...Happy Reading...
...****************...
Dering ponsel begitu mengganggu tidur seseorang. Waktu masih menunjukkan pukul lima saat ditengok oleh Abizar. Kedua matanya menyipit perih menyesuaikan cahaya terang dari layar ponsel yang menyala seiring dengan panggilan video yang terpampang di sana.
"Ngapain, sih, pagi-pagi udah video call?" decak Abizar kesal. Ia pun mencoba mengabaikan panggilan video grup yang diusung oleh Devan.
Lama tak mau ikut nimbrung dalam obrolan, akhirnya dia pun penasaran. Barangkali ke tiga rekan bisnis sekaligus sahabat-sahabatnya itu tengah membicarakan dirinya. Abizar tidak mau jadi bahan ghibahan, sehingga lelaki itu pun menekan tombol bergabung dalam panggilan.
"Ada paan, sih? Pagi buta dah video call? Di Jepang masih jam lima, woy!" Abizar langsung mengomel ketika bergabung dalam panggilan video grup yang tidak tahu waktu itu.
"Lah, pengantennya masih di Jepang. Gimana, si? Emang nikahnya kapan?" Alfath langsung bertanya. Wajahnya juga terpampang di layar ponsel Abizar.
"Belum ditentukan. Hari ini kita pulang, dan besok baru melamar." Bukan Abizar yang menjawab, melainkan Juno yang sudah duduk bersandar.
"Lo nikah sama siapa, Bi? Katanya ceweknya dah lo bobol duluan, ya? Gila, lo belajar di mana hal gituan? Harusnya lo belajar dari gue, biar lo nggak dipaksa nikah kayak sekarang." Kini giliran Devan yang berkomentar.
Abizar mendengkus. Firasatnya ternyata benar tentang obrolan mereka sebelumnya, pasti sudah membahas tentang rencana pernikahannya dengan Kezia.
"Lo yakin mau ngajarin dia, Van? Walaupun perempuan itu incaran lo selama ini?" Celetukan Juno berhasil membuat kening Devan mengernyit penasaran.
"Maksud lo? Jangan bilang kalau perempuan itu adalah ...." Devan menghentikan ucapannya. Ia tidak berani menyebut nama Kezia di akhir kalimatnya. Hanya Juno yang tahu tentang perasaannya terhadap perempuan itu.
"Lo aja yang jawab, Bi. Gue masih nggak rela lo bakalan jadi kakak ipar gue."
Deg!
Wajah Devan sontak menegang. Sorot kebencian tersirat dari tatapan matanya yang melotot tajam. Ia sampai membentak Abizar, dan memaki lelaki itu dengan segala sebutan yang tidak pantas diucapkan.
"Sorry, Bang. Waktu itu gue khilaf. Gue nggak tahan sama godaan Mbak Zee waktu dia mabuk."
"Brengsek lo!" Umpatan terakhir terlontar dari mulut Devan sebelum dirinya memutuskan panggilan. Menyisakan tiga wajah tampan di layar ponsel masing-masing.
"Lo, sih. Cari perkara aja!" sewot Juno pada sepupunya yang merasa bersalah.
"Dih, mana gue tahu kalau Bang Devan suka sama Mbak Zee. Namanya gue khilaf mana sempat mikir ke sana. Lagian waktu itu dia juga yang ninggalin kita berduaan di kafe. Jadi, sepenuhnya bukan salah gue." Panjang lebar Abizar membela diri.
"Udah, woy! Nasi udah jadi bubur. Ngapain diributin, si!"
Kalimat Alfath tersebut menjadi penutup dari obrolan mereka dalam panggilan video tersebut.
"Arrrggghhh ... sial!" erang Abizar sambil menyugar rambutnya kasar, "ini semua bukan sepenuhnya salah gue. Ini juga salahnya Bang Devan. Kalau dulu dia titipin Mbak Kezia sama gue, ggak bakalan gini, kan, jadinya," gerundel Abizar tidak mau disalahkan sendiri. Padahal hal tersebut tidak akan terjadi, jika otaknya sejalan dengan hati nurani.
*****
Sedangkan di sisi belahan bumi bagian lainnya, seorang Devan sedang berusaha melampiaskan rasa kesalnya. Ia merasa hatinya begitu remuk dan patah. Devan merasa dilangkahi oleh Abizar, emosinya pun meradang. Hingga lelaki itu berniat untuk menghajar Abizar saat lelaki itu pulang ke Indonesia.
"Brengsek, tuh, anak! Berani-beraninya dia nidurin Kezia. Tahu gitu gue nggak bakalan nitipin Kezia sama dia waktu itu. Sial!" Devan melayangkan tinjunya pada kasur yang dia duduki sekarang.
"Gue nggak terima Kezia dirusak sama lo, Bi. Selama ini gue menahan diri buat nggak ngapa-ngapain dia, karena gue cinta. Gue cuma lagi nunggu waktu yang tepat buat ngungkapin perasaan gue. Tapi lo udah lancang melangkahi gue, Abi. Lihat aja nanti, gue bakalan kasih lo pelajaran."
Devan meremat sprei dengan kuat, seolah membayangkan jika ia adalah wajah Abizar.
*****
"Selamat datang. Akhirnya kalian pulang juga." Seorang perempuan paruh baya yang terlihat masih cantik menyambut kedatangan keluarga Abizar di kediaman mereka di Indonesia. Perempuan itu adalah Ara—mama kandung Juno Abercio. Ia sengaja datang ke rumah adik iparnya yang sudah lama tidak ditinggali oleh keluarga adiknya tersebut. Walaupun ia tahu, jika anaknya sudah kabur duluan untuk menemui kekasih pujaannya—Aruna.
Ara memberikan pelukan hangat pada semua keluarga Abizar termasuk sang mertua yang duduk di kursi roda. Ayura yang tengah sakit terpaksa ikut ke Indonesia, sebab Angelina tidak akan tega meninggalkan sang mama di sana.
"Kak Jo mana, Kak?" tanya Angelina pada kakak iparnya. Mereka berjalan berdampingan, dengan Ara yang mendorong kursi roda mertuanya untuk masuk ke rumah Angelina.
"Dia masih di kantor. Katanya ada rapat penting. Nanti nyusul datang ke sini," jawab Ara. Lalu menoleh pada Abizar yang terlihat muram di sebelah mamanya, "eh, itu kenapa wajah calon pengantin ditekuk gitu?" tegur Ara menggoda.
Abizar menoleh pada tantenya, lalu menanggapinya dengan tersenyum saja. Ia masih malas untuk membahas pernikahan sekarang. Hatinya belum mengizinkan.
"Aku ke kamar duluan, Mam," pamit Abizar memilih untuk menghindar.
Angelina hanya mengangguk tanda setuju. Ia mengerti dengan perasaan anaknya saat ini. Namun, baru beberapa langkah kaki Abizar memijak pada undakan tangga rumahnya menuju kamarnya di lantai atas, suara teriakan seseorang tiba-tiba terdengar membuat keributan.
"Mana si Abi? Abi ... keluar lo, brengsek!"
Abizar mengenali suara itu adalah miliknya Devan. Ia pun menelan salivanya sedikit ketakutan. Ia ingat bagaimana reaksi Devan saat panggilan video terakhir mereka. Abizar yakin jika Devan akan membuat perhitungan.
"Heh, jangan lari, lo!" Abizar langsung berlari tunggang langgang menaiki tangga, saat mata Devan menangkap sosok dirinya. Namun sayang, gerakan Devan terlalu cepat dan berhasil menangkap Abizar. Tak pelak Abizar pun menjadi bulan-bulanan Devan.
"Abi ... Devan! Kalian kenapa, sih?" pekik Angelina yang langsung melerai pertikaian mereka. Diikuti oleh Jiro dan Aludra di belakangnya, sedangkan Ara hanya diam di tempatnya menemani sang mertua.
"Maaf, Tante. Anak Tante ini kurang ajar. Waktu itu aku minta dia buat jagain Kezia dan mengantarkannya pulang, tapi dia malah ngerusak Kezia sampai hamil anaknya. Dia pantas mendapatkan pelajaran. Dasar brengsek!"
Devan hendak memukul lagi, tetapi berhasil dihadang oleh Jiro. "Cukup, Devan! Om akui Abizar memang salah, tapi bukan seperti caranya ngasih pelajaran buat dia," seru Jiro.
"Lalu bagaimana caranya, Om? Dengan menikahkan mereka berdua? Ini nggak adil buat Kezia. Mereka bahkan tidak kenal sebelumnya. Kezia nggak akan bahagia menikah dengan lelaki pelit macam dia."
"Heh, Abang pikir gue mau menikah sama Mbak Kezia? Kalau emang Bang Devan mau, nikahin aja dia!"
"Abi!" Abizar mendapatkan teguran keras atas mulutnya yang melontarkan kalimat kurang ajar tersebut dari sang papa.
...****************...
...To be continued...
...Hai, guys. Kalau mau tahu tentang silsilah keluarga mereka, baca juga novel "My Lovely Idiot Husband" dan "Magic Love", ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Kiki Sulandari
Ampun deh,...Abiii...
Sudah berbuat kesalahan fatal,masih saja berkelit & malah melimpahkan kesalahan pada Devan....
2023-02-21
0
@ Teh iim🍒🍒😘
Semoga Kezia bisa mengubah Abi biar ngga pelit he he...
2023-02-17
0
🍭ͪ ͩᵇᵃˢᵉ fj⏤͟͟͞R ¢ᖱ'D⃤ ̐
iyalah ngapain juga mau sama laki² pelit.kasihan Kezia nya dapet laki² pelit.gemes ih sama Abi pengen tak ruwes itu mulutnya 🤧..
kira² Devan mau nunggu jandanya Kezia gak ya 🤣🤦♀️
2023-02-14
1