...Happy Reading...
...****************...
Siang itu juga, Abizar memboyong Kezia ke rumah orang tuanya. Angelina dan Jiro pun menyambut baik kedatangan menantunya.
"Selamat datang, menantu mama. Gimana istirahatnya semalam? Abizar nggak bikin kamu lelah, kan?" tanya Angelina setelah mengurai pelukannya, tetapi tangannya masih menempel di kedua bahu Kezia. Sebelah alisnya terangkat ke atas, menunggu jawaban Kezia dengan mimik menggoda. Sedangkan yang ditanya hanya terdiam sambil mencerna apa yang dikatakan mertuanya. Perempuan itu benar-benar tidak paham dengan arti yang tersirat dari pertanyaan Angelina di malam pertama pernikahannya.
"Ma, menantunya baru datang bukannya disuruh masuk malah ditanyain kayak gitu. Namanya malam pertama pasti lelah, lah."
Celetukan dari Jiro membuat Kezia tersadar. Ia baru paham dengan pertanyaan Angelina barusan. Ternyata mertuanya itu tengah menggodanya dengan pertanyaan menggelikan. Kezia pun tersenyum miring. Dalam hatinya ia membatin, "Malam pertamaku sudah terjadi dua bulan yang lalu, Tante. Anak Tante yang merusak momen bahagia yang seharusnya aku rasakan di awal pernikahan."
Kebahagiaan setelah pernikahan yang sudah digadang-gadang hancur gara-gara perbuatan yang terlarang. Kezia memang belum tahu siapa yang akan menjadi suaminya kelak. Yang pasti, dia tidak pernah bermimpi untuk menikahi seorang laki-laki yang tidak pernah dia cintai. Walaupun dia pernah patah hati, setidaknya Kezia bisa move-on dan menemukan cinta yang lain lagi. Bukannya malah terjebak dengan pernikahan karena adanya anak dari hasil kesalahan. Kezia merasa hidupnya sudah hancur berantakan.
"Oh, iya. Maaf, mama terlalu bersemangat. Ayo, masuk!" ajak Angelina setelah menyadari kesalahannya.
Kezia menurut saja ketika Angelina menggiring tubuhnya masuk ke rumah. Angelina mengenalkan setiap ruangan yang ada di rumah tersebut. Cukup terpukau dengan megahnya dekorasi rumah tersebut, Kezia tidak melewatkan setiap ornamen serta isi furniture mewah yang memanjakan matanya. Kezia seolah sedang melakukan house tour di rumah mertuanya. Sungguh luar biasa! Walaupun Kezia juga berasal dari keluarga kaya, tetapi kekayaannya tidak ada apa-apanya dibandingkan milik sang mertua.
"Ma, aku duluan ke kamar, ya! Ngantuk banget."
Abizar tidak ingin ikut campur dengan kelakuan mamanya. Ia yang masih mengantuk lebih memilih untuk tidur.
"Ya, udah. Sekalian ajak Kezia ke kamar kalian."
"Lanjutin aja house tour-nya, Ma. Kezia belum lihat seluruh isi rumah kita," celetuk Abizar.
"Hish, kamu ini. Memangnya mama tour guide? Lagian Kezia juga bakalan tinggal di sini. Kalau dia mau, dia bisa berkeliling sendiri."
Abizar mendengkus. Mungkin sang mama tidak sadar, jika yang dia lakukan tadi sudah seperti tour guide yang menjelaskan tentang semua ruangan di rumahnya.
"Zee, untuk bagian kamar kalian, biar Abi yang tunjukkan. Sekalian kamu istirahat di sana."
"Iya, Ma." Kezia mengangguk sambil mengulas senyuman.
Abizar mengajak Kezia menaiki lift menuju kamarnya di lantai atas. Hingga kini mereka sudah berada di dalam kamar Abizar. Lelaki itu langsung menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. "Aaah, akhirnya bisa rebahan di kasur yang empuk juga," ucapnya sambil memejamkan mata.
Kezia mencebikkan bibirnya sembari menatap Abizar. Semalam Kezia memang melarang Abizar tidur di kasurnya, dan terpaksa lelaki itu tidur di lantai dengan beralaskan selimut tebal saja. Kezia khawatir Abizar akan macam-macam kepadanya. Terlebih ukuran tempat tidurnya tidak terlalu besar. Perempuan itu lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar.
"Lalu aku tidur di mana?" tanya Kezia. Ia tidak menemukan tempat tidur lain di sana.
"Terserah, Mbak."
"Terserah?" Kezia mengulangi perkataan Abizar sambil berkerut kening.
"Iya, terserah Mbak mau tidur di mana. Yang pasti aku tidur di kasur ini." Abizar duduk bersila. Bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.
"Kamu mau balas dendam sama aku? Pantas saja tadi kamu maksa banget buat pindah. Ternyata ini alasannya." Kezia melipat tangannya di depan dada. Menatap Abizar sambil geleng-geleng kepala, "dasar bocah!" umpatnya kesal.
"Aku bukan bocah!" sungut Abizar tidak terima.
"Emang iya, buktinya cuma masalah tidur aja jadi perkara. Kamu mau aku merasakan tidur di lantai juga?" Kezia menjeda sejenak sambil mengangkat sebelah alisnya, lalu kembali berkata, "nggak masalah, sih, aku bisa tidur di mana saja. Tapi jangan salahkan aku kalau semisalnya aku sakit, terus mama kamu tahu alasannya karena aku tidur di lantai. Siap-siap aja kamu dapat omelan."
"Kok, mainannya ngancam?"
"Bukan ngancam, cuma cari keadilan. Masa ibu hamil disuruh tidur di lantai." Kezia tersenyum menyeringai seolah mengejek Abizar.
"Ck, merepotkan saja!" decak Abizar kesal, "kita bisa berbagi tempat tidur kalau Mbak mau. Tempat tidur ini cukup luas buat kita berdua. Nggak kayak punya Mbak," imbuhnya memberikan penawaran.
"Ih, nggak mau. Itu cuma alasan kamu buat macam-macam sama aku, kan?" ketus Kezia.
"Dih, PeDe amat! Asal Mbak tahu, ya. Kalau Mbak nggak ngegoda aku duluan, aku juga nggak bakalan kebablasan."
Kezia sontak terdiam. Ia memang salah waktu itu. Mabuk benar-benar membuatnya terjerumus dalam lubang kenistaan. Ia berjanji tidak akan menyentuh lagi yang namanya minuman haram.
"Kamu juga salah, bukannya bikin aku sadar malah manfaatin keadaan."
Tidak bisa menyangkal, Abizar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Menyadari kesalahannya pula.
Sejenak hening. Kezia berpikir sambil menatap tempat tidur yang lumayan cukup luas untuk ditempati oleh dua orang. Ia lantas berjalan menuju sisi tempat tidur di seberang Abizar. "Oke, aku setuju kita berbagi tempat tidur," ucapnya, lalu mengambil guling dan disimpan di bagian tengah kasur tersebut, "ini batas teritorial kita. Siapa yang melewatinya baik sengaja ataupun tidak, akan dapat denda," tambah Kezia.
"Dendanya apa?"
"Terserah pemilik wilayah. Apa pun yang dia mau harus dipenuhi sama yang melewati batasnya."
Abizar bergeming. Kesepakatan itu mungkin terlalu berlebihan baginya. Tapi tidak salah juga untuk dicoba. Tidak baik juga baginya terlalu berdekatan dengan Kezia. Ia ingat cintanya masih menunggu di Negeri Sakura sana.
"Oke," ucap Abizar setuju.
*****
Dua hari pun berlalu. Sesuai kesepakatan, Abizar dan Kezia benar-benar menjaga jarak aman, bahkan mereka hanya berbicara seperlunya saja jika mereka tengah berduaan di dalam kamar.
Hari ini adalah jadwal keberangkatan Abizar ke Jepang. Hal itu membuat Kezia sangat senang. Pasalnya, selama Abizar pergi, otomatis kamar Abizar adalah miliknya seorang. Tidak ada lagi batas-batasan.
"Aku titip kamar aku, ya! Awas kalau ada barang aku yang rusak!" ancam Abizar sebelum dirinya pergi ke bandara. Kezia hanya berkata 'ya' sambil menganggukkan kepala dengan gestur tubuh malas.
Belum sempat Abizar mencapai mobilnya, tiba-tiba kedatangan Devan membuat lelaki itu berhenti melangkah. Tatapannya dibuat menyipit sedikit curiga. Semenjak Abizar menyandang status suami Kezia, ini kali pertama Devan menampilkan batang hidungnya di depan mereka. Mau apa dia?
...****************...
...To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Kiki Sulandari
Devan....ada aps kau datang ke rumsh Abizar?
Bukan mau kbertemu Kezia,'kan.....
2023-05-15
0
ᵉᶜ✿💞puji 💞hiatus
devan mau ketemu zi dan si abi jadi jeles
2023-02-18
0
🍭ͪ ͩᵇᵃˢᵉ fj⏤͟͟͞R ¢ᖱ'D⃤ ̐
mau apa ya Devan?apa mau buat kesepakatan dengan Abi?
2023-02-18
0