7. Perempuan Gampangan

...Happy Reading...

...****************...

Kezia tertunduk malu dikelilingi oleh keluarganya. Di sampingnya duduk seorang Aruna yang tidak pernah melepaskan tangan Kezia, seolah memberikan kekuatan kepada kakaknya tersebut.

"Sekarang jelaskan sama papa! Apa benar yang dikatakan oleh mama kamu itu, Kezia?" Suara sang papa menggelegar bak petir menyambar di telinga Kezia. Kepalanya langsung mendongak, tetapi bibirnya terasa berat untuk berucap.

"Maafkan Zee, Pa! Zee udah bikin malu keluarga kita. Zee emang nggak berguna." Kezia meraung dalam kesedihan. Beranjak mendekati sang papa, dan berlutut sambil memeluk kaki lelaki paruh baya itu.

Surya hanya menatap anaknya kaku. Kepalanya menggeleng tidak percaya. Kezia adalah anak kebanggaannya. Selama ini Kezia selalu menurut apa kata orang tua, bahkan saat orang tuanya bersikap tidak adil kepadanya.

"Siapa ayah dari bayi kamu itu? Dia harus menikahimu sebelum perutmu semakin besar," seru Surya. Kezia seketika mendongak menatap wajah sang papa.

"Tapi dia udah nggak tinggal di Indonesia, Pa. Dia udah pergi ke luar negeri. Waktu kejadian itu ... dia juga mau bertanggung jawab, tapi ... Kezia langsung menolak." Kezia menundukkan kepalanya lagi di akhir kalimatnya.

"Kamu ini bagaimana, sih, Kezia. Papa nggak habis pikir sama kamu. Bisa-bisanya semudah itu kamu melepaskan laki-laki yang sudah merenggut kehormatan kamu, hah?"

Surya meraup wajahnya frustrasi. Ia bingung harus berbuat apa setelah ini.

"Pa, aku tahu siapa laki-laki itu. Dia ... sepupunya Juno."

"Apa? Sepupunya Juno?" Surya menoleh terkejut pada Aruna yang berkata demikian, "bener, Kezia?" tanyanya memastikan pada Kezia dengan penuh penekanan. Kezia mengangguk perlahan.

"Biarkan aku yang bicara baik-baik dengan Juno. Mungkin dia bisa membantu." Aruna kembali berkomentar, seolah sedang membantu kakaknya berbicara.

"Baiklah, papa harap keluarga mereka segera datang dan sepupunya Juno itu mau menikahi Kezia." Surya bangkit dari duduknya, lalu pergi meninggalkan keluarganya di ruang tengah.

"Kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatan kamu, Zee. Ingatlah, janin di dalam rahim kamu itu punya nyawa. Jika kamu berani menggugurkannya, berarti kamu lebih jahat dari seorang psikopat, yang tega membunuh darah dagingnya sendiri," ujar Erna—sang mama, sambil menepuk pundak Kezia lalu pergi mengikuti suaminya.

Tangisan Kezia semakin terdengar keras. Perasaan menyesal semakin membelit hatinya. Aruna yang merasa kasihan hanya bisa memeluk sang kakak. Kezia pun meluapkan rasa bersalahnya dalam pelukan adiknya.

...****************...

Malam yang dingin di negeri bersalju, membuat tubuh membutuhkan selimut yang lebih tebal untuk membungkusnya ketika tidur. Begitupun dengan Abizar yang masih belum beradaptasi dengan hawa dingin tersebut, bahkan lelaki itu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, dari ujung kaki sampai ujung rambut.

Tok! Tok! Tok!

"Bi, keluar lo!"

Suara ketukan pintu diiringi teriakan seseorang tak membuat Abizar bergerak sedikit pun. Ia masih nyaman di balik selimut tebalnya. Hingga berulang kali suara tersebut terdengar, dan berhasil membuat keributan.

"Ada apa, sih, Jun? Kenapa teriak-teriak di depan kamar Abi?" tegur Angelina. Ia, Jiro, dan Aludra yang merasa terganggu dengan teriakan heboh Juno langsung menghampiri pusat keributan tersebut. Waktu memang belum terlalu malam. Masih pukul sembilan, dan belum semua penghuni rumah tersebut tertidur seperti Abizar.

"Tante tahu, anak Tante yang brengsek itu udah ngelakuin hal yang sangat memalukan. Dia patut dihajar!" murka Juno dengan rahang mengeras, dan otak yang panas.

"Ngelakuin apa?" Jiro pun ikut bertanya dengan raut penasaran, sedangkan Aludra masih anteng menjadi penonton saja.

"Lebih baik tanyain sendiri sama si Abi. Dari tadi aku gedor pintunya nggak bangun-bangun. Dia tidur apa sudah mati?" dengus Juno, lalu menggedor-gedor pintu kamar Abizar lagi. Kali ini dibantu oleh Angelina dan Jiro. Sehingga suara itu semakin berisik dan berhasil menembus gendang telinga Abizar.

"Ada apa, sih, berisik banget!" decak Abizar yang merasa terganggu tidur nyamannya, lantas menyibak selimut yang membungkus tubuhnya serampangan. Kakinya mengayun malas menuju pintu kamar.

Ceklek!

Pintu pun terbuka. Kening Abizar berkerut dalam melihat satu persatu wajah keluarganya yang tengah melaksanakan demo di luar kamar tidurnya. "Ngapain kalian demo di sini? Aku bukan pejabat," celetuk Abizar.

Namun, bukannya dijawab, melainkan sebuah bogem mentah yang dia dapat.

"Abi!" pekik Angelina terkejut. Ia langsung menghambur pada tubuh anaknya yang tersungkur ke lantai.

"Apa-apaan, lo, Bang? Tiba-tiba mukul gue. Salah obat, lo?" sentak Abizar sambil menghunuskan tatapan tajam, dengan sebelah tangan menyentuh sudut bibirnya yang sedikit lebam.

"Iya, Jun. Kamu itu kenapa tiba-tiba mukul Abi. Apa salah dia?" Jiro pun ikut menimpali. Sebagai ayah, dia kasihan melihat anaknya dipukuli tanpa alasan yang pasti.

"Tanya sama si brengsek itu, Om. Apa yang udah dia lakuin sama teman aku, Kezia!"

"Mbak Kezia?" Abizar mengulang nama itu dengan lirih, "kenapa sama dia?" tanyanya sambil beranjak berdiri.

"Lo jangan berlagak bego, ya! Dia hamil sekarang."

Pernyataan Juno membuat Abizar sontak melongo, sedangkan Jiro, Angelina, dan Aludra hanya mengernyit tidak mengerti. Pasalnya, mereka tidak tahu siapa perempuan yang bernama Kezia tersebut.

"Ini apa, sih, maksudnya? Siapa sebenarnya Kezia itu? Memangnya kenapa kalau dia hamil?" tanya Angelina belum bisa mencerna perdebatan mereka.

"Kezia adalah sahabat sekaligus kakaknya pacar aku, Tante. Dan anak lelaki Tante ini udah kurang ajar menghamili dia."

"Apa?" Semua orang memekik terkejut. Pandangan mereka pun tertuju pada Abizar yang tertunduk.

"Katakan itu tidak benar, Abi! Mama nggak pernah ngajarin kamu berbuat hal rendah seperti ini!" raung Angelina sambil mengguncang bahu Abizar dengan kasar.

Abizar perlahan mendongakkan pandangan. Ingin menyangkal, tetapi dirinya memang berbuat demikian. Namun, mengenai kenyataan jika Kezia hamil, Abizar belum bisa percaya perempuan itu tengah mengandung anaknya.

"Maaf, Ma. Kami memang pernah melakukannya, tapi Abi nggak yakin kalau anak yang dikandung Mbak Zee itu anaknya Abi. Soalnya waktu Abi mau tanggung jawab, dia malah menolak."

Plak!

Satu tamparan keras mendarat sempurna di pipi mulus Abizar. Lelaki itu sontak mengusap pipinya yang terasa kebas. Lengkap sudah deritanya, belum hilang rasa sakit di sudut bibirnya, kini ditambah tamparan pula.

"Bisa-bisanya kamu tetap tenang setelah kamu merusak kehormatan seorang perempuan!" sentak Angelina geram.

"Lo ngaku pernah nidurin Kezia, tapi kenapa lo nggak ngakuin anaknya dia? Otak lo ditaro di mana, brengsek! Lo pikir benih lo bisa hilang gitu aja, hah?" Juno ikut menimpali dengan nada tinggi.

"Dia sendiri yang nolak, Bang. Waktu itu gue langsung mau tanggung jawab, tapi dia langsung nolak. Katanya lupain aja! Mungkin ... dia udah terbiasa melakukan itu dengan laki-laki lain. Jadi—"

"Dasar brengsek! Gue tahu siapa Kezia. Dia bukan perempuan gampangan seperti yang lo kira." Juno hendak menyerang Abizar lagi, tetapi kali ini berhasil dihadang oleh Jiro.

"Tenang dulu, Jun. Kita selesaikan masalah ini dengan pikiran dingin. Jangan pake emosi!"

Napas Juno tersengal menahan emosi. Rahangnya mengeras dengan urat kemarahan yang terlihat jelas. Tangannya yang sudah mengepal pun tak jadi melayangkan pukulan. Juno masih menghormati om dan tantenya.

...****************...

...To be continued...

...Jangan lupa like, gift, dan komentarnya 🙏...

Terpopuler

Comments

Kiki Sulandari

Kiki Sulandari

Sabar Juno....jangan emosi semuanya bisa diselesaikan dengan cara baik baik...yang penting Abizar mau bertanggung jawab......

2023-02-21

1

Pembaca Yth

Pembaca Yth

Abi y Allah kezel

2023-02-17

0

@ Teh iim🍒🍒😘

@ Teh iim🍒🍒😘

Tdk sepenuhnya salah Abizar juga seh , karena Kezia juga menolak waktu Abi mo bertanggung jawab.
Tp Abizar juga salah maen nuduh Kezia perempuan nggak bener waktu menolak Abi bertanggung jawab.

2023-02-17

0

lihat semua
Episodes
1 1. Hari Sial
2 2. Terjebak
3 3. Lupakan Saja!
4 4. Cantik
5 5. Kembali Mengganggu
6 6. Ketahuan Mama
7 7. Perempuan Gampangan
8 8. Lagi Sayang-Sayangnya
9 9. Memberi Pelajaran
10 10. Tiba-tiba Menolak
11 11. Menikahlah Denganku!
12 12. Patah Hati
13 13. Adegan Berbahaya
14 14. Mengajak Pindah
15 15. Mau Apa Dia?
16 16. Mulai Terbiasa
17 17_Semakin Dekat
18 18. Jaga Jarak
19 19. Cinta Bukan Pilihan
20 20. Bertengkar
21 21. Perempuan Tua
22 22. Perintah Sang Mama
23 23. Minta Maaf
24 24. Menginap
25 25. Iseng
26 26. Balas Dendam
27 27. Lepasin Dia!
28 28. Sepakat
29 29. Andai Saja
30 30. Merasa Terenyuh
31 31. Sekadar Kekaguman
32 32. Pulang
33 33. Mabuk
34 34. Minta Bantuan
35 35. Membeku
36 36. Peka
37 37. Nengok Bayi
38 38. Punya Hak
39 39. Merasa Bersalah
40 40. Suami Siaga
41 41. Seperti Anak Kecil
42 42. Mengingatkan
43 Bab 43. Merasakan Kenyamanan
44 Bab 44. Nggak Bisa Bohong
45 Bab 45. Tidak Tega
46 46. Perhitungan
47 Bab 47. Makan Siang
48 Bab 48. Rapat Penting
49 Bab 49. Merelakan
50 Bab 50. Marah
51 Bab 51. Khawatir
52 Bab 52. Frustrasi
53 Bab 53. Tak Bisa Terselamatkan
54 Bab 54. Ceraikan Dia!
55 Bab 55. Bertemu Kezia
56 Bab 56. Rencana Perceraian
57 Bab 57. Berlibur
58 Bab 58. Mengaku Kalah
59 Bab 59. Bukan Salah Abizar
60 Bab 60. Sebatas Asa
61 Bab 61. Karma
62 Bab 62. Memaafkan
63 Bab 63. Status Duda
64 Bab 64. Patah Hati
Episodes

Updated 64 Episodes

1
1. Hari Sial
2
2. Terjebak
3
3. Lupakan Saja!
4
4. Cantik
5
5. Kembali Mengganggu
6
6. Ketahuan Mama
7
7. Perempuan Gampangan
8
8. Lagi Sayang-Sayangnya
9
9. Memberi Pelajaran
10
10. Tiba-tiba Menolak
11
11. Menikahlah Denganku!
12
12. Patah Hati
13
13. Adegan Berbahaya
14
14. Mengajak Pindah
15
15. Mau Apa Dia?
16
16. Mulai Terbiasa
17
17_Semakin Dekat
18
18. Jaga Jarak
19
19. Cinta Bukan Pilihan
20
20. Bertengkar
21
21. Perempuan Tua
22
22. Perintah Sang Mama
23
23. Minta Maaf
24
24. Menginap
25
25. Iseng
26
26. Balas Dendam
27
27. Lepasin Dia!
28
28. Sepakat
29
29. Andai Saja
30
30. Merasa Terenyuh
31
31. Sekadar Kekaguman
32
32. Pulang
33
33. Mabuk
34
34. Minta Bantuan
35
35. Membeku
36
36. Peka
37
37. Nengok Bayi
38
38. Punya Hak
39
39. Merasa Bersalah
40
40. Suami Siaga
41
41. Seperti Anak Kecil
42
42. Mengingatkan
43
Bab 43. Merasakan Kenyamanan
44
Bab 44. Nggak Bisa Bohong
45
Bab 45. Tidak Tega
46
46. Perhitungan
47
Bab 47. Makan Siang
48
Bab 48. Rapat Penting
49
Bab 49. Merelakan
50
Bab 50. Marah
51
Bab 51. Khawatir
52
Bab 52. Frustrasi
53
Bab 53. Tak Bisa Terselamatkan
54
Bab 54. Ceraikan Dia!
55
Bab 55. Bertemu Kezia
56
Bab 56. Rencana Perceraian
57
Bab 57. Berlibur
58
Bab 58. Mengaku Kalah
59
Bab 59. Bukan Salah Abizar
60
Bab 60. Sebatas Asa
61
Bab 61. Karma
62
Bab 62. Memaafkan
63
Bab 63. Status Duda
64
Bab 64. Patah Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!