18. Jaga Jarak

...Happy Reading...

...****************...

Abizar semakin kehilangan akal sehatnya, saat tubuh mereka berhimpitan dan bergulir ke dinding kaca. Tanpa melepaskan pertautan bibir mereka, keduanya sama-sama terbuai dalam manisnya napsu dunia.

Tangan Abizar bahkan berani menyelusup ke bagian dalam baju Selena, sembari menggiring perempuan itu ke tempat tidur dengan pergulatan yang lebih intens di antara keduanya. Jerat hawa napsu telah membutakan hati mereka. Keduanya tampak menikmati tanpa ingat akan dosa. Tubuh Abizar kini sudah berada di atas tubuh Selena. Kepalanya menyelusuri leher jenjang Selena, lalu memberikan tanda merah di sana. Jangan lupakan tangan nakalnya yang sudah merambah ke bagian bawah.

Di sela aktivitas panas yang menggelora, tiba-tiba saja terdengar dering ponsel yang mengganggu kesenangan mereka. Abizar mengenal nada dering itu adalah miliknya, tetapi lelaki itu mengabaikannya. Tubuhnya sudah terlampau panas dan butuh didinginkan sekarang juga.

"Kak, kenapa teleponnya nggak diangkat?" ucap Selena dengan napas yang tersengal.

"Biarin aja, tanggung."

"Kalau penting gimana?"

Benar saja, berkali-kali ponsel itu berdering karena tak mendapatkan jawaban dari si empunya. Membuat Abizar mendengkus kesal, karena sangat mengganggu aktivitas mereka berdua. Ia pun bangkit dari atas tubuh Selena, menghentikan pemanasan yang hampir menuju titik intinya. Niat Abizar bukan untuk mengangkat telepon tersebut, melainkan untuk mematikan daya teleponnya agar tidak lagi hidup.

Namun, saat dirinya melihat layar ponsel, ternyata yang menelepon adalah sang mama yang tengah berada di Indonesia. Abizar pun urung mematikan daya ponselnya tersebut, karena takut ada hal penting yang ingin dikatakan oleh sang mama.

"Siapa yang telepon, Kak?" tanya Selena sambil duduk bersandar di kepala ranjang. Tangannya sibuk membenarkan pakaiannya yang berantakan karena ulah Abizar.

Abizar menolehkan kepalanya ke arah Selena. "Dari mama," jawabnya. Lalu menekan tombol terima, "sebentar, ya. Aku angkat dulu. Takutnya penting," imbuhnya lalu pergi ke arah balkon.

"Iya, Ma. Ada apa?" tanya Abizar pada sang mama di seberang telepon.

"Ini aku—Zee."

Kedua mata Abizar membulat seketika, saat mendengar suara Kezia. "M—Mbak, ngapain telepon aku pake HP mama? Mamanya ke mana?" tanya Abizar gugup, dan memelankan suaranya. Kedua irisnya melirik ke arah Selena yang masih anteng menunggu Abizar di atas kasur, sambil memainkan ponsel miliknya juga.

"Mama ada, dia lagi nyuapin oma. Aku disuruh telepon kamu, tapi aku, kan, nggak punya nomor kamu, makanya pake HP mama."

"Kenapa mama nyuruh telepon?" cecar Abizar.

"Cuma disuruh mengingatkan, kalau kamu harus pulang saat pernikahan Juno dan Aruna. Kamu nggak lupa, kan?"

Abizar menghela napas kasar. "Hanya mengingatkan saja kenapa harus telepon segala," batin Abizar berkata.

"Iya, aku pasti pulang. Nggak perlu Mbak ingetin, di sini juga ada papa yang pasti ngajak aku pulang ke Indonesia," ketus Abizar.

Hening sejenak. Sepertinya Kezia juga kesal mendengar nada bicara Abizar.

"Sayang, aku boleh nggak kenalan sam—" Dengan refleks tangan Abizar langsung menutup mulut Selena, yang entah sejak kapan sudah berada di dekatnya dan berkata seperti itu.

"Siapa itu?" Mendengar suara perempuan, Kezia di balik telepon pun bertanya penasaran.

"Nanti aja aku telepon balik, ya. Bye ...." Setelah berkata seperti itu, Abizar langsung menekan tombol merah dilayar ponselnya, mengakhiri panggilan telepon tersebut. Dia tidak ingin Selena tahu jika yang meneleponnya barusan adalah istrinya.

"Kakak kenapa, sih?" Selena menepis tangan Abizar dengan kasar. Bibirnya mengerucut kesal lantaran tidak dibiarkan berkenalan dengan calon mertua, "aku, kan, mau kenalan sama calon mertua aku. Nggak boleh?" tambahnya sambil melipat tangan di depan dada.

"Bu-bukan begitu, Sayang. Di sana lagi ramai. Biasalah, kalau mau hajatan sebagian keluarga sudah pada kumpul. Nanti saja, ya, kenalannya."

Selena mendengkus, tetapi alasan Abizar membuatnya percaya dan tersenyum setelahnya. Ia pun ingat dengan aktivitas mereka yang sempat terjeda. Selena kembali memasang wajah manja.

"Jadi ... ayo, kita lanjutkan lagi!" goda Selena dengan gaya sexy.

Laksana kobaran api yang disiram air es, hassrat yang sebelumnya sudah menggebu kini melebur menjadi abu. Abizar sudah tidak bernapsu. Telepon itu seolah menggiring imannya kembali memenuhi kalbu.

"Kita lakukan setelah menikah saja, ya. Maaf, tadi aku khilaf."

Penolakan itu membuat Selena mengerjap. Harusnya dia senang karena Abizar tidak jadi merusaknya sebelum terjadi pernikahan di antara mereka. Namun, entah kenapa hatinya merasa tidak terima. Ia sedikit curiga. Bagaimana bisa secepat itu Abizar meredam hawa napsunya?

...******...

Dua hari kemudian ....

Pesta pernikahan dari anak konglomerat pemilik marketplace di Indonesia itu sudah tersiar ke mana-mana. Walaupun pernikahan tersebut adalah pesta tertutup dan tidak bisa dihadiri oleh sembarangan orang, kemeriahan dan kemegahannya begitu terkenal dari mulut ke mulut setiap orang.

Abizar pulang ke Indonesia sehari sebelum hari pernikahan. Sudah tentu di rumahnya juga sibuk dengan segala persiapan. Ia sungguh malas melihat itu, apalagi melihat Kezia yang sejak tadi selalu tertawa kala bercanda dengan Devan. Setelah diperhatikan, Devan lebih sering berada di rumah Abizar ketimbang pulang ke rumahnya sendiri.

Bahkan lelaki itu dengan terang-terangan memberikan perhatian lebih kepada perempuan hamil yang sudah menjadi istrinya tersebut. Dalam hatinya, Abizar merasakan cemburu, tetapi Abizar masih menyangkal akan hal itu.

"Bang, gue perhatiin lo betah banget di rumah gue? Sejak gue pulang, lo sering banget datang ke sini. Bahkan pulang kerja juga langsung ke sini. Bukannya rumah lo di sebelah, ya?" Abizar memberanikan diri menegur Devan.

Devan yang sedang bercengkrama dengan Kezia di teras depan rumah Abizar pun langsung mendongakkan kepala. Keningnya mengernyit mendengar pertanyaan tadi.

"Memangnya salah kalau gue main ke sini? Kita, kan, bertetangga juga masih sodara. Lagian semenjak lo pergi ke Jepang, Tante Angel udah ngizinin gue main ke sini tiap hari. Katanya buat nemenin Kezia."

Abizar ikut mengernyitkan kening. Dia tidak percaya jika mamanya mengizinkan Devan untuk mendekati menantunya sendiri. Tentu saja Abizar sudah tahu tentang niat terselubung dibalik kebaikan Devan tersebut.

"Kenapa? Lo cemburu karena gue selalu deket-deket sama istri lo ini? Bukannya lo sendiri yang ngizinin gue buat deketin dia, karena lo nggak pernah mengharapkan pernikahan ini, kan?" sambung Devan yang berhasil mendapatkan tabokan di lengan dari Kezia.

"Kamu ngomong apa, sih? Kalau ada orang lain yang dengar gimana? Jangan sembarangan kalau ngomong!" sergah Kezia sambil melihat ke sekitar. Berharap tidak ada orang lain yang mendengar perkataan Devan.

Devan terkekeh pelan, "Maaf, tapi emang itu kenyataannya, kan? Di antara kalian berdua nggak pernah ada cinta. Pernikahan ini cuma sekadar formalitas saja."

Abizar dan Kezia sama-sama terdiam dan sejenak saling pandang. Hingga Abizar yang lebih dulu mengalihkan pandangan. Ia pun membenarkan. "Iya, ucapan Bang Devan memang benar. Tapi setidaknya jaga sikap kalian di depan keluarga yang lain. Mbak Zee itu masih istri aku, jadi sebisanya kalian harus bisa jaga jarak dulu!"

...****************...

...To be continued...

Terpopuler

Comments

Kiki Sulandari

Kiki Sulandari

Abizar.....ada sepercik kecemburuan saat kau melihst Kezia & Devan bercengkrama....
Dan kau agsk mrnjaga jsrak dengan Selena
Sepertinya Abizar menyadari bahwa dirinya telah menikah,namun masih tak bersedia mrngakuinya.....

2023-05-15

0

marie_shitie💤💤

marie_shitie💤💤

lu g mikir perasaan Kezia km egois tau g bi,,,, awas kalo Zee pergi km kelabakan

2023-03-22

0

@ Teh iim🍒🍒😘

@ Teh iim🍒🍒😘

Telepon peringatan itu Abizar

2023-03-07

0

lihat semua
Episodes
1 1. Hari Sial
2 2. Terjebak
3 3. Lupakan Saja!
4 4. Cantik
5 5. Kembali Mengganggu
6 6. Ketahuan Mama
7 7. Perempuan Gampangan
8 8. Lagi Sayang-Sayangnya
9 9. Memberi Pelajaran
10 10. Tiba-tiba Menolak
11 11. Menikahlah Denganku!
12 12. Patah Hati
13 13. Adegan Berbahaya
14 14. Mengajak Pindah
15 15. Mau Apa Dia?
16 16. Mulai Terbiasa
17 17_Semakin Dekat
18 18. Jaga Jarak
19 19. Cinta Bukan Pilihan
20 20. Bertengkar
21 21. Perempuan Tua
22 22. Perintah Sang Mama
23 23. Minta Maaf
24 24. Menginap
25 25. Iseng
26 26. Balas Dendam
27 27. Lepasin Dia!
28 28. Sepakat
29 29. Andai Saja
30 30. Merasa Terenyuh
31 31. Sekadar Kekaguman
32 32. Pulang
33 33. Mabuk
34 34. Minta Bantuan
35 35. Membeku
36 36. Peka
37 37. Nengok Bayi
38 38. Punya Hak
39 39. Merasa Bersalah
40 40. Suami Siaga
41 41. Seperti Anak Kecil
42 42. Mengingatkan
43 Bab 43. Merasakan Kenyamanan
44 Bab 44. Nggak Bisa Bohong
45 Bab 45. Tidak Tega
46 46. Perhitungan
47 Bab 47. Makan Siang
48 Bab 48. Rapat Penting
49 Bab 49. Merelakan
50 Bab 50. Marah
51 Bab 51. Khawatir
52 Bab 52. Frustrasi
53 Bab 53. Tak Bisa Terselamatkan
54 Bab 54. Ceraikan Dia!
55 Bab 55. Bertemu Kezia
56 Bab 56. Rencana Perceraian
57 Bab 57. Berlibur
58 Bab 58. Mengaku Kalah
59 Bab 59. Bukan Salah Abizar
60 Bab 60. Sebatas Asa
61 Bab 61. Karma
62 Bab 62. Memaafkan
63 Bab 63. Status Duda
64 Bab 64. Patah Hati
Episodes

Updated 64 Episodes

1
1. Hari Sial
2
2. Terjebak
3
3. Lupakan Saja!
4
4. Cantik
5
5. Kembali Mengganggu
6
6. Ketahuan Mama
7
7. Perempuan Gampangan
8
8. Lagi Sayang-Sayangnya
9
9. Memberi Pelajaran
10
10. Tiba-tiba Menolak
11
11. Menikahlah Denganku!
12
12. Patah Hati
13
13. Adegan Berbahaya
14
14. Mengajak Pindah
15
15. Mau Apa Dia?
16
16. Mulai Terbiasa
17
17_Semakin Dekat
18
18. Jaga Jarak
19
19. Cinta Bukan Pilihan
20
20. Bertengkar
21
21. Perempuan Tua
22
22. Perintah Sang Mama
23
23. Minta Maaf
24
24. Menginap
25
25. Iseng
26
26. Balas Dendam
27
27. Lepasin Dia!
28
28. Sepakat
29
29. Andai Saja
30
30. Merasa Terenyuh
31
31. Sekadar Kekaguman
32
32. Pulang
33
33. Mabuk
34
34. Minta Bantuan
35
35. Membeku
36
36. Peka
37
37. Nengok Bayi
38
38. Punya Hak
39
39. Merasa Bersalah
40
40. Suami Siaga
41
41. Seperti Anak Kecil
42
42. Mengingatkan
43
Bab 43. Merasakan Kenyamanan
44
Bab 44. Nggak Bisa Bohong
45
Bab 45. Tidak Tega
46
46. Perhitungan
47
Bab 47. Makan Siang
48
Bab 48. Rapat Penting
49
Bab 49. Merelakan
50
Bab 50. Marah
51
Bab 51. Khawatir
52
Bab 52. Frustrasi
53
Bab 53. Tak Bisa Terselamatkan
54
Bab 54. Ceraikan Dia!
55
Bab 55. Bertemu Kezia
56
Bab 56. Rencana Perceraian
57
Bab 57. Berlibur
58
Bab 58. Mengaku Kalah
59
Bab 59. Bukan Salah Abizar
60
Bab 60. Sebatas Asa
61
Bab 61. Karma
62
Bab 62. Memaafkan
63
Bab 63. Status Duda
64
Bab 64. Patah Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!