...Happy Reading...
...****************...
"Bang, kamu nggak apa-apa?" Suara Aludra membuat pandangan mereka sontak buyar. Keduanya sama-sama mengalihkan pandangan.
Aludra membantu kakaknya berdiri, sedangkan gadis itu dibantu oleh temannya yang datang bersamanya ke tempat itu.
"Nggak apa-apa kepalamu! Nggak lihat gue jatuh kayak tadi? Ini semua gara-gara lo. Udah dibilangin gue nggak mau main ski," sembur Abizar.
Aludra malah tertawa melihat kemarahan kakaknya. "Ya, maaf," ujarnya sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.
"Excuse me." Suara lembut seorang perempuan menghentikan perdebatan mereka. Perhatian keduanya pun sontak tersita. Perempuan itu yang tadi ditabrak oleh Abizar. Tatapan Abizar seperti terhipnotis oleh sosok perempuan itu. Lagi-lagi tatapannya terkunci di netra cantik nan lugu. Ada getaran yang aneh yang bergelayar dalam darahnya, serta debaran jantungnya menjadi tidak biasa. Perempuan itu seperti medan magnet yang siap menariknya kapan saja.
Kulitnya putih bersih, dengan netra sedikit sipit, tetapi berbinar cerah. Pupil matanya yang berwarna legam bergerak sayu seiring kedipan mata yang begitu teduh. Bulu matanya yang lentik menambah kesan sempurna pada kelopak matanya itu. Hidungnya mancung bak perosotan. Bibirnya berwarna merah muda yang mempunyai lekukan di tengahnya, membuat Abizar ingin merasakan bagaimana rasanya jika bibir mereka bersentuhan. Turun ke area dagu yang terbelah dua, menambah kesan sexy dari bibir yang merah muda.
"Bang!" Abizar terperanjat dari dunia khayalannya, karena mendapatkan senggolan dari Aludra.
"Oh, iya. I am so sorry. Are you okay?" tanya Abizar kepada si perempuan. Ia sengaja memakai bahasa internasional, karena takutnya perempuan itu bukan asli orang Jepang.
"Aku baik-baik saja. It's oke."
Abizar dan Aludra mengernyit kening bersamaan, mendengar perempuan itu ternyata bisa berbahasa Indonesia.
"Kamu ... bisa bahasa Indonesia?" tanya Abizar sedikit ragu.
Perempuan itu mengembangkan senyuman. Ia berbicara bahasa Indonesia karena mendengar kedua lelaki itu berdebat dengan bahasa tersebut. "Ya, sedikit. Papaku orang Indonesia, dan mamaku orang Jepang," terangnya.
Abizar hanya ber'oh' tanpa suara.
"Kalau gitu kita sama. Sama-sama punya darah Indonesia. Mungkin saja kita jodoh juga," kekeh Abizar sambil tersenyum menyeringai.
"Oh, iya. Aku Abizar, kamu?" imbuh Abizar mengajak berkenalan. Namun, tangannya tidak disambut oleh si perempuan. Raut wajahnya langsung berubah muram. Tangan yang mengambang pun langsung diturunkan.
"Aku Selena. Selena Makaira."
Bibir Abizar sontak tersenyum mendengar perempuan itu menyebutkan namanya. Apalagi diiringi dengan senyum di bibirnya yang sexy. Sungguh, manis sekali!
Abizar begitu terpesona dengan gadis bernama lengkap Selena Makaira tersebut. Perawakannya yang mendekati sempurna terlihat sangat menawan dan sexy, membuat bayangan wajah itu langsung menancap di hati. Satu hal lagi yang Abizar suka dari perempuan itu. Usianya juga terlihat masih muda, dan itu merupakan salah satu kriteria calon pendamping masa depannya, karena Abizar tidak suka type perempuan yang usianya lebih tua darinya. Jadi, jika malam itu ia menghabiskan malamnya bersama Kezia, mungkin itu hanya karena khilaf saja, atau karena napsu yang sudah menguasai otak dan tubuhnya.
"Nama yang cantik. Maaf, ya, untuk yang tadi," ucap Abizar sedikit merayu.
"Nggak apa-apa. Aku ngerti, kok."
Keduanya saling pandang lagi. Hal itu membuat Aludra merasa diabaikan.
"Ehem ... Abang mau lanjut main ski, atau pulang ke hotel?" tanya Aludra memisahkan dua pasang mata yang tengah berpandangan.
"Aku mau balik sama dia aja," celetuk Abizar tanpa sadar. Selena pun tersenyum sekaligus tersipu.
"Eh, maksudnya. Balik ke hotel aja," ralat Abizar sambil terkekeh malu.
****
Masa liburan pun selesai. Abizar kembali ke rutinitasnya semula. Dikarenakan Juno belum kembali dari Indonesia, Abizar jadi belajar mengelola bisnis omanya langsung dari sang papa. Siang itu Abizar berencana makan siang di luar. Ia mengajak papanya, tetapi ditolak karena harus pergi dengan klien pentingnya.
Terpaksa Abizar pergi sendirian. Menyusuri Kota Tokyo dengan segala hiruk pikuk keramaian orang-orang. Abizar mencari restoran yang menyajikan makanan Indonesia. Dia sangat merindukan tanah kelahirannya. Abizar berhenti di sebuah restoran kecil yang menawarkan hidangan Indonesia di banner yang berkibar di depan restoran tersebut.
"Irasshai-mase (selamat datang)," ucap ramah seorang perempuan sambil membungkukkan sedikit tubuhnya.
"Kamu? Selena, kan?" Abizar langsung mengenali perempuan tersebut.
Selena mendongak cepat, menatap wajah Abizar lamat-lamat. Ia berusaha mengingat-ingat.
"Aku Abizar. Yang nabrak kamu waktu main ski waktu itu. Masih inget, kan?" Abizar membantu Selena untuk mengingat dirinya lagi.
"Ah, iya. I remember it. Sorry, aku sedikit pelupa," kelakar Selena sambil tertawa kecil.
"Ini restoran kamu?"
"Punya papa aku. Kebetulan dia koki yang berasal dari Indonesia, lalu membuka usahanya di sini semenjak menikah sama mama," terang Selena.
Abizar mengangguk-anggukkan kepalanya. Sedikit terkejut saat tangan Selena menariknya dengan lembut. "Mari, masuk! Mau pesan makan, kan?" ajak Selena, dan menanyakan maksud Abizar datang ke sana. Sudah pasti mau makan, bukan?
"Iya, aku kangen makanan Indonesia. Beruntung aku menemukan restoran ini."
Abizar berjalan mengikuti Selena yang mengajaknya ke meja makan di sudut ruangan. Tempat makannya berbentuk lesehan, dengan meja kecil di atas dipan.
Selena menyodorkan buku menu restorannya. "Silakan dipilih mau makanan apa? Tenang aja, makanan di sini halal semua," jelas Selena, mengunggulkan restorannya.
"Aku mau ini dan ini, ya. Minumannya yang paling populer di sini aja." Abizar memilih menu sate kalasan dan gudeg, "nanti kamu temenin aku makan, ya!" pintanya kemudian.
"Oke," sahut Selena sambil tersenyum, lalu berlalu menuju dapur restorannya. Hanya memberikan pesenan Abizar saja, kemudian ia kembali ke meja Abizar.
"Makanannya sedang disiapkan. Harap bersabar!" seru Selena sambil duduk di depan Abizar yang terhalang meja kecil tempat makanan.
"Oke."
Sejenak terdiam. Keduanya bingung mau berbincang tentang apa. Mereka baru dua kali bertemu. Itu pun tidak sengaja. Namun, Abizar selalu merasakan ada yang berbeda dengan debaran jantungnya jika berada di dekat perempuan tersebut. Ia begitu tersepona dengan kecantikan Selena.
"Kegiatan kamu tiap hari bantuin orang tuamu kayak gini?" tanya Abizar membuka perbincangan.
"Nggak juga. Kalau aku udah pulang kuliah dan lagi nggak jadwal pemotretan aja."
"Oh, masih kuliah? Semester berapa? Modeling juga?" cecar Abizar.
"Iya, kuliahku semester empat. Modeling cuma kalau ada job aja. Masih pemula," kekeh Selena.
"Oh ... pantesan cantik banget!" gumam Abizar tersenyum penuh arti, "kamu seangkatan adikku, dong, ya?" ucapnya lagi.
"Oh, ya? Yang kemarin kamu marahin itu?"
"Hmmm ...." Abizar mengangguk, "eh, tapi nggak dimarahin juga, sih. Aku kesel aja sama dia. Maksa aku terus buat main ski, padahal aku nggak suka," ralat Abizar. Ia tidak ingin memberikan kesan seorang pemarah di depan Selena.
Selena pun tertawa kecil.
"Selain itu, kegiatanmu apa lagi?" tanya Abizar lagi.
"Mau tahu apa mau tahu banget?" kelakar Selena, tetapi Abizar menganggap jika Selena merasa risih dengan pertanyaannya tersebut.
"Maaf, aku terlalu ingin tahu. Soalnya aku penasaran sama kamu."
Selena pun tersipu mendengar itu, lalu kembali berbincang tanpa rasa malu.
*****
Akhir pekan yang dinanti pun tiba. Setiap orang yang merasakan kepenatan di hari biasa mungkin sangat merindukan hari ini untuk liburan. Begitupun dengan Abizar, hari ini adalah jadwalnya berkencan. Selama sebulan ia melakukan pendekatan dengan Selena. Merasa nyaman, akhirnya mereka jadian.
"Hai, Sayang."
"Kak Abi ...." Selena langsung memeluk tubuh Abizar yang berdiri di depan pintu rumahnya. Perempuan itu sangat merindukan kekasihnya tersebut, "aku kangen," ucap Selena manja di balik punggung Abizar.
Abizar melerai pelukan itu, lalu sedikit mendorong tubuh Selena sekadar memberikan sedikit jarak di antara mereka. "Aku juga kangen, makanya pagi-pagi langsung ke sini."
Selena melebarkan senyum, "Ayo, masuk!" ajaknya kemudian. Ia menarik tangan Abizar dan membawanya ke ruang keluarga.
"Mau minum apa?" tanya Selena setelah Abizar duduk di sofa.
"Apa aja, yang penting bisa diminum," kelakar Abizar.
"Oke, tunggu sebentar!" Selena pun pergi ke arah dapur.
Ditinggal sendiri, Abizar pun mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan. Rumah itu terlihat sepi dan hening. Biasanya jika dia berkunjung, orang tua Selena pasti datang dan menemaninya mengobrol.
Beberapa saat kemudian Selena pun datang sambil membawa nampan yang berisi minuman dan cemilan, kemudian ia letakkan di atas meja.
"Orang tua kamu ke mana? Kok, sepi?" tanya Abizar.
"Mereka lagi keluar. Katanya ada urusan bisnis," jawab Selena sambil duduk di sebelah Abizar setelah meletakkan makanan dan minuman di atas meja, "kenapa? Kan, enak sepi gini. Jadi kita nggak ada yang ganggu," imbuh Selena sambil menyunggingkan senyuman penuh arti. Tangannya dengan sengaja di simpan di paha Abizar. Sedikit mengusapnya, membuat bulu guduk Abizar meremang seketika.
Abizar menatap wajah Selena dengan lekat. Pandangannya tertuju pada bibir merah jambu yang digigit bagian bawahnya oleh si empunya. Terlihat sexy dan menggoda. Perlahan wajah mereka semakin dekat, hingga bibir itu merapat tanpa jarak.
Abizar dan Selena terbuai dalam permainan saling berbagi saliva. Merasai manisnya bumbu kemesraan yang baru mereka temukan. Walaupun sebenarnya hal itu belum boleh mereka lakukan.
Abizar semakin hanyut dalam rayuan setan. Pikirannya mulai tidak bisa dikondisikan. Tangannya merasuki bagian terlarang dengan lancang. Selena pun malah menikmati dalam diam.
Namun, saat lelaki itu hendak melakukan hal yang lebih terlarang. Tiba-tiba saja bayangan wajah Kezia melintas dalam pikiran. Ia melihat wajah Kezia dengan gairahh yang sama saat berada di bawah kungkungannya. Sontak saja Abizar melepaskan tubuh Selena yang sudah tersingkap bagian bawah bajunya.
"Kenapa, Kak?" Tentu saja Selena bingung dengan sikap Abizar yang tiba-tiba berhenti di saat tubuh mereka sudah bereaksi.
"Maaf, Selena. Kita tidak boleh melakukan ini." Abizar mengusap wajahnya cemas. Terlihat sekali jika Abizar merasa was-was. Setelah dua bulan lamanya dia melupakan kejadian malam itu. Kenapa tiba-tiba bayangan itu kembali menganggu?
...****************...
...To be continued...
Jangan lupa like, gift, dan komentarnya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Widati Dati
q suka thor.. semoga bnyak yg ngelike.. q kirim 19 tangkai bunga mawar thor... semangat ya
2023-02-25
1
Kiki Sulandari
Abizar teringat Kezia...
Mungkin ikatan batin antara Abizar & calon bayi yg dikandung Kezia....
2023-02-21
0
@ Teh iim🍒🍒😘
Abizar diselamatkan oleh calon debaynya 🤭🤭😀😀
2023-02-17
0