"Wulan," jawab Fian sambil menoleh ke arah Laras yang sedang mengeringkan rambutnya dengan mesin hairdryer.
"Oh," jawab Laras singkat.
"Kamu marah," tanya Fian sambil memegang pundak sang istri yang sedang sibuk dengan rambutnya.
"Tidak, angkat saja siapa tahu penting," jawab Laras sambil mematikan hairdryer dan berdiri dari tempat duduknya untuk berjalan ke kamar mandi.
"Halo Assalamualaikum," ucap Fian sambil mengaktifkan loudspeaker di ponselnya sambil menggenggam tangan Laras agar tidak meninggalkan kamar itu.
"Halo Mas, kamu sedang dimana?" tanya Wulan dengan nada manja.
"Dirumah, kenapa kamu menghubungiku sepagi ini," tanya Fian dengan nada datar.
"Aku hanya ingin mengajakmu makan siang hari ini, kamu mau 'kan," tanya Wulan sambil dengan nada suara manja dan menggoda.
"Aku akan datang, pukul berapa kita ketemu," tanya Fian sambil terus memegang tangan sang istri.
Setelah menentukan waktu dan tempat pertemuan Fian langsung menutup ponselnya. Laras yang mendengar jika sang suami menyetujui permintaan sang mantan langsung menarik tangannya dan berjalan ke arah kamar mandi. Fian yang saat itu sudah siap langsung keluar dari kamarnya dan segera menuju ke ruang kerjanya.
"Sayang! Aku berangkat ke proyek, Assalamualaikum," teriak Fian kepada sang istri yang sedang berada di dalam kamar mandi.
Laras yang sedang berada di kamar mandi ternyata sedang menangis dengan memegang dadanya. Laras tidak menyangka jika suami yang selalu dia banggakan dan bela di depan orang tuanya justru tega menerima ajakan perempuan lain untuk bertemu siang ini. Hati Laras terasa sakit dan sesak mengingat percakapan Fian dan Wulan melalui panggilan telepon.
"Aku tidak percaya kamu begitu tega padaku, aku pikir kamu benar-benar bisa melupakan Wulan," ucap Laras sambil menangis.
Derasnya air kran yang sengaja Laras nyalakan memang membuat suara tangisannya hampir tidak terdengar. Di tempat berbeda Wulan mulai menghubungi Siska untuk memberitahukan tentang pertemuannya dengan Fian siang ini. Siska yang mendengar berita dari Wulan langsung bahagia.
"Itu artinya Fian sudah mulai membuka hatinya untukmu, dan aku yakin sebentar lagi dia akan meninggalkan perempuan miskin itu," ucap Siska sambil tersenyum bahagia.
"Benarkah, setelah aku berhasil menyingkirkan perempuan itu aku akan minta Mas Fian untuk melepaskan Aldi," jawab Wulan sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Kamu serius, Kakak akan pastikan Fian menjadi milikmu dalam waktu dekat," ucap Siska kepada Wulan melalui panggilan telepon.
Siska begitu sangat merestui hubungan Fian dan Wulan. Kekayaan yang dimiliki membuat Siska yang matre menghalalkan segala cara untuk membuat Fian kembali kepada Wulan. Walaupun harus membuat pernikahan antara Laras dan Fian hancur.
"Bejo!" teriak Fian kepada Bejo saat akan memasuki mobilnya.
"Kalau Laras tanya bilang saja aku ke suatu tempat," ucap Fian sambil masuk ke dalam mobilnya.
Tidak lama setelah Fian berangkat dengan menggunakan mobilnya. Laras yang dari tadi menangis keluar untuk menemui Mbok Ijah di dapur. Sekilas Laras melihat tempat parkir yang ada di samping bengkel. Namun, dia tidak melihat mobil sang suami ada di situ.
"Bejo, Pak Fian tadi bilang dia mau pergi kemana," tanya Laras kepada Bejo.
"Bilang Mbak, katanya mau ke suatu tempat, tapi tidak bilang beliau mau kemana," jawab Bejo sambil berdiri di hadapan Laras.
"Baik, terima kasih," ucap Laras sambil tersenyum dan berjalan ke arah dapur.
Saat tiba di dapur Laras yang baru saja masuk di dapur melihat Mbok Ijah yang sibuk memasak untuknya dan karyawan yang ada di bengkel itu. Laras yang saat itu terlihat lesu langsung duduk disebuah kursi di dapur. Mbok Ijah yang melihat sikap tidak biasa di diri sang majikan langsung duduk di hadapan Laras.
"Ada apa Mbak, sepertinya pusing sekali," tanya Mbok Ijah sambil duduk di hadapan Laras.
"Mbok bisa tolong buatkan saya teh hangat," perintah Laras sambil menoleh ke arah perempuan tua di hadapannya.
"Baik Mbak," jawab Mbok Ijah sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Mbok kalau seorang suami menyimpan masa lalunya dan tetap berhubungan baik dengan mantan kekasihnya apa itu termasuk selingkuh," tanya Laras kepada Mbok Ijah yang sedang membuat secangkir teh hangat.
"Kalau menurut Mbok sih tidak Mbak, karena setiap orang punya masa lalu dan setiap orang spesial di masa itu," jelas Mbok Ijah sambil meletakkan cangkir di atas meja.
"Tapi mereka masih berhubungan baik Mbok," tanya Laras sambil mulai minum teh hangat di hadapannya.
"Mbak Laras ada masalah dengan Pak Fian," tanya Mbok Ijah sambil menatap wajah lesu Laras.
Sekilas Laras melirik ke arah jam dinding yang ada di depannya. Jarum jam menunjukkan pukul 10 pagi. Mbok Ijah yang melihat Laras seperti kebingungan berusaha menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Ya Allah sebentar lagi Mas Fian akan bertemu dengan Wulan, apa yang sedang mereka lakukan sekarang, apa jangan-jangan …." batin Laras sambil minum teh yang ada di hadapannya.
"Mbak, Mbak Laras," panggil Mbok Ijah yang ternyata membuat Laras terkejut.
"Iya Mbok," jawab Laras sambil terkejut.
"Ada apa, kenapa Mbak Laras terlihat begitu khawatir," tanya Mbok Ijah sambil berdiri dari tempat duduknya untuk melihat sayur yang dimasaknya.
"Entahlah Mbok, akhir-akhir ini aku sering merasa lelah," jawab Laras sambil berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah kamarnya.
Hari ini Laras benar-benar tidak tenang, banyak pertanyaan yang ada di kepalanya. Pertanyaan tentang apa yang Fian dan Wulan lakukan saat ini. Berzinakah? Entahlah, Laras yang sudah tidak nyaman hanya mondar mandir di kamarnya dengan cemas.
"Apa saat ini mereka melakukan hubungan suami istri seperti dulu," batin Laras sambil terus berjalan mondar mandir di kamarnya.
Laras yang saat itu tidak tenang tiba-tiba seperti mendengar ******* dan rintihan kenikmatan Wulan. Wajah Fian pun mulai tergambar seakan menikmati hubungan intim bersama dengan Wulan. Merasa dirinya sudah tidak tenang Laras langsung masuk kekamar mandi untuk mengambil air wudhu dan segera menjalankan sholat dhuha.
"Ya Allah aku pasrahkan hubungan pernikahanku kepadamu, aku letakkan kepercayaanku atas suamiku kepada Mu. Aku yakin jika dia jodoh dan imam dunia dan akhiratku engkau pasti akan menjaga ikatan pernikahan ini dengan begitu indah hingga di surgamu," ucap Laras sambil memohon dalam doanya.
***
Di tempat berbeda Fian justru sedang menikmati aktivitasnya sebagai seorang kontraktor. Dia dengan sigap melakukan pengecekan di beberapa proyek yang sedang ditanganinya. Hari yang padat dan jadwal meeting dengan beberapa klien membuatnya lupa akan janjinya dengan sang mantan kekasih.
"Sudah pukul 11 siang, sepertinya aku harus berangkat sekarang," batin Fian sambil melihat jam tangan yang melingkar di tangannya.
Fian pun langsung menuju ke mobilnya dan segera melakukannya dengan cepat. Saat dia melihat sebuah toko bunga di pinggir jalan Fian menghentikan mobilnya untuk membeli beberapa tangkai mawar merah. Fian yang baru saja tiba di bengkel langsung berjalan ke arah kamar.
"Assalamualaikum," ucap Fian sambil membuka pintu kamarnya dengan perlahan.
"Waalaikumsalam, kamu sudah pulang Mas," tanya Laras sambil mencium tangan sang suami.
"Sudah, aku mau mandi dan sholat nanti aku mau pergi lagi," jawab Fian sambil menutup pintu kamarnya.
"Hari ini jadi ketemu Wulan," tanya Laras penasaran.
"Jadi, oh ya ini aku belikan mawar merah buat Tuan putri," ucap Fian sambil akan memeluk sang suami.
Laras yang merasa dikhianati berusaha menghindari pelukan sang suami. Fian tahu kenapa Laras menghindari pelukannya. Sambil tersenyum Fian pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap untuk sholat dzuhur.
"Sayang, cepat mandi dan bersiap karena sebentar lagi sudah masuk adzan dzuhur," perintah Fian kepada Laras yang sibuk menata mawar merah di vas bunga.
Laras sama sekali tidak menjawab ucapan sang suami. Dia terus menata mawar di sebuah vas yang ada di atas meja riasnya. Setelah selesai Laras langsung berdiri dari tempat duduknya dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk bersiap melakukan sholat dzuhur.
"Dia pasti berpikir kalau aku sudah bertemu Wulan," batin Fian sambil tersenyum dan menggelar sajadah di lantai kamarnya.
"Hari ini kita sholat masing-masing saja," ucap Laras sambil memakai mukenah.
"Kenapa, biasanya kita shalat berjamaah," tanya Fian dengan penasaran.
"Tidak ada apa-apa," jawab Laras sambil mulai mengambil sikap sempurna.
"Allahuakbar," terdengar suara Laras yang sudah mulai menjalankan sholat.
Setelah shalat Fian meminta Laras untuk segera bersiap-siap karena hari ini dia ingin mengajaknya ke suatu tempat. Setelah beberapa saat bersiap-siap mereka pun pergi dengan menggunakan mobil yang dikendari Fian. Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam mereka pun tiba di sebuah cafe.
"Kenapa dia mengajakku kesini, apa mungkin mereka melakukan rapat di sebuah cafe," batin Laras sambil melihat Fian yang sedang memarkirkan mobilnya.
"Ayo kita masuk sekarang, mereka pasti sudah menunggu kita," ucap Fian sambil membuka pintu mobil untuk sang istri.
"Apa mungkin kamu melakukan meeting di tempat seperti ini Mas," tanya Laras sambil terlihat bingung.
"Memangnya kenapa apa ada yang salah dengan tempat ini," tanya Fian sambil tersenyum.
"Tidak," ucap Laras singkat sambil menggandeng tangan sang suami.
Laras dan Fian pun mulai memasuki ruangan cafe. Sebuah cafe yang sederhana tapi terlihat begitu unik dengan arsitektur kunonya. Suara musik yang syahdu menambah kesan romantis di cafe tersebut.
"Kamu duduk disini dulu ya, aku akan pesankan kamu minuman dan makanan," ucap Fian sambil berjalan ke arah meja kasir.
Laras terlihat begitu sangat menikmati lagu demi lagu yang ada di cafe tersebut. Bahkan terkadang dia ikut bernyanyi lirih mengikuti suara sang penyanyi. Fian yang baru saja selesai memesan makanan dan minuman kembali duduk di hadapan sang istri.
"Apa kamu suka dengan tempat ini," tanya Fian sambil memegang tangan sang istri.
"Suka Mas," jawab Laras sambil tersenyum.
Saat mereka sedang berbincang-bincang dan bercanda. Laras dikejutkan dengan kedatangan seseorang. Seseorang yang sangat dikenalnya selama ini.
"Kamu," ucap Laras sambil berdiri dari tempat duduknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments