...****************...
"Mbak, minumnya jangan banyak-banyak! Nanti kalau mabuk, ribet gue nganterinnya," cetus Abizar setelah Devan pergi dari kafe tersebut.
Kezia melirik ketus, "Terserah aku, lah. Aku akan bayar semua minuman yang aku beli di kafe ini," cetusnya, lalu menenggak satu gelas minuman beralkohol di tangannya. Lidahnya menjulur keluar, lantaran rasa aneh yang menyerang indera perasanya tersebut. Kerongkongannya terasa terbakar. Jujur, baru pertama kali perempuan itu meminum minuman seperti itu. Ia belum terbiasa dengan rasanya. Namun, hal tersebut tak membuat Kezia berhenti. Ia malah menambah minumannya lagi.
"Nggak biasa minum, pengin minum." Abizar tertawa melihat mimik wajah Kezia yang terlihat lucu.
"Bukan urusan kamu. Pergi sana!" ketus Kezia mengusir Abizar.
"Dih, yang harusnya pergi itu, Mbak. Ini kafe punya gue." Abizar melipat tangannya di depan dada.
Kezia mendengkus. Lalu kembali menenggak minuman yang rasanya begitu menyengat, dan kali ini perempuan itu sontak tersedak.
Abizar menarik salah satu sudut bibirnya. Ia tersenyum remeh melihat kerapuhan seorang Kezia. Ia yakin jika perempuan itu sedang ada masalah, tetapi lari pada minuman keras adalah cara penyelesaian yang salah.
"Gue ke kamar dulu, deh. Nanti kalau mau pulang, ketuk aja pintunya. Kamar gue sebelah sana." Abizar menunjukkan letak kamarnya di area privasi kafe tersebut. Tempat itu memang sengaja dibuat sebagai tempat istirahat ke empat pemilik kafe, dengan dilengkapi kamar pribadi masing-masing.
Kezia melayangkan pandang pada arah telunjuk Abizar, lalu berkata 'iya', sebagai jawaban.
Abizar pun pergi, tetapi belum sempat ia menyentuh pintu kamarnya, Kezia memanggilnya lagi. "Ada apa?" tanya Abizar tepat di depan pintu kamarnya.
"Namamu siapa tadi? Abi?" tanya Kezia. Ia sempat mendengar Devan mengatakan nama pemuda tersebut sebelum lelaki itu pergi.
"Iya, nama gue Abi, Abizar," jawab Abizar tanpa bertanya balik siapa nama perempuan itu, karena Abizar sudah tahu dari Devan.
Kezia terdiam sejenak, ia ingat nama Abizar adalah saudara sepupu dari orang yang dia cintai. "Kamu ... sepupunya Juno, kan?" tanyanya terdengar lebih lirih dari sebelumnya.
Abizar mengernyit heran dengan perubahan mimik wajah Kezia yang tiba-tiba muram. Padahal baru beberapa detik yang lalu wajah itu terlihat sangar.
"Iya, memangnya kenapa?" Abizar melayangkan tatapan penuh selidik. Kakinya melangkah mendekati Kezia lagi. Ia terlalu kepo dengan urusan pribadi kakak sepupunya yang bernama Juno itu. Lelaki yang menjadi penyumbang dana terbesar di kafe tersebut, merupakan mangsa empuk untuk Abizar mendapatkan uang tambahan. Mungkin saja ada rahasia di antara mereka, dan rahasia itu bisa dijadikan sebagai bahan ancaman. Kan, lumayan bisa nambah uang jajan. Mumpung perempuan itu sedang setengah sadar.
"Bilangin, ya, sama sepupu kamu itu! Jadi cowok jangan sok kegantengan. Dia itu brengsek!" Kezia sudah mulai berkata ngawur. Sudah beberapa gelas minum beralkohol masuk ke dalam tubuhnya. Hal itu membuat Kezia sedikit kehilangan kesadaran. Ia tidak sadar dengan apa yang ia ucapkan.
Abizar tersenyum kecut. Sepertinya dia suka arah pembicaraan Kezia. Lelaki itu malah membuat Kezia semakin hanyut dalam halusinasinya. Abizar ikut duduk di sofa dan menuangkan minuman beralkohol pada gelas Kezia yang sudah kosong.
"Ayo, Mbak, minum lagi! Ceritain sama gue, ada masalah apa di antara kalian berdua. Kali aja, kan, gue bisa bantu," seru Abizar dengan seringai tipis di bibirnya.
Kezia yang sudah tersesat dalam keterpurukan lantaran patah hati, hanya bisa meminum minuman haram itu lagi dan lagi. Membuat Abizar bersemangat untuk bertanya sesuatu yang bisa dijadikan kelemahan Juno. Ia pikir hal tersebut bisa menjadi ladang uangnya kelak.
Namun, perkiraan Abizar tidak sesuai ekspektasi. Kezia malah bersikap tidak tahu diri. Semakin perempuan itu mabuk, semakin kacau pula perkataan perempuan tersebut.
"Juno, kenapa kamu jahat banget sama aku?" racau Kezia. Tangannya dengan lancang meraba pipi Abizar. Menyangka jika lelaki itu adalah lelaki yang sudah menyakiti hatinya.
"Apa aku kurang cantik? Atau aku kurang sexy? Kenapa kamu lebih memilih perempuan itu daripada aku, Juno?" racau Kezia lagi.
"Mbak, lo mau ngapain?" Abizar merasa terjebak dengan rencananya sendiri. Dadanya kembang kempis saat tubuh Kezia kini berada di atas pangkuannya. Jantungnya berdebar begitu kencang. Darahnya tiba-tiba berdesir hebat ketika tubuh Kezia semakin merapat. Jakunnya turun naik menelan saliva, saat gesekan di bawah sana membuat yang tadinya tidur jadi terjaga.
"Kamu tahu, Juno. Aku sangat mencintai kamu. Dari dulu ... duluuuuu ... sekali. Tapi kenapa kamu nggak pernah bisa melihat itu? Kamu hanya menganggap aku sebagai sahabatmu. Aku nggak mau!" Kezia kembali duduk tegak, lalu memukul-mukul dada bidang Abizar tanpa tenaga.
Abizar hanya mengerjap. Menatap Kezia dengan tatapan sulit diartikan. Tubuhnya sudah dikuasai oleh sesuatu yang bergejolak. Ia ingin sekali berontak, tetapi sentuhan dari Kezia membuat dirinya sulit untuk menolak. Seolah hati dan akal sehatnya sedang bergulat. Abizar merasa terjebak.
"Aku rela memberikan apa pun buat kamu, Juno. Asalkan kamu mau menerima aku sebagai pacar kamu."
Abizar kembali tersentak saat Kezia meracau seperti itu. Bukan karena kata-katanya, melainkan dari caranya perempuan itu berbicara. Tubuhnya sengaja dirapatkan dengan dada Abizar, sehingga Abizar mampu merasakan embusan napas halus yang keluar dari hidung Kezia. Abizar seolah hanyut dalam buaian penuh rayu. Sebagai seorang lelaki normal, sangatlah wajar jika tubuh Abizar merasakan kenyamanan. Gemuruh rasa yang terbakar dalam aliran darahnya tidak bisa ditahan lagi. Denyut di bagian bawahnya semakin tak terkendali. Apalagi saat tangan Kezia mulai menjelajahi bagian dalam bajunya, membuat pandangan Abizar dipenuhi kabut asmara.
"Mbak, kalau sikap lo kayak gini terus. Jangan salahkan gue kalau terjadi—"
Kalimat Abizar sontak terhenti. Lantaran bibirnya dibekap oleh Kezia dengan bibirnya sendiri. Kedua mata Abizar sontak membulat sempurna, tetapi tak bisa dipungkiri rasa kenyal bibir itu membuatnya terlena.
"Oke, ini lo yang minta, Mbak. Jangan nyesel, ya!" ucap Abizar sambil menekan tengkuk leher Kezia. Membuat pertautan bibir mereka semakin dalam saja.
Kegilaan Kezia semakin mengganas. Akal sehatnya telah digadaikan pada minuman keras. Ia seperti serigala betina yang buas, yang akan menyerang mangsanya sampai dirinya puas.
Begitu pun dengan Abizar. Pikiran lelaki itu sudah diliputi rasa yang membuncah, yang menarik akal sehatnya. Keduanya sama-sama terbuai oleh bisikan sesat menuju kenikmatan sesaat.
Abizar mengikuti gerakan Kezia. Bibir mereka pun saling berbagi saliva. Kezia terus menyerukan nama Juno di setiap gerakannya. Abizar tidak peduli, yang penting hasratnya bisa terpenuhi.
Malam semakin larut ketika mereka melakukan penyatuan. Keduanya seperti terbuai dan tidak cukup sekali menebar kehangatan. Kezia yang masih dikuasai oleh minuman keras terus saja menggoda Abizar dengan berbagai cara.
Abizar tak kalah siap. Ia membopong tubuh Kezia ala brides style untuk memenuhi keinginan perempuan tersebut. "Kita pindah ke kamar!" ucap Abizar dengan semangat yang membara.
Beruntung teman-temannya tidak ada yang datang, sehingga tempat rahasia mereka bisa Abizar gunakan dengan leluasa. Terlebih di kamar pribadinya. Abizar dengan bebas menggeksplor tubuh Kezia. Kejadian itu berulang tanpa jeda, hingga keduanya kelelahan dan tertidur di ranjang yang sama.
...****************...
next👉
Jangan lupa like, gift, dan komentarnya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
🤗🤗
setangkai 🌹🌹 dan bintang 5 mendarat
2023-06-10
1
Kiki Sulandari
Waduh,Abi...kok kamu jadi kebawa suasana agresifnya Kezia,...bablas deh....
2023-02-20
0
angie widya
hadeuuhhhh 😂😂😂
2023-02-16
0