Fian langsung menuju ke ruang kerjanya untuk segera membuka rekaman cctv yang ada di komputernya. Setelah mengetahui siapa pelakunya Fian langsung bergegas ke kantor polisi untuk melaporkan sang pelaku dengan laporan pencurian. Siska yang saat itu sedang sibuk merapikan barang dagangannya di etalase terkejut dengan kedatangan Fian dan dua orang polisi di rumahnya.
"Selamat siang, apa saudara Aldi ada di rumah," tanya salah satu polisi.
"Ada apa ini, kenapa kamu membawa Polisi ini ke rumah ku!" bentak Siska kepada Fian yang saat itu berdiri di hadapannya.
"Polisi ini akan menangkap suami mu, karena aku melaporkannya atas tuduhan pencurian di bengkel ku," jawab Fian dengan penuh emosi.
"Apa maksudmu, tidak mungkin Aldi mencuri di bengkel mu," ucap Siska dengan ketakutan.
"Lebih baik kamu panggil suami mu dan tanyakan sendiri kepadanya," jawab Fian dengan santai.
Siska yang sudah ketakutan meminta salah satu anaknya untuk memanggil sang suami. Aldi yang baru saja keluar dari dalam rumah langsung terlihat cemas saat melihat 2 orang polisi berdiri di hadapannya. Melihat sang suami sudah berdiri di sampingnya Siska mulai menanyakan tentang kebenaran tuduhan Fian kepadanya.
"Apa benar kamu mencuri di bengkel Fian," tanya Siska dengan tegas.
"Tidak, kamu tahu sendiri kalau aku tidak pernah masuk ke bengkel itu, lalu bagaimana aku bisa mencuri," jawab Aldi sambil mengelak.
"Dasar bajingan, aku ada bukti jika kamu memang mencuri di tempatku!" bentak Fian sambil menunjuk wajah Aldi.
"Bagaimana kalau kita lihat rekaman cctv di kantor Bapak," ucap salah satu polisi kepada Fian.
"Baik, ayo kita lihat," ajak Fian kepada seluruh orang yang ada di tempat itu.
Bejo yang melihat Fian datang dengan membawa dua orang Polisi di rumah langsung berlari ke arah dapur. Dia meminta Mbok Ijah untuk menyampaikan apa yang dia lihat kepada Laras. Fian memang memberikan pesan kepada seluruh karyawannya untuk tidak masuk ke dalam kamarnya ataupun menemui istrinya, yang boleh menemui Laras hanya Mbok Ijah dan Fian saja.
"Mbok, cepat kamu ke kamar Bu Laras dan bilang kepadanya bahwa Pak Bos datang dengan dua orang Polisi dan saat ini mereka ada di rumah Bu Siska," ucap Bejo dengan panik.
"Iya, saya akan ke kamar Mbak Laras sekarang," jawab Mbok Ijah sambil berjalan ke arah kamar Laras.
***
Di ruang kerja Fian sudah berkumpul beberapa orang termasuk dua orang polisi untuk mengecek rekaman cctv yang ada di bengkel tersebut. Terlihat Aldi dan beberapa temannya melompati pagar dan mengambil beberapa kursi besi yang dipesan seseorang untuk guru di salah satu sekolah. Laras yang mendapat kabar dari Mbok Ijah langsung menggunakan hijab dan cadarnya, dia langsung berlari ke arah ruang kerja sang suami.
"Ada apa ini Mas," tanya Laras bingung.
"Tidak ada apa-apa Sayang, Polisi hanya mau mengecek cctv yang sudah aku pasang di bengkel ini," jawab Fian sambil memeluk sang istri.
"Baik Bapak Fian, rekaman cctv ini akan kami jadikan barang bukti untuk kasus ini, dan Bapak Aldi mari ikut saya ke kantor sekarang," ucap salah satu polisi sambil memborgol tangan Aldi dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Sebelum menikah dengan Aldi, Siska adalah seorang janda dengan 5 orang anak. Suami Siska hampir 12 tahun ini pergi tanpa kabar dan tanpa mengurus surat cerai untuk Siska. Karena itulah Siska dan Aldi hanya bisa menikah secara agama.
"Puas kamu sudah membuat hubungan antara Adik dan Kakak hancur!" bentak Siska kepada Laras yang saat itu berdiri di samping Fian.
"Tapi Kak, saya benar-benar tidak tahu masalah yang terjadi saat ini," jawab Laras sambil menunduk.
"Jangan pernah membentak Istriku, tidak ada satu orang pun yang boleh menyakitinya termasuk aku," ucap Fian sambil berdiri di depan Laras.
"Awas kamu, aku akan laporkan perbuatanmu kepada Ardi," ancam Siska sambil berjalan keluar dari ruangan Fian.
"Maafkan aku Mas," ucap Laras sambil menunduk.
"Kenapa kamu minta maaf, kamu tidak salah apa-apa," jawab Fian sambil menatap mata sang istri.
"Karena ideku kamu jadi melaporkan suami Kak Siska," jawab Laras sambil mulai meneteskan air mata.
"Justru idemu itu sangat bagus, kalau tidak begitu kita tidak akan pernah tahu siapa pelaku pencurian itu," jawab Fian sambil memeluk sang istri.
"Lalu bagaimana jika …." belum selesai Laras bertanya Fian langsung menjawabnya.
"Lebih baik kita shalat dzuhur lalu makan siang, aku yakin calon Bos kecil pasti sudah lapar," ucap Fian sambil tersenyum.
Mereka memang tidak memiliki meja makan di dapur. Karena Fian memang sengaja meletakkan meja kecil khusus untuk makan di tengah kamar. Sehingga Laras tidak perlu susah jika harus makan menggunakan cadar.
"Tuan Putri dan Bos kecil tunggu disini dulu ya, biar Raja ambilkan makanan di dapur," ucap Fian sambil mendudukkan sang istri di dekat meja makan.
Laras hanya tersenyum mendengar ucapan sang suami. Setelah meminta sang istri duduk di dekat meja makan Fian langsung berjalan ke mobil untuk mengambil setangkai mawar merah untuk Laras. Tidak berapa lama Fian kembali dengan membawa sebuah nampan berisi makanan dan minuman serta setangkai mawar merah untuk Laras.
"Mawar merah," ucap Laras sambil tersenyum.
"Mawar ini khusus untuk Tuan putri ku," jawab Fian sambil menyerahkan setangkai mawar merah kepada Laras.
"Terima kasih Mas," ucap Laras sambil mencium bunga mawar yang ada di tangannya.
"Sekarang kita makan ya," ucap Fian sambil menyuapi Laras.
Belum juga makanan masuk ke dalam mulut Laras tiba-tiba Laras lari ke kamar mandi. Fian yang mendengar Laras muntah berkali-kali langsung menghampiri sang istri sambil membawa minyak kayu putih. Fian mulai mengoleskan minyak kayu putih di leher dan perut sang istri dengan lembut.
"Kamu istirahat ya, biar aku buatkan susu hangat untukmu," ucap Fian sambil membantu sang istri berjalan ke arah tempat tidur.
"Tidak perlu Mas, aku hanya ingin istirahat saja," ucap Laras sambil berbaring di tempat tidur.
"Tapi kamu harus makan, kamu tunggu sini biar aku belikan buah dan buatkan susu hangat untukmu," jawab Fian sambil mencium kening sang istri dan keluar dari kamar.
Fian begitu sangat memperhatikan kesehatan sang istri. Apapun akan dia lakukan agar istri dan anaknya yang ada di dalam kandungan Laras bisa mendapat asupan gizi yang cukup. Setelah membeli buah dan membuat susu hangat Fian langsung bergegas masuk ke dalam kamar.
"Sayang, minum dulu ya susunya," bisik Fian dengan pelan agar tidak membuat Laras yang sedang tertidur kaget.
"Kamu sudah datang Mas," ucap Laras sambil mengusap matanya yang masih ngantuk.
"Sudah, kamu minum susu dan makan buah ini dulu ya," jawab Fian sambil meletakkan nampan di pangkuan Laras.
"Terima kasih Mas," jawab Laras sambil mulai makan buah apel yang sudah dikupas dan dicuci oleh sang suami.
"Bagaimana keadaanmu," tanya Fian khawatir sambil memegang dahi sang istri.
"Aku tidak apa-apa Mas, hanya saja badanku sedikit lemas," jawab Laras sambil bersandar di tempat tidur.
"Besok pagi aku antar kamu ke Dokter ya," ajak Fian sambil membantu Laras bersandar.
"Tidak perlu Mas, aku baik-baik saja," jawab Laras sambil tersenyum.
"Kali ini kamu harus turuti kemauan ku, karena ini demi kesehatanmu dan calon anak kita," jawab Fian sambil mencubit hidung sang istri.
***
Di tempat terpisah Siska mendatangi rumah Ardi untuk melaporkan perbuatan Fian. Sambil menangis Siska mulai menghasut Ardi agar dia membela sang suami yang saat ini sedang berada di dalam tahanan. Siska mulai memutar balikkan fakta tentang apa yang sebenarnya terjadi.
"Kenapa Fian bisa melaporkan Aldi ke Polisi," tanya Ardi penasaran.
"Ini semua karena hasutan istrinya, dia menghasut Fian agar menuduh Aldi mencuri, padahal selama ini Aldi tidak pernah masuk ke dalam bengkel itu," jawab Siska sambil mengusap air matanya.
" Apa bagusnya Perempuan itu sehingga Fian begitu membelanya," ucap Ardi sambil melamun.
"Aku mohon Bang, bantu Aldi keluar dari penjara," rengek Siska kepada sang abang.
"Baik besok pagi aku akan kesana," jawab Ardi.
Siska langsung tersenyum mendengar jawaban dari Abang pertamanya. Siska berpikir bahwa Ardi besok pagi akan ke kantor polisi untuk membebaskan suaminya. Namun, apa yang dipikirkan Siska ternyata salah. Ardi justru mendatangi Fian untuk mencari kejelasan tentang apa yang disampaikan Siska semalam.
"Apa benar kamu sudah melaporkan Aldi ke Polisi," tanya Ardi sambil duduk di hadapan Fian.
"Benar," jawab Fian singkat tanpa menoleh ke arah sang Abang yang duduk di hadapannya.
"Apa hebatnya Perempuan itu sampai kamu begitu membelanya, dan tega menjebloskan saudara iparmu ke Polisi!" bentak Ardi sambil memukul meja yang ada di hadapannya.
"Perempuan itu bernama Laras dan dia adalah istriku, masalah ini tidak ada hubungannya dengan Laras asal Abang tahu aku melaporkan Aldi karena dia terbukti mencuri di tempatku!" bentak Fian sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Iya semua itu karena tuduhan Perempuan murtad itu 'kan," jawab Ardi sambil menatap tajam wajah Fian.
***
Di Tempat terpisah Siska dan anak-anaknya terlihat bahagia, karena mereka pikir saat ini Ardi sedang berada di kantor polisi untuk membebaskan Aldi. Siska juga bahagia karena merasa sudah berhasil membuat sang abang pertama membenci Fian dan Laras. Jadi dengan begitu Ardi akan mengusir mereka dari tempat itu yang nantinya akan ditempati untuk tempat usahanya.
"Ma, hari ini Ayah bebas ya," tanya Evi kepada Siska.
"Iya dong," jawab Siska sambil tersenyum bahagia.
"Kok bisa Ma, bukannya kemarin Ayah terbukti mencuri di tempat Om Adek," tanya salah satu anak Siska yang paling kecil.
"Bisa dong, Mama 'kan pintar," jawab Siska bangga.
"Maksud Mama," tanya sang bungsu heran.
Siska hanya tersenyum mendengar pertanyaan putra kecilnya. Om adek adalah panggilan untuk Fian dari ponakannya. Panggilan itu adalah gabungan dari mereka dan panggilan Fian dari kakak-kakaknya selama ini. Sejak kecil Fian biasa dipanggil Adik oleh keempat kakaknya dan kini setelah memiliki keponakan nama itu masih melekat pada Fian dan sang keponakan justru menambahkan kata Om didepannya.
Siska dan anak-anaknya mulai membersihkan seluruh rumah dan kamarnya untuk menyambut kedatangan Aldi. Saat Siska sedang sibuk membersihkan rumah bersama kelima anaknya tiba-tiba Ardi datang. Sambil terlihat bahagia mereka pun keluar untuk menyambut Aldi.
"Mana Aldi Bang," tanya Siska heran saat melihat sang abang tidak datang bersama sang suami.
"Plakk," sebuah tamparan keras di berikan Ardi kepada Siska.
"Kenapa kamu menamparku," tanya Siska heran.
"Itu akibatnya karena kamu telah berani membohongiku!" bentak Ardi sambil menunjuk Siska.
"Apa maksudmu, ini pasti karena hasutan perempuan itu," jawab Siska sambil memegang pipinya.
"Tidak ada yang menghasutku, aku sudah lihat bukti cctv yang ada di bengkel Fian," ucap Ardi dengan nada marah.
"Jadi kamu tidak langsung ke kantor Polisi," tanya Siska gugup.
"Tadinya tamparan itu akan aku berikan kepada Laras jika dia terbukti bersalah, tapi justru tamparan itu aku berikan kepadamu karena justru kamu yang bersalah!" bentak Ardi sambil berjalan meninggalkan rumah Siska.
"Lalu bagaimana dengan Aldi apa kamu tidak jadi membebaskannya," tanya Siska sambil berlari mengejar Ardi.
Ardi yang sudah marah dan menahan malu karena sudah menuduh Laras sebagai penyebab pertengkaran di keluarganya sama sekali tidak menjawab pertanyaan Siska. Dia langsung masuk ke dalam mobilnya dan langsung mengemudikan mobilnya menuju ke arah rumahnya. Siska yang merasa gagal mempengaruhi sang abang pertama kini hanya bisa menangis memikirkan nasib sang suami yang berada di dalam jeruji besi.
"Kamu sudah siap," tanya Fian kepada sang istri saat berada di dalam kamar.
"Sudah," jawab Laras sambil menggandeng tangan sang suami.
"Kalau begitu kita berangkat ke rumah sakit sekarang," ajak Fian sambil berjalan menuju ke mobilnya.
***
"Selamat siang Dok," ucap Fian dan Laras sambil masuk ke dalam ruangan Dokter kandungan.
"Selamat siang, silahkan masuk," jawab sang dokter dengan ramah.
"Bagaimana keadaan Ibu Laras hari ini," tanya sang dokter.
"Setiap mau makan selalu mual Dok," jawab Laras.
"Apa itu tidak masalah Dok, karena terkadang satu hari dia hanya minum susu saja," tanya Fian khawatir.
"Sebenarnya kondisi itu lumrah dialami oleh ibu hamil, tapi paling tidak Ibu harus tetap paksakan makan ya paling tidak buah, biskuit, roti atau sayur karena kasihan janin yang ada dalam kandungan ibu jika tidak mendapat asupan makanan yang cukup, silahkan berbaring biar saya periksa dulu," jawab sang dokter sambil meminta Laras berbaring di sebuah tempat tidur.
"Bagaimana keadaan anak kami Dok," tanya Fian penasaran.
"Janin yang ada di dalam kandungan Ibu Laras cukup sehat, sekarang saya akan berikan beberapa vitamin, jangan lupa diminum dan dijaga asupan gizinya ya," pesan sang dokter sambil menulis sebuah resep untuk ditebus.
"Alhamdulillah, tapi Istri saya juga sehat 'kan Dok," tanya Fian yang saat itu melihat Laras yang sudah lemas.
"Sehat Pak, hanya saja Ibu harus banyak istirahat karena saya melihat tekanan darah Ibu Laras kurang, mungkin itu karena efek kurangnya makanan yang dikonsumsi selama ini," jawab sang dokter dengan ramah.
"Dengar ya mulai sekarang kamu hanya boleh tidur saja, jangan banyak gerak biar Mbok Ijah yang melakukan segalanya," pesan Fian sambil mencubit hidung sang istri.
"Anak pertama ya Pak," tanya sang dokter saat melihat tingkah Fian kepada Laras.
"Iya Dok, istri saya juga orangnya tidak bisa diam ada saja yang dikerjakan," jawab Fian malu.
"Mas," ucap Laras sambil mengerutkan dahinya.
"Oh ya Dok, apa kehamilan istri saya bisa dilihat jenis kelaminnya," tanya Fian penasaran.
"USG maksudnya," tanya sang dokter dengan bingung.
"Iya USG," jawab Fian sambil tertawa.
"Belum Pak, karena usia kandungan Ibu Laras masih sangat muda sekitar 2 bulan, dan ini resep yang harus di tebus ya," jawab sang dokter sambil tersenyum dan menyerahkan resep kepada Fian.
"Kalau begitu kami permisi dulu ya Dok, maaf kalau suami saya terlalu banyak bertanya," ucap Laras sambil berdiri dari tempat duduknya.
Setelah mereka berdua keluar dari ruangan Dokter kandungan, mereka langsung menuju ke Apotek untuk menebus resep. Saat mereka berdua sedang menebus resep di apotek Fian dikejutkan dengan suara ponsel yang ada di sakunya. Setelah melihat nama Bejo di layar ponselnya Fian langsung menerima panggilan itu.
"Apa! apa kamu yakin," teriak Fian hingga membuat Laras terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments