantas saja mereka terlihat akrab tadi.
***
Akhir minggu ini Clara diajak jalan jalan sama Tama. Untuk pertama kalinya juga Tama akan berkunjung kerumah Clara. Dari pagi gadis itu sibuk bersih bersih dan memilih baju yang pantas. Tak lupa untuk luluran dan dandan.
Tama datang saat gadis itu sudah oke dan siap berkencan. Tama menghadapi wawancara singkat oleh ayah Clara. Itu kali pertama Clara diajak kencan cowok yang datang kerumah seperti ini. Ayahnya jadi sedikit over protektif. Apalagi Clara adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Satu kakaknya sudah menikah, satunya pengangguran, satunya kerja di konveksi dekat rumah.
"Kita mau kemana?" tanya Clara setelah mereka berkendara dengan motor Tama.
"Kita ke Tawangmangu yaa. Aku udah lama gak kesana," jawab Tama. Clara senang sekali. Baginya pergi kemana saja gak masalah. Dia jarang piknik kenanapun.
Sampai di tempat tujuan mereka disambut kabut dan anak tangga buatan menurun yang banyak. Clara ngos ngosan, padahal objek Grojogan Sewu juga belum terlihat.
"Ini.... masih lama.... Mas?" tanya Clara sambil ngos ngosan. Tama tersenyum melihat ekspresi Clara yang ngos ngosan segitunya.
"Kita istirahat dulu kalau begitu," kata Tama sambil menarik tangan Clara menuju bale bale disamping tangga yang memang diperuntukkan untuk para pengunjung istirahat. Yang ditarik tanganya tambah engap nafasnya. Ini pertama kalinya Tama memegang tangan Clara. Rasanya ada yang bergetar dan menggetarkan. Mungkin sebenarnya Clara terlalu baper dengan pria yang selalu bersikap gentel ini.
"Nih minum dulu Dek," kata Tama sambil menyerahkan satu botol jus jeruk yang diiklankan putri dunia pada Clara.
"Makasih Mas," kata Clara tambah baper. Clara memandangi botol itu setelah meminumnya.
"Kenapa dilihatin?" tanya Tama.
"Enggak, kalau aku minum ini bisa cantik kaya miss miss itu gak ya Mas?" tanya Clara bodoh. Tama tertawa dibuatnya.
"Kamu cantik kok, gak harus mirip miss miss an itu. Kamu lucu, gak ngebosenin," puji Tama menbuat Clara semakin melayang.
"Jadi aku cantik walaupun gak jadi mimisan?" tanya Clara girang. Sengaja memlesetkan kata 'miss' jadi 'mimisan'. Tama yang mengerti candaan Clara langsung tertawa.
"Kenapa kamu lucu? Kalau cantik dan lucu gini aku kan jadi seneng deket kamu," kata Tama sambil menyelipkan rambut Clara. Pandangan mata mereka bertemu sesaat. Lagi lagi gadis itu baper dengan perlakuan Tama. Mukanya sudah semerah kepiting rebus.
"Masih mau disini? Atau mau lanjut lagi?" tanya Tama. Membuyarkan kontak mata mereka.
"Lanjut gak papa aku udah gak capek," jawab Clara. Mereka melanjutkan perjalanan menuruni tangga itu. Akan tetapi ada yang berbeda sekarang, Tama tidak melepaskan tautan tangan mereka. Mereka bergandengan sampai tangga terakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
MAY.s
Klo aq jadi Tama pasti aku tambah kalimatnya, "Cuma kamu kalah tinggi saja, Ra." 🤣🤣🤣
2023-04-27
1
MAY.s
YouC1000🤣🤣🤣
2023-04-27
1
MAY.s
Si Tama langsung ngeh😃
2023-04-27
1