Malam ini adalah malam pertama Laras tinggal di rumah sekaligus bengkel yang menjadi tempat usaha Fian. Malam ini Laras terlihat sangat cantik dengan balutan baju tidur berwarna merah. Kulit putih Laras terlihat jelas membuat Fian yang ada di hadapannya terdiam memandang sang istri yang terlihat begitu cantik dan sexy.
Sambil tersenyum Laras menghampiri sang suami dan duduk di pangkuan Fian. Fian yang sudah sangat bernafsu langsung mengulum bibir mungil sang istri dengan buas. Malam itu permainan antara Laras dan Fian terjadi dengan sangat liar.
"Mawar merah," ucap Laras saat melihat buket mawar merah di sampingnya.
"Siapa yang meletakan mawar merah ini di sampingku," batin Laras sambil mengangkat buket itu dan menciumnya.
"Selamat pagi Tuan Putri," ucap Fian saat masuk ke dalam kamar sambil membawa sebuah nampan berisi makanan dan minuman untuk Laras.
"Mas Fian, mawar ini darimu," tanya Laras kepada sang suami yang sudah duduk di sampingnya.
"Iya, kamu suka," tanya Fian sambil tersenyum kepada sang istri.
"Suka Mas, Mas Fian tahu darimana kalau aku sangat menyukai mawar merah," tanya Laras sambil mencium buket mawar yang ada di tangannya.
"Tidak ada yang tidak aku ketahui tentang mu Sayang, mulai hari ini dan seterusnya akan ada banyak mawar merah untukmu, " jawab Fian sambil tersenyum.
"Sekarang kamu makan setelah itu kamu bersiap-siap hari ini aku akan mengajakmu bertemu dengan beberapa klien penting ku," ucap Fian sambil berdiri kemudian berjalan ke arah pintu kamar.
"Apa kehadiranku tidak mengganggu kerjamu," ucap Laras sambil sedikit berteriak.
"Justru kehadiranmu membuatku bersemangat, dan aku ingin semua orang tahu jika aku sudah menikah dengan perempuan tercantik di dunia," jawab Fian sambil tersenyum dan keluar dari kamar.
Laras yang mendengar pujian sang suami hanya tersenyum sambil terus memeluk buket bunga yang ada di tangannya. Setelah selesai makan dan mandi Laras langsung berjalan menuju ke ruang kerja sang suami. Fian yang saat itu sedang sibuk di meja kerjanya memberikan sebuah kantong kepada Laras yang saat itu ada di hadapannya.
"Ini untukmu, ayo kita ke kamar dulu, " ucap Fian sambil menggandeng tangan sang istri.
"Apa ini Mas," tanya Laras penasaran.
"Kamu akan tahu kalau kita sudah di dalam kamar," jawab Fian sambil terus menggandeng tangan sang istri.
Sesampainya mereka di kamar Laras membuka kantong plastik pemberian sang suami. Sebuah baju muslim lengkap dengan hijab dan cadar di dalamnya. Fian yang saat itu melihat kebingungan sang istri hanya tersenyum.
"Apa maksudnya ini Mas," tanya Laras penasaran.
"Kamu pakai dulu, nanti aku jelaskan setelah kita siap," ucap Fian sambil mulai berganti pakaian.
"Kamu tahu kenapa aku memintamu mengenakan pakaian ini," sambil menggandeng Laras ke depan kaca lemari.
"Tidak," jawab Laras singkat sambil menoleh ke arah sang suami.
"Aku tidak mau kecantikanmu terlihat oleh semua orang, kecantikanmu dan keindahan tubuhmu cukup aku yang tahu," jawab sang suami sambil tersenyum.
"Tapi tidak mungkin aku harus memakai ini untuk beraktivitas di rumah, seperti mencuci baju, piring dan lain-lain," ucap Laras sambil menoleh ke arah sang suami.
"Aku sudah pernah bilang kamu adalah Ratu dan Tuan putriku jadi kamu hanya duduk manis di kamar, urusan pekerjaan akan ada yang menyelesaikannya. Kita berangkat sekarang ya," ajak sang suami sambil menggandeng Laras.
***
Setelah sampai di sebuah proyek pembangunan. Fian meminta sang istri untuk ikut turun bersamanya karena dia akan memperkenalkan Laras kepada seluruh rekan kerjanya. Namun, dengan catatan Laras tidak boleh berjabat tangan dengan laki-laki selain dirinya.
“Kita turun ya, ingat ya pesanku kamu cukup menundukan kepala sedikit dan tidak perlu menjabat tangan kecuali sesama perempuan,” pesan Fian sambil mematikan mobilnya.
“Memang kenapa Mas,” tanya Laras penasaran.
“Karena dalam islam antara laki-laki dan perempuan dilarang bersentuhan kecuali dengan mahramnya atau laki-laki yang dihalalkan untuknya, nanti akan aku ajarkan islam kepadamu secara perlahan-lahan,” ucap Fian sambil turun dari mobilnya.
Selain seorang pekerja keras Fian juga laki-laki yang sangat taat kepada agamanya. Fian adalah laki-laki keturunan Aceh yang sudah lama tinggal di Jakarta. Jadi tidak heran jika ilmu agama yang dia miliki cukup baik.
Setelah menyelesaikan urusannya di proyek bersama seluruh rekan bisnisnya. Fian mengajak Laras ke sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta. Fian membeli beberapa baju untuk sang istri dan dirinya.
“Apa ada lagi yang ingin kamu beli,” tanya Fian sambil menoleh ke arah sang istri.
“Tidak Mas ini sudah lebih dari cukup,” jawab Laras sambil menunjukkan beberapa kantong yang ada di tangannya.
“Sini biar aku saja yang bawa,” ucap Fian sambil mengambil kantong belanjaan dari tangan sang istri.
Saat mereka berkeliling ke toko di pusat perbelanjaan tersebut. tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara adzan dzuhur dari ponsel Fian. Fian yang memang tidak pernah melewatkan shalat langsung mengajak sang istri ke sebuah mushola yang ada di dalam pusat perbelanjaan itu.
“Ayo kita shalat dulu,” ajak Fian sambil berjalan untuk mengambil air wudhu.
“Mas, aku tidak bisa,” jawab Laras sambil memegang tangan sang suami.
“Apa maksudmu, apa kamu sedang datang bulan,” tanya Fian penasaran.
“Aduh bagaimana ini, apa aku harus jujur tapi aku malu,” batin Laras
sambil terlihat gugup.
Laras hanya melamun mendengar pertanyaan sang suami, dalam hatinya ada rasa malu dan takut untuk berkata jujur. Fian yang melihat kegugupan sang istri langsung mengajaknya duduk di kursi yang tidak jauh dari tempat itu. Fian yang penasaran dengan jawaban sang istri kembali memberikan pertanyaan yang sama kepada Laras.
"Apa kamu sedang menstruasi sehingga tidak dapat menjalankan ibadah shalat," tanya Fian penasaran yang ternyata mengejutkan Laras yang sedang melamun.
"Bukan Mas," jawab Laras ketakutan.
"Lalu apa bilang saja jangan takut kepada ku," ucap Fian sambil menatap mata sang istri.
Laras yang duduk di hadapan sang suami mulai celingukan melihat sekitarnya. Perlahan dia mulai mendekatkan bibirnya ke telinga Fian untuk membisikkan sesuatu. Fian yang mendengar jawaban sang istri langsung terkejut.
"Astagfirullah," ucap Fian sambil sedikit berteriak.
"Iya Mas," jawab Laras singkat.
"Kalau begitu kamu tunggu aku disini, aku mau shalat dulu nanti kita bicarakan lagi di rumah, " ucap Fia sambil berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah mushola.
Saat itu yang ada dalam diri Laras hanya malu dan takut kepada sang suami. Dia hanya bisa melihat sang suami yang sedang menjalankan shalat dari kejauhan. Banyak pertanyaan yang saat ini ada di kepalanya tentang rumah tangganya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments