20. Bertengkar

...****************...

"Lo mau makan apalagi, Zee? Biar gue ambilin," tanya Devan pada Kezia yang sedari tadi sibuk mengunyah makanan.

"Sebentar, ini juga belum abis, Van."

Devan terkekeh lucu melihat Kezia yang berbicara dengan mulut masih penuh dengan makanan. Hormon kehamilan membuat perempuan tersebut jadi hobi makan, sehingga pipinya pun kini terlihat lebih chubby dari sebelumnya. Hal itu membuat Devan merasa gemas, dan ingin sekali menggigitnya.

"Kalau lagi makan jangan sambil ngomong. Berantakan gini, kan." Tangan Devan dengan lancang mengusap sudut bibir Kezia yang menyisakan sedikit makanan di sana.

"Biar sama aku aja, Van. Nggak enak dilihat orang." Kezia menepis tangan Devan dengan halus, karena tak ingin ada fitnah di antara mereka.

"Ekhem ...." Suara deheman seseorang dari arah belakang membuat keduanya menoleh ke arah asal suara.

"Abi?" lirih Kezia. Kedua matanya mengerjap gugup, saat melihat tatapan tak biasa yang dilayangkan lelaki tersebut. Ia jadi ingat kejadian kemarin, saat Abizar menegur Devan yang selalu berada di sekitar Kezia. "Devan cuma lagi nemenin aku makan aja, kok." Tanpa ditanya, Kezia langsung menjelaskan seperti itu. Ia tidak ingin Abizar berpikiran buruk tentang sikap mereka kali ini.

"Oh, ya? Ayo, ikut aku! Biar aku yang nemenin Mbak makan," ucap Abizar. Lalu memeluk kedua bahu Kezia dan menggiring tubuh istrinya tersebut menjauhi Devan.

"Tunggu!" Suara Devan menghentikan langkah mereka, "apa yang lo rencanain, Bi?" tanyanya kemudian.

"Rencana?" Abizar mengulang kata sambil mengernyit bingung, "Gue punya rencana apa? Bukannya lo yang punya rencana buruk buat merebut istri gue?" sarkasnya.

"Hh ...." Devan mendengkus masam. Sudut bibirnya menyunggingkan senyuman miring. "Sejak kapan lo inget punya istri?" cibir Devan.

Kezia yang tidak ingin ada keributan langsung merelai di tengah-tengah mereka. "Udah, ih. Kalian ini kayak anak kecil aja tahu, nggak? Meributkan hal yang nggak penting."

Abizar menatap Kezia tidak suka. Merasa kesal dengan tanggapan perempuan itu yang menganggap kelakuan Devan hanyalah hal biasa. Apalagi saat perempuan itu dengan lembutnya berkata kepada Devan,

"Van, lebih baik aku pergi sama Abi dulu, ya. Keluargaku ada di sini, aku takut mereka juga berpikir macam-macam, kalau aku terus-terusan sama kamu. Abi, kan, ada di sini."

"Oh, jadi selama gue pergi kalian sering berdua kayak gini? Bagus!" batin Abizar menggerutu.

Devan tersenyum menanggapinya, "Oke, tapi lo jangan lupa makan yang banyak! Kasian bayi lo kalau sampai kelaparan," kekehnya.

"Cih, sok perhatian!" Abizar berdecak, lalu menarik tangan Kezia dengan paksa agar mengikutinya, sedangkan Devan hanya bisa memandang mereka dari arah belakang.

...******...

Ketika malam mulai merangkak dengan ditandai langit yang mulai menggelap. Pesta pernikahan masih berlanjut sampai rangkaian acara resepsi selesai dilakukan. Namun, keluarga Abizar memilih pulang lebih dulu, karena Ayura—sang oma, harus beristirahat lebih awal karena sakitnya.

Begitupun dengan Kezia dan Abizar. Pasangan itu juga memutuskan untuk pulang ke rumah Angelina. Sebenarnya bukan keinginan Kezia, melainkan Abizar yang memaksa. Karena tidak enak dengan mertuanya, Kezia pun akhirnya menurut saja.

Sesampainya di rumah, Kezia langsung masuk ke kamar dan diikuti oleh Abizar. Kezia masih kesal dengan Abizar lantaran perseturuan mereka saat berada di pernikahan Aruna tadi. Menurut Kezia, Devan terlalu kekanak-kanakan.

"Mbak, pokoknya aku nggak mau Mbak deket-deket sama Bang Devan lagi!" Abizar menahan tangan Kezia yang baru saja masuk ke kamar mereka. Kezia langsung menepis tangan suaminya. Sudah kesekian kalinya Abizar berkata seperti itu. Ia merasa bosan mendengarnya.

"Dengerin aku, ya. Kamu nggak berhak melarang aku buat berteman dengan Devan. Sebelum aku menikah sama kamu, aku memang sudah berteman dengan dia. Dia yang selalu ada buat aku, saat kamu di Jepang. Lagipula aku juga nggak pernah melarang kamu untuk dekat-dekat dengan perempuan lain. Memangnya aku nggak tahu kelakuan kamu di sana, hah? Kamu sudah punya pacar, kan?"

Abizar terhenyak mendengar itu. Entah kenapa kalimat itu seperti tudingan baginya, padahal itu adalah kenyataannya. "Itu—"

"Nggak usah nyangkal. Suara perempuan yang aku denger di telepon kemarin itu pacar kamu, kan? Aku nggak budeg, Bi. Dia dengan jelas manggil kamu 'sayang'. Aku nggak terlalu bodoh buat menyimpulkan hubungan kalian seperti apa," potong Kezia panjang lebar. Membuat Abizar kalah telak, dan tidak bisa mengelak.

"Oke, aku akui. Aku memang sudah pacar sebelum aku menikah sama Mbak, dan sebenarnya aku juga nggak peduli kalau Mbak mau dekat sama siapa aja, tapi tolong jangan di tempat ramai kayak tadi. Apalagi semua anggota keluarga kita ada di sana. Mereka tahu kalau kita udah menikah, Mbak. Apa pendapat mereka kalau lihat Mbak begitu mesra dengan Bang Devan? Setidaknya Mbak bisa menutupi hubungan spesial kalian dari mereka, lah."

"Aku tekankan sekali lagi, aku nggak punya hubungan spesial dengan Devan, Abi!" sentak Kezia tidak mau dituduh seperti itu.

"Halah, aku nggak percaya. Jujur aja, Mbak. Aku aja udah jujur, kan, kalau udah punya pacar. Atau ... mungkin juga anak yang dikandung Mbak itu anaknya dia."

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Abizar. Menyisakan tanda merah di pipi putihnya.

Kezia meradang, napasnya memburu dengan tatapan yang menusuk tajam. Dia tidak terima dengan tuduhan keji Abizar. Sungguh, mulut lelaki itu memang minta dihajar.

"Bisa-bisanya kamu berpikir seperti itu!" berang Kezia.

Abizar masih diam. Kata-katanya seolah tercekat di tenggorokannya. Apalagi saat bidikan mata Kezia seolah menghujam jantungnya. Sepertinya perempuan itu benar-benar marah dengan perkataannya barusan.

"Kalau memang ini anaknya Devan, aku pasti sudah menjadi istrinya sekarang. Asal kamu tahu, Devan itu lebih baik dari kamu!" tambah Kezia dengan sarkas.

Abizar tidak senang dikatakan lebih buruk dari pria Casanova itu. Devan adalah lelaki yang terkenal suka mempermainkan perempuan, sedangkan dia adalah type lelaki yang setia. Buktinya, ia masih mempertahankan cintanya untuk Selena. Tanpa berpikir jika dirinya sudah menikah.

"Jangan samakan aku dengan dia, Mbak! Bang Devan itu playboy kelas kakap, sedangkan aku nggak."

"Hah? Kalau bukan playboy lalu apa? Tukang selingkuh? Iya?" Kezia menyindir Abizar.

"Mbak!" Abizar melotot tajam. Mereka sama-sama tidak terima dengan tuduhan masing-masing.

"Apa? Kamu pikir aku nggak berani sama anak ingusan seperti kamu, hah? Kamu memang suami aku, tapi kamu nggak berhak buat ngatur hidup aku, karena kita menikah cuma karena anak ini. Setelah itu kita bukan siapa-siapa lagi," tegas Kezia sambil memegang perutnya yang mulai membuncit.

"Oke. Mulai sekarang terserah Mbak mau lakuin apa aja. Aku nggak peduli. Persetan dengan nama baik keluarga kita! Toh, mereka juga nggak mikirin perasaan aku kayak gimana. Menikahi Mbak itu musibah buat aku."

Kezia tertawa hambar mendengar penuturan Abizar. Lalu menghela napas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Sebagai perempuan yang usianya lebih dewasa dari Abizar, Kezia mencoba untuk sekali lagi bersabar. Bagaimanapun dia adalah wanita hamil, maka harus menjaga emosinya agar tetap stabil.

...****************...

...To be continued...

Terpopuler

Comments

bunda syifa

bunda syifa

bukan sok perhatian Abi tapi emang selama kamu ngurusin pacarmu Devan yg ngurusin ngidam istri qm, bahkan Zee gc punya no qm itu menjelaskan klo qm gc pernah ingat untuk nelpon istrimu sekedar untuk nanya kabar anak qm yg d perut zee

2024-06-06

1

Kiki Sulandari

Kiki Sulandari

Abizar....harusnya kau bisa lebih bersabar menghadapi Kezia....jangan emosi,....apalagi sekarang dia sedang hamil....mood nya berubah ubsh....

2023-05-16

0

marie_shitie💤💤

marie_shitie💤💤

dan apa dengan Lo yg mpe buka buka an m cwe yg lu anggap cinta itu

2023-03-22

0

lihat semua
Episodes
1 1. Hari Sial
2 2. Terjebak
3 3. Lupakan Saja!
4 4. Cantik
5 5. Kembali Mengganggu
6 6. Ketahuan Mama
7 7. Perempuan Gampangan
8 8. Lagi Sayang-Sayangnya
9 9. Memberi Pelajaran
10 10. Tiba-tiba Menolak
11 11. Menikahlah Denganku!
12 12. Patah Hati
13 13. Adegan Berbahaya
14 14. Mengajak Pindah
15 15. Mau Apa Dia?
16 16. Mulai Terbiasa
17 17_Semakin Dekat
18 18. Jaga Jarak
19 19. Cinta Bukan Pilihan
20 20. Bertengkar
21 21. Perempuan Tua
22 22. Perintah Sang Mama
23 23. Minta Maaf
24 24. Menginap
25 25. Iseng
26 26. Balas Dendam
27 27. Lepasin Dia!
28 28. Sepakat
29 29. Andai Saja
30 30. Merasa Terenyuh
31 31. Sekadar Kekaguman
32 32. Pulang
33 33. Mabuk
34 34. Minta Bantuan
35 35. Membeku
36 36. Peka
37 37. Nengok Bayi
38 38. Punya Hak
39 39. Merasa Bersalah
40 40. Suami Siaga
41 41. Seperti Anak Kecil
42 42. Mengingatkan
43 Bab 43. Merasakan Kenyamanan
44 Bab 44. Nggak Bisa Bohong
45 Bab 45. Tidak Tega
46 46. Perhitungan
47 Bab 47. Makan Siang
48 Bab 48. Rapat Penting
49 Bab 49. Merelakan
50 Bab 50. Marah
51 Bab 51. Khawatir
52 Bab 52. Frustrasi
53 Bab 53. Tak Bisa Terselamatkan
54 Bab 54. Ceraikan Dia!
55 Bab 55. Bertemu Kezia
56 Bab 56. Rencana Perceraian
57 Bab 57. Berlibur
58 Bab 58. Mengaku Kalah
59 Bab 59. Bukan Salah Abizar
60 Bab 60. Sebatas Asa
61 Bab 61. Karma
62 Bab 62. Memaafkan
63 Bab 63. Status Duda
64 Bab 64. Patah Hati
Episodes

Updated 64 Episodes

1
1. Hari Sial
2
2. Terjebak
3
3. Lupakan Saja!
4
4. Cantik
5
5. Kembali Mengganggu
6
6. Ketahuan Mama
7
7. Perempuan Gampangan
8
8. Lagi Sayang-Sayangnya
9
9. Memberi Pelajaran
10
10. Tiba-tiba Menolak
11
11. Menikahlah Denganku!
12
12. Patah Hati
13
13. Adegan Berbahaya
14
14. Mengajak Pindah
15
15. Mau Apa Dia?
16
16. Mulai Terbiasa
17
17_Semakin Dekat
18
18. Jaga Jarak
19
19. Cinta Bukan Pilihan
20
20. Bertengkar
21
21. Perempuan Tua
22
22. Perintah Sang Mama
23
23. Minta Maaf
24
24. Menginap
25
25. Iseng
26
26. Balas Dendam
27
27. Lepasin Dia!
28
28. Sepakat
29
29. Andai Saja
30
30. Merasa Terenyuh
31
31. Sekadar Kekaguman
32
32. Pulang
33
33. Mabuk
34
34. Minta Bantuan
35
35. Membeku
36
36. Peka
37
37. Nengok Bayi
38
38. Punya Hak
39
39. Merasa Bersalah
40
40. Suami Siaga
41
41. Seperti Anak Kecil
42
42. Mengingatkan
43
Bab 43. Merasakan Kenyamanan
44
Bab 44. Nggak Bisa Bohong
45
Bab 45. Tidak Tega
46
46. Perhitungan
47
Bab 47. Makan Siang
48
Bab 48. Rapat Penting
49
Bab 49. Merelakan
50
Bab 50. Marah
51
Bab 51. Khawatir
52
Bab 52. Frustrasi
53
Bab 53. Tak Bisa Terselamatkan
54
Bab 54. Ceraikan Dia!
55
Bab 55. Bertemu Kezia
56
Bab 56. Rencana Perceraian
57
Bab 57. Berlibur
58
Bab 58. Mengaku Kalah
59
Bab 59. Bukan Salah Abizar
60
Bab 60. Sebatas Asa
61
Bab 61. Karma
62
Bab 62. Memaafkan
63
Bab 63. Status Duda
64
Bab 64. Patah Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!