13. Adegan Berbahaya

...Happy Reading...

...****************...

Beberapa saat berlalu, perseturuan di balik perang chat pun akhirnya terselesaikan. Devan memutuskan untuk menghadiri acara pernikahan Abizar. Namun, bukan untuk menjadi saksi pernikahan. Ia datang karena menghargai keluarga mereka yang masih mempunyai ikatan persaudaraan.

*****

Abizar sedikit gugup saat duduk di depan penghulu. Di kiri kanannya duduk seorang Juno dan Alfath yang menjadi saksi pernikahan, sedangkan Kezia belum keluar dari kamar.

"Ini mempelai istrinya mana? Belum siap juga?" tanya penghulu yang sudah siap menikahkan mereka.

"Sebentar, Pak. Lagi dijemput istri saya di kamarnya," jawab Surya yang duduk di samping penghulu. Penghulu itu pun menganggukkan kepala, lalu beralih kepada Abizar.

"Kamu udah hafal belum ijab qabulnya?" tanya penghulu menggoda Abizar.

"Ud—udah," jawab Abizar gugup.

Pak Penghulu menyunggingkan senyum. "Awas, ya, kalau sampai salah! Nanti malam pertamanya bisa ditunda, loh," goda Pak Penghulu lagi. Tanpa tahu alasan pernikahan itu seperti apa. Tak pelak semua orang yang hadir pun tergelak tawa. Mungkin niatnya hanya yang mencairkan ketegangan yang menyapa si pengantin lelakinya.

Riuh tawa para tamu perlahan mereda saat Kezia datang ke mimbar pernikahan. Perempuan itu tampak cantik dan anggun dengan balutan kebaya putih dan kain batik sebagai paduannya. Walaupun sederhana, penampilannya mampu menghipnotis setiap orang. Terutama Devan yang sedari tadi berdiri di pojokan.

"Oke, kita mulai saja, ya," ucap Pak Penghulu.

Sontak wajah Abizar sedikit tegang. Pikirannya carut marut memikirkan banyak hal. Abizar tidak bisa fokus mendengarkan saat beberapa susunan acara dilakukan. Hingga saat Pak Penghulu sudah selesai membacakan khotbah pernikahan, dan kedua pihak keluarga sudah memberikan sambutan, Abizar diminta mengulurkan tangannya untuk melafalkan ijab qabul pernikahan.

Surya sebagai wali nikah Kezia menyambut tangan Abizar, lalu mengucapkan kalimat ijab dengan lantang. Kemudian giliran Abizar melafalkan kalimat qabul setelah tangannya dihentakkan oleh Surya. Abizar pun sontak berkata,

"Saya terima nikah dan kawinnya Selena binti Su—"

"Abi! Kok, Selena?"

Abizar tersentak karena mendapat teguran dari sang papa yang duduk di belakang Abizar. Ia menggigit bibir bawahnya saat menyadari kesalahan itu. Kedua matanya menyipit karena malu. Semua orang pun jadi bertanya-tanya, siapa Selena itu, sedangkan Kezia masih diam membisu. Sudah tentu dirinya juga malu.

"Maaf, maaf. Kita ulang lagi, ya," pinta Abizar, lalu menarik napas panjang sebelum kembali menjabat tangan Surya.

"Namanya Kezia. Ingat itu, Abi!" tekan Surya dengan tatapan mematikan. Ia tidak ingin membuat anaknya malu untuk kedua kalinya. Terserah siapa itu Selena, yang Surya tahu Abizar harus menikahi Kezia sekarang juga.

"I—iya, Om." Abizar sedikit canggung saat tangannya diremat sedikit kencang oleh calon mertuanya tersebut.

Kalimat ijab qabul pun kembali dilafalkan. Kali ini Abizar melafalkannya dengan lancar tanpa kesalahan.

"Saya terima nikah dan kawinnya Kezia Kamila binti Surya dengan mas kawin tersebut, tuuuunai."

"Gimana saksi, sah?"

"Sah."

Kalimat yang menjadi syarat sah pernikahan itu pun menjadi penanda berakhirnya masa lajang Abizar. Semua orang berucap tahmid tanda syukur atas kelancaran acara sakral tersebut.

Rentetan prosesi pernikahan pun selesai dilakukan. Kini, Abizar dan Kezia sudah sah dalam satu ikatan. Ikatan sakral yang menjunjung tinggi kesetiaan, dengan segala janji yang diucapkan atas nama Tuhan. Menandakan pernikahan itu bukanlah sebuah permainan.

*****

Ketika malam menenggelamkan cahaya terang, beberapa tamu undangan sudah berangsur-angsur pulang. Kini hanya tinggal keluarga Abizar dan keluarga Kezia sebagai tuan rumah.

"Kami permisi pamit, Pak Surya. Nitip anak saya, ya." Jiro pamit kepada besan barunya.

"Iya, Pak. Sekarang Abi sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Kami akan menganggap dia seperti anak kami sendiri," ucap Surya dengan lengkungan tipis di sudut bibirnya.

Keluarga Abizar pun pulang meninggalkan Abizar bersama keluarga barunya. Abizar bingung harus melakukan apa setelah ini. Ia pun berpura-pura lelah dan ingin beristirahat. Dengan terpaksa Kezia mengajak suaminya tersebut untuk beristirahat di kamarnya.

"Nyaman juga kamar lo, Mbak," celetuk Abizar sesaat setelah mendaratkan bokongnya di sisi tempat tidur milik Kezia.

Kezia tidak menanggapi. Ia sibuk membuka riasan yang memenuhi rambutnya, lalu mengusapkan kapas yang sudah dibubuhi milk cleanser untuk menghapus jejak make-up di wajahnya.

"Mbak, setelah ini kita ngapain?" tanya Abizar asal ceplos.

Kezia menatap Abizar lewat pantulannya yang berada di cermin di hadapannya.

"Ya, nggak ngapa-ngapain. Kita menikah karena anak ini saja, kan? Jadi bersikaplah seperti biasanya. Anggap saja kita ini tidak pernah menikah. Kita sama-sama tidak punya hak dan kewajiban menjadi suami istri beneran," papar Kezia.

Abizar mencebikkan bibirnya. "Mbak ini pinter juga, ya," seru Abizar dengan nada sindiran.

Kali ini Kezia menoleh ke arah Abizar. Keningnya berkerut karena tidak mengerti dengan perkataan Abizar tersebut.

"Maksudnya?"

"Ya, Mbak pinter buat menjaga nama baik Mbak sendiri. Dulu Mbak menolak saat aku mau tanggung jawab. Katanya, 'lupakan saja!' Tapi pas sekarang udah ada anak dalam perut Mbak, Mbak langsung inget aku, dan cari aku buat jadi kambing hitam. Apa itu nggak pinter namanya?"

Kezia ternganga mendengar hal itu. Otaknya tidak terlalu bodoh untuk mencerna perkataan yang terlontar dari mulutnya Abizar.

"Jadi, kamu pikir anak yang aku kandung ini bukan anak kamu? Dan sekarang aku memanfaatkan kamu dengan pernikahan ini, begitu?"

"Hmmm ... begitulah. Mbak emang pinter, kan? Langsung ngerti aja ke intinya," seloroh Abizar.

Kezia beranjak berdiri, lalu berjalan mendekati ranjang. Tatapannya terlihat sengit seolah ingin menikam Abizar. "Jadi kamu pikir aku ini perempuan murahan yang suka tidur dengan banyak laki-laki? Sehingga aku lupa siapa ayah dari anak yang aku kandung sekarang ini?"

Abizar menaikkan kakinya ke atas tempat tidur, lalu beringsut mundur saat Kezia semakin memojokkannya. Perempuan itu dengan sengaja mengikuti gerak tubuh Abizar, hingga tubuh Abizar terbentur di kepala ranjang. Abizar sedikit ketakutan, saat Kezia sedikit membungkukkan tubuhnya dengan jarak yang begitu dekat. Bibirnya sulit untuk berucap. Kata-katanya seolah tercekat.

"Kalau memang aku perempuan seperti itu, aku nggak akan milih bocah ingusan seperti kamu untuk menjadi ayah dari anak ini," tampik Kezia dengan tegas.

Abizar bisa melihat dengan jelas wajah Kezia dengan jarak yang begitu dekat dengan wajahnya. Bahkan deru napas mereka saling memburu ketika harus berebut oksigen di kamar itu.

"Tapi kamu tenang aja. Sekarang kita buat kesepakatan. Kita akan mengakhiri pernikahan setelah anak ini lahir ke dunia. Anggap saja kamu beramal untuk meminjamkan nama keluargamu di belakang nama anak aku," tutur Kezia setelah dirinya menegakkan tubuhnya memberikan jarak sambil bersidekap di depan dada.

Abizar bisa menghela napas lega. Sedekat itu dengan Kezia adalah adegan berbahaya. Mungkin Abizar akan khilaf untuk kedua kalinya. Entah kenapa tubuhnya selalu bersikap tidak wajar saat berdekatan dengan Kezia. Padahal dirinya selalu berkata, jika dia tidak suka dengan perempuan yang lebih tua darinya.

...****************...

...To be continued...

Terpopuler

Comments

Kiki Sulandari

Kiki Sulandari

Abizar....kata kata kamu benar bensr menyskitkan hsti
Kezia tak mungkin menikah dengan laki laki lain,karena memang anak yg dikandungannya memang anakmu,Abizar....

2023-05-14

0

@ Teh iim🍒🍒😘

@ Teh iim🍒🍒😘

Abizar mulutmu minta dikondisikan

2023-02-23

1

🍭ͪ ͩᵇᵃˢᵉ fj⏤͟͟͞R ¢ᖱ'D⃤ ̐

🍭ͪ ͩᵇᵃˢᵉ fj⏤͟͟͞R ¢ᖱ'D⃤ ̐

lemah banget pertahanan Abizar.mudah tergoda dengan nafsu padahal bilangnya gak suka.

2023-02-18

0

lihat semua
Episodes
1 1. Hari Sial
2 2. Terjebak
3 3. Lupakan Saja!
4 4. Cantik
5 5. Kembali Mengganggu
6 6. Ketahuan Mama
7 7. Perempuan Gampangan
8 8. Lagi Sayang-Sayangnya
9 9. Memberi Pelajaran
10 10. Tiba-tiba Menolak
11 11. Menikahlah Denganku!
12 12. Patah Hati
13 13. Adegan Berbahaya
14 14. Mengajak Pindah
15 15. Mau Apa Dia?
16 16. Mulai Terbiasa
17 17_Semakin Dekat
18 18. Jaga Jarak
19 19. Cinta Bukan Pilihan
20 20. Bertengkar
21 21. Perempuan Tua
22 22. Perintah Sang Mama
23 23. Minta Maaf
24 24. Menginap
25 25. Iseng
26 26. Balas Dendam
27 27. Lepasin Dia!
28 28. Sepakat
29 29. Andai Saja
30 30. Merasa Terenyuh
31 31. Sekadar Kekaguman
32 32. Pulang
33 33. Mabuk
34 34. Minta Bantuan
35 35. Membeku
36 36. Peka
37 37. Nengok Bayi
38 38. Punya Hak
39 39. Merasa Bersalah
40 40. Suami Siaga
41 41. Seperti Anak Kecil
42 42. Mengingatkan
43 Bab 43. Merasakan Kenyamanan
44 Bab 44. Nggak Bisa Bohong
45 Bab 45. Tidak Tega
46 46. Perhitungan
47 Bab 47. Makan Siang
48 Bab 48. Rapat Penting
49 Bab 49. Merelakan
50 Bab 50. Marah
51 Bab 51. Khawatir
52 Bab 52. Frustrasi
53 Bab 53. Tak Bisa Terselamatkan
54 Bab 54. Ceraikan Dia!
55 Bab 55. Bertemu Kezia
56 Bab 56. Rencana Perceraian
57 Bab 57. Berlibur
58 Bab 58. Mengaku Kalah
59 Bab 59. Bukan Salah Abizar
60 Bab 60. Sebatas Asa
61 Bab 61. Karma
62 Bab 62. Memaafkan
63 Bab 63. Status Duda
64 Bab 64. Patah Hati
Episodes

Updated 64 Episodes

1
1. Hari Sial
2
2. Terjebak
3
3. Lupakan Saja!
4
4. Cantik
5
5. Kembali Mengganggu
6
6. Ketahuan Mama
7
7. Perempuan Gampangan
8
8. Lagi Sayang-Sayangnya
9
9. Memberi Pelajaran
10
10. Tiba-tiba Menolak
11
11. Menikahlah Denganku!
12
12. Patah Hati
13
13. Adegan Berbahaya
14
14. Mengajak Pindah
15
15. Mau Apa Dia?
16
16. Mulai Terbiasa
17
17_Semakin Dekat
18
18. Jaga Jarak
19
19. Cinta Bukan Pilihan
20
20. Bertengkar
21
21. Perempuan Tua
22
22. Perintah Sang Mama
23
23. Minta Maaf
24
24. Menginap
25
25. Iseng
26
26. Balas Dendam
27
27. Lepasin Dia!
28
28. Sepakat
29
29. Andai Saja
30
30. Merasa Terenyuh
31
31. Sekadar Kekaguman
32
32. Pulang
33
33. Mabuk
34
34. Minta Bantuan
35
35. Membeku
36
36. Peka
37
37. Nengok Bayi
38
38. Punya Hak
39
39. Merasa Bersalah
40
40. Suami Siaga
41
41. Seperti Anak Kecil
42
42. Mengingatkan
43
Bab 43. Merasakan Kenyamanan
44
Bab 44. Nggak Bisa Bohong
45
Bab 45. Tidak Tega
46
46. Perhitungan
47
Bab 47. Makan Siang
48
Bab 48. Rapat Penting
49
Bab 49. Merelakan
50
Bab 50. Marah
51
Bab 51. Khawatir
52
Bab 52. Frustrasi
53
Bab 53. Tak Bisa Terselamatkan
54
Bab 54. Ceraikan Dia!
55
Bab 55. Bertemu Kezia
56
Bab 56. Rencana Perceraian
57
Bab 57. Berlibur
58
Bab 58. Mengaku Kalah
59
Bab 59. Bukan Salah Abizar
60
Bab 60. Sebatas Asa
61
Bab 61. Karma
62
Bab 62. Memaafkan
63
Bab 63. Status Duda
64
Bab 64. Patah Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!