...Happy Reading...
...****************...
Beberapa saat berlalu, keheningan masih tercipta di ruangan yang kini jadi tempat berunding antara Juno dan keluarganya Abizar.
"Ini jadi lanjut berunding, nggak, sih? Kalau nggak lanjut, aku mau tidur, nih."
Suara Aludra menjadi kalimat pertama yang memecah kesunyian. Padahal lelaki itu tidak ada urusannya dengan masalah yang menyangkut kakaknya. Namun, jiwa keponya terlalu kuat untuk mengetahui hasil penyelesaian masalah itu dengan cepat. Makanya dari tadi lelaki itu tidak mau beranjak.
Jiro sebagai kepala keluarga seketika berdehem untuk memulai perbincangan mereka.
"Jadi gimana, Abi? Tadi kamu juga sudah mengakui pernah tidur dengan perempuan itu. Jadi, mau nggak mau kamu harus menikahi dia."
"Nggak bisa, Pa," tolak Abizar cepat.
"Heh, lo itu benar-benar, ya!"
"Juno!"
Juno kembali terpancing emosinya. Ia hendak menyerang Abizar, tetapi langsung ditahan oleh Jiro, "kamu tahan emosi! Kita bisa bicara baik-baik, nggak perlu pake kekerasan," imbuh Jiro sambil menepuk bahu Juno dua kali.
"Tahu, nih. Main pukul aja dari tadi!" cebik Abizar.
Juno mendengkus, lalu kembali duduk tegak di samping Jiro. Tatapannya masih menghunuskan rasa kesal terhadap Abizar.
"Tapi perempuan itu sudah mengandung anak kamu, Abi," timpal Angelina.
"Belum tentu dia anakku, Ma. Mungkin saja dia anak orang—"
Brak!
Suara gebrakan keras di meja ruang keluarga tersebut cukup membuat semua orang terkejut. Siapa lagi kalau bukan Juno yang melakukannya. Lelaki itu tidak terima jika sahabat sekaligus calon kakak iparnya dituduh seperti perempuan yang suka 'bermain' dengan laki-laki lain.
"Sekali lagi lo bilang kayak gitu, gue masukin lo ke IGD rumah sakit!" ancam Juno sembari melotot tajam, membuat Abizar sedikit ketakutan.
"Serem banget ancamannya!" decak Abizar. "eh, tapi dulu dia pernah nolak gue, Bang. Mungkin dia sudah punya pacar, kan? Dan anak yang dia kandung itu anak pacarnya," imbuh Abizar berkilah.
"Nggak mungkin!" sanggah Juno. Ia tahu jika selama ini Kezia mencintai dirinya, jadi tidak mungkin perempuan itu mempunyai pacar secepat itu.
"Yakin bener? Memangnya sedekat apa Abang sama Mbak Kezia?" Abizar mendelikkan mata. Padahal ia tahu kenyataannya. Saat itu Kezia mabuk gara-gara patah hati oleh kakak sepupunya tersebut. Namun, Abizar seolah ingin mengorek kebenaran tersebut dari mulut Juno sendiri.
"Jelas gue tahu, karena Kezia adalah sahabat gue dari zaman kami sekolah. Lo jangan ngalihin pembicaraan ke mana-mana, ya! Mau nggak mau, suka nggak suka, lo tetap harus menikahi Kezia!"
Abizar terdiam lagi. Ia bukannya ingin menyangkal tentang kejadian malam itu. Dulu, dia bersedia menikahi Kezia karena masih sendiri. Namun, sekarang dia menemukan seseorang yang dia cintai. Bahkan mereka belum lama jadian. Masa iya harus putus pas lagi sayang-sayangnya.
"Gini aja, deh. Mama punya solusinya."
"Apa, Ma?" Abizar penasaran dengan solusi yang mamanya tawarkan.
"Kalau Abi nggak mau menikahi perempuan itu, gimana kalau namanya dicoret aja dari daftar ahli waris keluarga kita, Pa."
"Setuju." Aludra langsung menyahut semangat, sedangkan Abizar melotot tidak percaya.
"Itu, sih, bukan solusi namanya, Ma, tapi ngancam!" protes Abizar.
"Aku juga setuju." Juno tambah memprovokasi.
Jiro menghela napas panjang, lalu mengeluarkannya perlahan. Namun, saat bibirnya hendak berucap, Abizar terlebih dahulu memotongnya.
"Jangan bilang Papa juga setuju dengan usulan mama! Ini nggak adil buat Abi."
"Makanya lo jangan keras kepala! Mau enaknya aja bikin anak, disuruh tanggung jawab malah nolak," tukas Juno.
"Juno bener, Abi. Kamu sendiri yang ngaku udah pernah melakukan hal seperti itu dengan Kezia. Sebagian laki-laki gentle, kamu harus bertanggung jawab! Dengan berat hati papa setuju dengan solusi yang diberikan sama mama kamu."
Abizar menghela napas kasar. Ia meraup wajahnya kesal. Kehilangan Selena memang berat, tetapi kehilangan warisan jauh lebih berat. Ia tidak mau miskin mendadak.
"Terserah kalian." Kata-kata Abizar seolah habis untuk membela diri. Ia pun berkata demikian. Walaupun dalam hatinya masih belum menerima.
"Baguslah. Lusa kita akan pergi ke Indonesia, lalu berkunjung ke rumahnya Kezia, tapi sebelum itu papa akan minta Om Jo dan Tante Ara untuk melakukan kunjungan keluarga lebih dulu ke rumah mereka," putus Jiro. Jo dan Ara adalah orang tuanya Juno.
"Mama setuju, dan karena urusannya sudah selesai, lebih baik kita istirahat dulu. Ini sudah malam," tutur Angelina.
Jiro mengangguk setuju, lalu pergi bersama istrinya ke kamar mereka. Aludra sebagai penonton pun ikut bubar. Meninggalkan Juno dan Abizar yang masih bertahan.
"Awas kalau lo kabur! Jangan bikin keluarga kita malu di depan keluarganya Aruna," ancam Juno sebelum dirinya beranjak pergi.
Namun, baru selangkah kakinya bergerak, kata-kata Abizar berhasil membuatnya berbalik lagi.
"Gue tahu lo ngelakuin ini gara-gara lo nggak mau kehilangan pacar lo yang adiknya Mbak Kezia itu, kan? Lo egois, Bang! Lo cuma mikirin nasib cinta lo doang."
"Apa lo bilang?" Juno melangkah mendekati Abizar yang masih duduk di sofa. Tubuhnya sedikit membungkuk untuk meraih kerah baju Abizar, "kalaupun pacar gue bukan adiknya Kezia, gue bakalan tetap maksa lo buat nikahin dia, karena dia udah gue anggap seperti keluarga gue sendiri. Lo pikir gue rela kalau lo jadi kakak ipar gue, hah? Nggak pernah kebayang dalam otak gue kalau nanti gue harus panggil lo kakak ipar. Nggak sudi, tahu nggak?" geram Juno sambil menghentakkan tubuh Abizar, hingga punggung lelaki tersebut terbentur di sandaran sofa.
Abizar merengut tidak berdaya. Ia mengaku salah, tetapi juga tidak bisa mengorbankan cintanya begitu saja.
"Sekarang gue tanya sama lo. Kenapa lo keras kepala nggak mau nikahin Kezia? Padahal dulu lo udah pernah nawarin diri buat bertanggung jawab sama dia."
"Itu karena sekarang gue udah punya pacar, Bang. Belum lama kami jadian. Kalau kata orang, lagi sayang-sayangnya. Nggak mungkin, dong, gue tiba-tiba mutusin dia sekarang?"
Kening Juno mengernyit dalam mendengar itu. Ia tidak pernah berpikir ke arah sana, sebab selama ini Abizar selalu menghindar dari namanya pacaran. Katanya, pacaran itu termasuk pemborosan.
"Gue nggak tahu harus ngomong apa, tapi sekarang Kezia udah hamil anak lo. Gue pikir pacar lo juga bakalan ngerti kalau dia harus mundur jadi orang ketiga, kalau lo jujur sama dia."
"Nggak semudah itu, Bang. Gue nggak pernah cinta sama Mbak Kezia," sanggah Abizar.
"Jangan pikirin cinta dulu, deh! Yang penting sekarang nasib anak yang dikandung Kezia jelas siapa bapaknya. Untuk selanjutnya terserah lo dan Kezia. Gue nggak akan ikut campur lagi setelah kalian menikah."
Perkataan Juno membuat Abizar sontak mendongakkan pandangannya. Menatap wajah Juno yang berdiri di depannya dengan lekat. Tiba-tiba saja terbesit sebuah ide di otaknya. Pernikahan itu bisa saja terjadi tanpa ia harus memutuskan Selena. Abizar akan mengikuti keinginan orang tuanya untuk menikahi Kezia, tetapi hanya untuk memberikan pengakuan terhadap anaknya saja.
...****************...
...To be continued...
Jangan lupa like, gift, dan komentarnya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
marie_shitie💤💤
kok cerita nyata nih yg lagi viral hamilin ank orang tapi ttp pnya pacar trus nikah m yg wanita hamil dah lahiran trus diceraikan dan sekarang lgi rame....
km segitu egoisnya menyakiti hati wanita,nyesek bgt kalo di posisi ini
2023-03-22
0
marie_shitie💤💤
abidzar gila harta ternyata
2023-03-22
0
Kiki Sulandari
Abizar,...jadi kau mau menikahi Kezia,& tetap menjalin hubungan asmara dengan Selena?
Abizar,kamu egois..
2023-02-21
1