Bab 18

Setelah menutup ponselnya Fian langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Laras yang melihat sang suami yang masih berbaring di tempat tidur langsung mendekati sang suami. Sambil duduk di samping sang suami Laras langsung membangunkan suaminya dengan perlahan.

"Mas, bangun dulu sudah masuk shalat ashar," ucap Laras sambil mengusap rambut sang suami.

"Apa kamu sudah ambil air wudhu?" tanya Fian sambil berbaring di paha sang istri.

"Belum, aku baru selesai mandi, cepat bangun dan mandi," perintah Laras sambil terus mengusap rambut sang suami.

"Sini dulu Sayang, aku sedang merindukanmu," ucap Fian sambil membaringkan tubuh sang istri.

"Tapi ini masih jam kerja Mas," jawab Laras sambil berusaha melepaskan pelukan sang istri.

"Sayang, seorang istri yang baik dan sholeha tidak boleh menolak ajakan suaminya untuk berhubungan badan, karena bisa menjadi pahala dan surga untuk seorang istri," ucap Fian sambil mulai ******* bibir istrinya.

Setelah mendengar ucapan sang suami Laras hanya bisa terdiam dan menyetujui permintaan suaminya untuk bersegama. Ciuman demi ciuman Fian berikan kepada Laras hingga seluruh tubuh Laras basah karena ciuman sang suami. Permainan panas Fian dan Laras sampai di puncaknya. Hingga saat Fian akan menuntaskan syahwatnya tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

"Bos, ada tamu," terdengar suara seseorang sambil mengetuk pintu.

"Ya Allah, apalagi ini padahal hampir saja aku menuntaskan pekerjaanku," gerutu Fian sambil turun dari tempat tidurnya dan segera menggunakan pakaiannya yang sudah berserakan di lantai.

Laras yang melihat wajah kesal sang suami langsung tertawa terbahak-bahak. Setelah menggunakan pakaiannya Fian langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka. Fian yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung memeluk sang istri yang masih menertawakannya.

"Kamu jangan senang dulu, setelah tamu ku pergi aku pastikan kamu habis di tanganku," ucap Fian sambil mencium bibir Laras.

Di ruang kerja Ardi sudah duduk sambil menunggu kedatangan sang adik. Fian yang melihat Ardi sudah duduk di ruangannya langsung masuk dan duduk di hadapan Abang pertamanya. Fian yang penasaran langsung menanyakan maksud kedatangan sang Abang ke bengkelnya.

"Assalamualaikum," ucap Fian sambil sedikit berteriak.

"Waalaikumsalam, lama sekali keluar dari kamar," ucap Ardi sambil menggerutu kepada adik bungsunya.

"Maaf Bang, biasa pengantin baru apalagi suasana mendung seperti ini," jawab Fian sambil duduk dan tertawa.

"Pengantin baru, kamu sudah seperti anak abg yang masih puber," jawab Ardi sambil terlihat kesal.

"Ada apa Abang datang kemari," tanya Fian penasaran.

"Aku hanya ingin membahas ucapanku di telepon tadi," jawab Ardi.

"Masalah Wulan dan laki-laki bernama Heri," tanya Fian penasaran.

"Iya, apa kamu mengenal mereka?" tanya Ardi penasaran.

"Tunggu sebentar kalau ngobrol begini lebih enak sambil ngopi," jawab Fian sambil berjalan ke arah pintu ruang kerjanya.

"Ko, Eko! Bilang Mbok Ijah suruh buatkan kopi white dua gelas," perintah Fian sambil berteriak kepada Eko dan masuk kembali ke ruangannya.

"Bagaimana apa kamu mengenal perempuan yang bernama Wulan dan kekasihnya yang bernama Heri," tanya Ardi kepada Fian yang sudah kembali ke duduk di hadapannya.

"Kalau Wulan aku mengenalnya, dia adalah mantan kekasihku dulu," jawab Fian kepada sang Abang.

"Kalau Heri apa kamu mengenalnya," Ardi kembali bertanya kepada sang adik.

"Tidak, sebenarnya ada apa Abang menanyakan soal Wulan dan Heri," jawab Fian yang semakin penasaran dengan pertanyaan sang kakak.

 "Tadi aku tidak sengaja mendengar percakapan mereka tentang seorang laki-laki bernama Fian, dan sepertinya laki-laki yang mereka maksud itu kamu. Mereka menyusun rencana untuk membuat rumah tanggamu hancur dan dengan begitu perempuan bernama Wulan tersebut bisa dengan mudah masuk di kehidupanmu dan mengambil seluruh harta yang kamu miliki," jelas Ardi kepada sang adik.

Saat mereka berbincang-bincang di ruang kerja. Eko tiba-tiba masuk dengan membawa sebuah nampan berisi dua cangkir kopi kesukaan Fian. Setelah meletakkan cangkir Eko pun keluar dan meneruskan pekerjaannya yang tertunda. 

"Apa yakin yang mereka bicarakan itu aku," tanya Fian penasaran.

"Abang yakin karena mereka juga menyebut nama Laras di percakapan itu, serta mereka juga sempat bilang jika akan memanfaatkan masa lalu Laras sebagai perempuan murtad untuk mendapatkanmu," jawab Ardi sambil mulai minum kopi yang ada di hadapannya.

"Dari mana dia tahu masalah itu," ucap Fian sambil berpikir.

"Abang tahu siapa yang membocorkan masalah itu, tapi itu tidak penting yang terpenting sekarang jauhi Wulan jangan pernah ada hubungan apapun dengannya," jawab Ardi sambil meletakkan cangkir yang ada di tangannya.

"Aku tidak ada hubungan apapun dengannya, bahkan meresponnya saja tidak," jawab Fian sambil meneguk kopi yang ada dihadapannya.

"Oh ya Laras dimana?" tanya Ardi dengan tiba-tiba.

"Ada dikamar, aku tidak pernah memberinya izin keluar disaat masih jam kerja," jawab Fian kepada sang Abang.

"Baik kalau begitu aku pamit dulu, karena mau ke rumah sebelah sebentar, titip salam buat Laras dan sampaikan maafku kepadanya," ucap Ardi sambil berdiri dari tempat duduknya. 

"Baik, insya Allah nanti aku sampaikan," jawab Fian sambil berdiri dan berjalan di sampings sang Abang.

Setelah mengantar Ardi sampai di depan gerbang. Fian kembali masuk ke dalam ruangannya dan duduk di kursinya. Sesaat Fian memikirkan apa yang di katakan Ardi tentang Wulan.

"Darimana Wulan tahu masalah Laras yang pernah keluar dari agama islam," ucap Fian sambil duduk di kursi kerjanya.

Banyak pertanyaan yang mengganjal di pikiran Fian. Serta rasa khawatir akan keselamatan sang istri. Setelah cukup lama merenung di ruang kerjanya Fian memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

"Daripada aku pusing berpikir tentang Wulan dan Heri lebih baik aku tuntaskan apa yang sempat tertunda," ucap Fian sambil tersenyum dan berjalan ke arah kamarnya.

Fian yang baru saja masuk ke kamarnya langsung melihat sang istri yang sedang tertidur lelap. Perlahan dia mendekati sang istri dan duduk di sampingnya. Fian mulai mengusap rambut sang istri hingga dia merasa jika Laras dalam kondisi demam.

"Sayang," ucap Fian dengan lembut.

"Iya ada apa Mas, apa tamunya sudah pulang," tanya Laras sambil duduk dan bersandar di tempat tidur.

"Badanmu demam apa kamu sakit," tanya Fian dengan khawatir.

"Aku tidak tahu, tapi rasanya aku seperti tidak enak badan, apa aku boleh istirahat sebentar?" tanya Laras sambil memegang kepalanya yang sakit.

"Kamu kenapa apa kamu pusing, aku belikan makanan untukmu ya," jawab Fian yang terlihat sangat khawatir dengan keadaan sang istri.

"Tidak usah Mas, aku hanya butuh istirahat sebentar," jawab Laras sambil tersenyum.

Hari itu Laras terlihat sangat pucat hingga membuat sang suami benar-benar khawatir dengan keadaannya. Setelah shalat isya' Laras yang bergegas pergi ke suatu tempat tanpa ditemani sang suami. Fian yang terbangun dan tidak melihat sang istri di sampingnya langsung mencari Laras. Dia berusaha menghubungi sang istri. Namun, ternyata Laras justru meninggalkan ponselnya di rumah.

"Kemana dia, aku harus segera mencarinya," ucap Fian sambil keluar dari kamarnya.

"Mau kemana Mas?" tanya Laras yang saat itu sedang menutup pintu gerbang bengkelnya.

"Ya Allah Sayang, kamu darimana aku sampai cemas mencarimu," jawab Fian sambil memeluk sang istri.

"Aku hanya beli martabak manis di ujung jalan, sebenaranya aku mau bangunkan kamu, tapi aku lihat kamu begitu capek jadi aku putuskan untuk jalan sendiri," jelas Laras sambil tersenyum kepada sang suami.

"Lain kali kalau butuh apa-apa kamu bilang saja, secapek apapun aku pasti akan aku lakukan untuk istri tercinta," ucap Fian sambil menggendong sang istri di kamar.

"Mas lepaskan, tidak enak nanti dilihat karyawanmu," ucap Laras sambil tertawa.

"Tidak, mereka sedang sibuk melihat piala dunia di kamar. Lagipula aku tidak mau istriku kelelahan karena sudah menempuh perjalanan jauh," jawab Fian sambil terus menggendong sang istri.

***

Keesokan harinya setelah mandi dan bersiap-siap. Fian yang saat itu sedang menyisir rambutnya di meja rias. Tiba-tiba dikejutkan dengan pelukan sang istri dari belakang. 

"Ada apa Sayang," tanya Fian sambil mencium pipi sang istri.

"Mas, selama ini kamu sudah memberiku banyak kebahagiaan dan kejutan yang indah, jika pagi ini aku memberimu hadiah kecil apa kamu mau menerimanya," ucap Laras sambil terus memeluk tubuh tegap sang suami.

"Tentu, apalagi itu hadiah pemberianmu," jawab Fian sambil menoleh ke arah Laras.

"Tapi hadiahnya hanya hadiah murah," ucap Laras sambil menunduk.

Fian yang melihat Laras menunduk dengan menggenggam sebuah kotak kecil yang dibungkus dengan rapi menggunakan kertas kado hanya tersenyum. Dia lalu mengambil kotak itu dari tangan sang istri. Sambil tersenyum Fian mulai menanyakan tentang apa isi kado tersebut.

"Apa ini kado buatku?" tanya Fian sambil mengambil kotak kecil yang ada di genggaman sang istri.

"Iya, tapi apa kamu yakin mau menerima kado kecil itu," jawab Laras seolah takut jika sang suami menolak hadiah pemberiannya.

"Sayang apapun yang kamu berikan aku pasti suka, tapi ini isinya apa," tanya Fian penasaran.

"Kamu buka saja, tapi jangan kecewa ya kalau isinya tidak semahal barang yang kamu miliki," jawab Laras sambil tersenyum bahagia.

Perlahan Fian mulai membuka bungkusan kado tersebut. Terlihat sebuah kotak kayu kecil yang indah dengan banyak ukiran di sekitarnya. Fian yang penasaran mulai membuka kotak kayu kecil itu.

"Apa ini Sayang," tanya Fian sambil terkejut saat melihat sebuah kotak kayu kecil ada di dalam bungkusan kado tersebut.

"Kamu buka saja, insya Allah kamu akan menyukai isi dalam kotak itu," jawab Laras sambil menarik tangan Fian untuk duduk di tempat tidur.

Perlahan-lahan Fian mulai membuka kotak tersebut. Seketika air matanya langsung menetes saat melihat isi dalam kotak tersebut. Dia lalu memeluk tubuh sang istri dengan erat hingga membuat Laras hampir tidak dapat bernafas.

"Masya Allah, Allahuakbar," ucap Fian saat pertama kali melihat isi dalam kotak tersebut.

"Apa kamu bahagia?" tanya Laras sambil tersenyum.

"Aku bahagia, benar kamu …." Fian tiba-tiba menghentikan perkataannya karena tidak kuasa menahan air mata yang telah menetes di pipinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!