...****************...
"Lo mau makan apalagi, Zee? Biar gue ambilin," tanya Devan pada Kezia yang sedari tadi sibuk mengunyah makanan.
"Sebentar, ini juga belum abis, Van."
Devan terkekeh lucu melihat Kezia yang berbicara dengan mulut masih penuh dengan makanan. Hormon kehamilan membuat perempuan tersebut jadi hobi makan, sehingga pipinya pun kini terlihat lebih chubby dari sebelumnya. Hal itu membuat Devan merasa gemas, dan ingin sekali menggigitnya.
"Kalau lagi makan jangan sambil ngomong. Berantakan gini, kan." Tangan Devan dengan lancang mengusap sudut bibir Kezia yang menyisakan sedikit makanan di sana.
"Biar sama aku aja, Van. Nggak enak dilihat orang." Kezia menepis tangan Devan dengan halus, karena tak ingin ada fitnah di antara mereka.
"Ekhem ...." Suara deheman seseorang dari arah belakang membuat keduanya menoleh ke arah asal suara.
"Abi?" lirih Kezia. Kedua matanya mengerjap gugup, saat melihat tatapan tak biasa yang dilayangkan lelaki tersebut. Ia jadi ingat kejadian kemarin, saat Abizar menegur Devan yang selalu berada di sekitar Kezia. "Devan cuma lagi nemenin aku makan aja, kok." Tanpa ditanya, Kezia langsung menjelaskan seperti itu. Ia tidak ingin Abizar berpikiran buruk tentang sikap mereka kali ini.
"Oh, ya? Ayo, ikut aku! Biar aku yang nemenin Mbak makan," ucap Abizar. Lalu memeluk kedua bahu Kezia dan menggiring tubuh istrinya tersebut menjauhi Devan.
"Tunggu!" Suara Devan menghentikan langkah mereka, "apa yang lo rencanain, Bi?" tanyanya kemudian.
"Rencana?" Abizar mengulang kata sambil mengernyit bingung, "Gue punya rencana apa? Bukannya lo yang punya rencana buruk buat merebut istri gue?" sarkasnya.
"Hh ...." Devan mendengkus masam. Sudut bibirnya menyunggingkan senyuman miring. "Sejak kapan lo inget punya istri?" cibir Devan.
Kezia yang tidak ingin ada keributan langsung merelai di tengah-tengah mereka. "Udah, ih. Kalian ini kayak anak kecil aja tahu, nggak? Meributkan hal yang nggak penting."
Abizar menatap Kezia tidak suka. Merasa kesal dengan tanggapan perempuan itu yang menganggap kelakuan Devan hanyalah hal biasa. Apalagi saat perempuan itu dengan lembutnya berkata kepada Devan,
"Van, lebih baik aku pergi sama Abi dulu, ya. Keluargaku ada di sini, aku takut mereka juga berpikir macam-macam, kalau aku terus-terusan sama kamu. Abi, kan, ada di sini."
"Oh, jadi selama gue pergi kalian sering berdua kayak gini? Bagus!" batin Abizar menggerutu.
Devan tersenyum menanggapinya, "Oke, tapi lo jangan lupa makan yang banyak! Kasian bayi lo kalau sampai kelaparan," kekehnya.
"Cih, sok perhatian!" Abizar berdecak, lalu menarik tangan Kezia dengan paksa agar mengikutinya, sedangkan Devan hanya bisa memandang mereka dari arah belakang.
...******...
Ketika malam mulai merangkak dengan ditandai langit yang mulai menggelap. Pesta pernikahan masih berlanjut sampai rangkaian acara resepsi selesai dilakukan. Namun, keluarga Abizar memilih pulang lebih dulu, karena Ayura—sang oma, harus beristirahat lebih awal karena sakitnya.
Begitupun dengan Kezia dan Abizar. Pasangan itu juga memutuskan untuk pulang ke rumah Angelina. Sebenarnya bukan keinginan Kezia, melainkan Abizar yang memaksa. Karena tidak enak dengan mertuanya, Kezia pun akhirnya menurut saja.
Sesampainya di rumah, Kezia langsung masuk ke kamar dan diikuti oleh Abizar. Kezia masih kesal dengan Abizar lantaran perseturuan mereka saat berada di pernikahan Aruna tadi. Menurut Kezia, Devan terlalu kekanak-kanakan.
"Mbak, pokoknya aku nggak mau Mbak deket-deket sama Bang Devan lagi!" Abizar menahan tangan Kezia yang baru saja masuk ke kamar mereka. Kezia langsung menepis tangan suaminya. Sudah kesekian kalinya Abizar berkata seperti itu. Ia merasa bosan mendengarnya.
"Dengerin aku, ya. Kamu nggak berhak melarang aku buat berteman dengan Devan. Sebelum aku menikah sama kamu, aku memang sudah berteman dengan dia. Dia yang selalu ada buat aku, saat kamu di Jepang. Lagipula aku juga nggak pernah melarang kamu untuk dekat-dekat dengan perempuan lain. Memangnya aku nggak tahu kelakuan kamu di sana, hah? Kamu sudah punya pacar, kan?"
Abizar terhenyak mendengar itu. Entah kenapa kalimat itu seperti tudingan baginya, padahal itu adalah kenyataannya. "Itu—"
"Nggak usah nyangkal. Suara perempuan yang aku denger di telepon kemarin itu pacar kamu, kan? Aku nggak budeg, Bi. Dia dengan jelas manggil kamu 'sayang'. Aku nggak terlalu bodoh buat menyimpulkan hubungan kalian seperti apa," potong Kezia panjang lebar. Membuat Abizar kalah telak, dan tidak bisa mengelak.
"Oke, aku akui. Aku memang sudah pacar sebelum aku menikah sama Mbak, dan sebenarnya aku juga nggak peduli kalau Mbak mau dekat sama siapa aja, tapi tolong jangan di tempat ramai kayak tadi. Apalagi semua anggota keluarga kita ada di sana. Mereka tahu kalau kita udah menikah, Mbak. Apa pendapat mereka kalau lihat Mbak begitu mesra dengan Bang Devan? Setidaknya Mbak bisa menutupi hubungan spesial kalian dari mereka, lah."
"Aku tekankan sekali lagi, aku nggak punya hubungan spesial dengan Devan, Abi!" sentak Kezia tidak mau dituduh seperti itu.
"Halah, aku nggak percaya. Jujur aja, Mbak. Aku aja udah jujur, kan, kalau udah punya pacar. Atau ... mungkin juga anak yang dikandung Mbak itu anaknya dia."
Plak!
Satu tamparan keras mendarat di pipi Abizar. Menyisakan tanda merah di pipi putihnya.
Kezia meradang, napasnya memburu dengan tatapan yang menusuk tajam. Dia tidak terima dengan tuduhan keji Abizar. Sungguh, mulut lelaki itu memang minta dihajar.
"Bisa-bisanya kamu berpikir seperti itu!" berang Kezia.
Abizar masih diam. Kata-katanya seolah tercekat di tenggorokannya. Apalagi saat bidikan mata Kezia seolah menghujam jantungnya. Sepertinya perempuan itu benar-benar marah dengan perkataannya barusan.
"Kalau memang ini anaknya Devan, aku pasti sudah menjadi istrinya sekarang. Asal kamu tahu, Devan itu lebih baik dari kamu!" tambah Kezia dengan sarkas.
Abizar tidak senang dikatakan lebih buruk dari pria Casanova itu. Devan adalah lelaki yang terkenal suka mempermainkan perempuan, sedangkan dia adalah type lelaki yang setia. Buktinya, ia masih mempertahankan cintanya untuk Selena. Tanpa berpikir jika dirinya sudah menikah.
"Jangan samakan aku dengan dia, Mbak! Bang Devan itu playboy kelas kakap, sedangkan aku nggak."
"Hah? Kalau bukan playboy lalu apa? Tukang selingkuh? Iya?" Kezia menyindir Abizar.
"Mbak!" Abizar melotot tajam. Mereka sama-sama tidak terima dengan tuduhan masing-masing.
"Apa? Kamu pikir aku nggak berani sama anak ingusan seperti kamu, hah? Kamu memang suami aku, tapi kamu nggak berhak buat ngatur hidup aku, karena kita menikah cuma karena anak ini. Setelah itu kita bukan siapa-siapa lagi," tegas Kezia sambil memegang perutnya yang mulai membuncit.
"Oke. Mulai sekarang terserah Mbak mau lakuin apa aja. Aku nggak peduli. Persetan dengan nama baik keluarga kita! Toh, mereka juga nggak mikirin perasaan aku kayak gimana. Menikahi Mbak itu musibah buat aku."
Kezia tertawa hambar mendengar penuturan Abizar. Lalu menghela napas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Sebagai perempuan yang usianya lebih dewasa dari Abizar, Kezia mencoba untuk sekali lagi bersabar. Bagaimanapun dia adalah wanita hamil, maka harus menjaga emosinya agar tetap stabil.
...****************...
...To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
bunda syifa
bukan sok perhatian Abi tapi emang selama kamu ngurusin pacarmu Devan yg ngurusin ngidam istri qm, bahkan Zee gc punya no qm itu menjelaskan klo qm gc pernah ingat untuk nelpon istrimu sekedar untuk nanya kabar anak qm yg d perut zee
2024-06-06
1
Kiki Sulandari
Abizar....harusnya kau bisa lebih bersabar menghadapi Kezia....jangan emosi,....apalagi sekarang dia sedang hamil....mood nya berubah ubsh....
2023-05-16
0
marie_shitie💤💤
dan apa dengan Lo yg mpe buka buka an m cwe yg lu anggap cinta itu
2023-03-22
0