“Sekarang kamu jelaskan apa maksud dari kamu tidak tahu bagaimana doa shalat, dan gerakan shalat,” tanya Fian setelah mereka sudah berada di dalam kamar.
“Maafkan aku Mas,” jawab Laras sambil menunduk.
“Aku tidak marah kepadamu, aku hanya heran bagaimana mungkin orang yang beragama islam tidak bisa membaca bacaan shalat bahkan gerakan shalat pun tidak tahu,” jelas Fian sambil duduk di samping sang istri.
“Sejak kecil aku tidak pernah diajarkan agama oleh orang tuaku, mereka selalu sibuk mencari uang tanpa memikirkan aku. Hingga saat aku lulus SMP mereka memasukkan ku ke SMA kristen dengan alasan sekolah itu adalah sekolah favorite, sejak itulah aku merasa mengerti tentang agama kristen,” jelas Laras sambil menundukkan kepalanya.
“Jangan bilang kamu dan keluargamu masuk agama kristen,” tebak Fian sambil menoleh ke arah Laras.
“Iya Mas, tapi hanya aku bukan orang tuaku,” jawab Laras sambil meneteskan air mata.
“Ahh! Kenapa kamu harus tutupi semua ini dariku,” teriak Fian tepat di wajah Laras hingga membuat sang istri ketakutan.
“Maafkan aku Mas, aku tidak bermaksud untuk membohongimu aku hanya takut kamu meninggalkanku,” jawab Laras sambil memegang tangan sang suami.
“Apa sampai saat ini kamu masih beragama kristen, dan apa orang tuamu tahu jika kamu sudah keluar dari islam,” tanya Fian dengan tatapan tajam.
“Orang tuaku tidak pernah tahu kalau aku masuk ke agama kristen, dan sampai saat ini aku masih beragama kristen,” jawab Laras sambil terus memegangi tangan sang suami.
“Ya Allah ampuni hamba,” ucap Fian sambil menarik tangannya dari pegangan tangan Laras.
“Aku benar-benar minta maaf Mas, aku rela jika kamu mau menghukum ku,” jawab Laras sambil terisak.
“Menghukum mu, jangankan aku orang lain pun tidak berhak untuk menghukummu, yang berhak menghukummu hanya Allah. Namun, yang jadi permasalahan saat ini apakah pernikahan kita sah karena kamu dan aku berbeda agama,” jelas Fian sambil berjalan keluar kamar dengan membanting pintu kamar.
Laras kini hanya bisa terduduk di tempat tidurnya sambil menangis karena menyesali kebodohannya selama ini. Awalnya Laras berfikir jika Fian tidak akan pernah sedetail itu terhadap agama. Namun, ternyata Fian adalah laki-laki yang sangat mengedepankan agamanya daripada dunianya.
Kini Laras hanya bisa menangis dan bersiap menerima segala resiko yang akan diterima dari laki-laki yang beberapa hari menjadi suaminya. Fian yang sudah sangat kecewa dengan sang istri langsung mengemudikan mobilnya menuju ke rumah seorang ustadz yang bernama Ghofar. Sang ustad yang melihat Fian datang dengan wajah yang kesal langsung mempersilahkan Fian masuk dan duduk di sebuah sofa.
"Bu tolong buatkan teh hangat untuk tamu Bapak," perintah Ustadz Ghofar kepada sang istri yang sedang memasak di dapur.
“Baik Pak,” jawab sang istri sambil menghentikan aktivitasnya.
“Ada apa Nak Fian, tumben datang ke tempat Bapak,” tanya sang ustad sambil tersenyum dan duduk di sofa berhadapan dengan Fian.
“Tidak Pak, tadi kebetulan saya ada perlu di daerah sini jadi saya pikir sekalian mampir ke rumah Bapak,” jawab Fian sambil tersenyum.
“Eh ternyata tamunya Nak Fian toh,” ucap Bu Romlah sambil meletakkan dua cangkir di atas meja.
“Iya Bu, tadi tidak sengaja lewat jadi sekalian mampir,” jawab Fian sambil tersenyum ramah.
“Ya sudah silahkan diminum, Ibu tinggal ke dalam ya,” jawab Bu Romlah sambil mempersilahkan Fian.
“Terima kasih Bu,” jawab Fian singkat.
Fian sangat mengenal baik keluarga Ustad Ghofar. Perkenalan Fian dan Ustadz Ghofar berawal dari sumbangan yang selalu Fian berikan tiap minggu untuk beberapa panti asuhan dan masjid. Fian juga pernah datang ke rumah Ustadz Ghofar, saat itu Fian yang sedang patah hati karena hubungan cinta yang gagal dengan calon istrinya meminta sang ustadz untuk mencarikan calon istri untuknya.
“Bagaimana apa Nak Fian masih mencari calon istri, kebetulan Bapak sudah ada calon yang insya Allah cocok dan baik buat Nak Fian,” ucap sang ustad sambil tersenyum.
“Sebenarnya tujuan saya kemari mau meminta nasehat kepada Pak Ustadz tentang pernikahan," jawab Fian ragu.
"Ada apa sebenarnya Nak, coba jelaskan mungkin saja Bapak bisa membantu," ucap sang ustadz.
Fian pun mulai menjelaskan tentang pernikahannya dengan Laras yang dilakukan secara agama dan tanpa restu dari orang tua sang kekasih. Sampai akhirnya hari ini dia tahu jika perempuan yang telah sah menjadi istrinya saat ini beragama lain. Sang ustadz yang melihat kebingungan dan kekecewaan dimata Fian langsung mempersilahkannya untuk minum teh hangat yang ada di hadapannya.
"Astagfirullah, lebih baik kita minum dulu tehnya biar lebih sedikit tenang," ucap sang ustadz sambil mulai mengambil gelas di hadapannya.
Setelah meletakkan kembali cangkir yang ada di genggamannya sang ustad mulai menjelaskan tentang hukum pernikahan kepada Fian. Kata demi kata sang ustadz ucapkan dengan hati-hati dan pelan dengan maksud agar lebih mudah di pahami dan tidak menyinggung perasaan Fian. Fian yang dari tadi mendengarkan penjelasan sang ustad mulai mengerti bagaimana hukum pernikahan dan apa yang harus dia lakukan saat ini.
“Bagaimana apa Nak Fian sudah paham dengan penjelasan saya,” tanya Ustadz Ghofar sambil tersenyum.
“Alhamdulillah Pak ustad saya sudah paham bahkan saya sudah tahu apa yang harus saya lakukan saat ini,” jawab Fian dengan tenang.
“Alhamdulillah, lebih baik sekarang kamu pulang dan selesaikan masalahmu dan istrimu dengan kepala dingin, semoga kalian berdua bisa sama-sama saling belajar menghargai dan menghormati satu sama lain,” ucap sang ustad sambil mendoakan hubungan Fian dan Laras.
“Amiin, kalau begitu saya pamit pulang dulu Pak ustad, titip salam buat Ibu,” ucap Fian sambil berdiri dan keluar dari rumah sang ustad.
Tidak berapa lama setelah kepulangan Fian, Bu Romlah yang sedari tadi sibuk memasak di dapur keluar ke ruang tamu. Beliau bermaksud untuk mengajak sang suami dan Fian untuk makan siang bersama di meja makan. Namun, ternyata sang tamu sudah lebih dahulu pulang meninggalkan rumah itu.
“Nak Fian sudah pulang Pak,” tanya Bu Romlah kepada sang suami.
“Sudah, dia hanya mampir sebentar,” jawab sang suami singkat.
“Memangnya ada apa dia kesini Pak, mau cari calon istri,” tanya sang istri sambil duduk di samping sang suami.
“Tidak, memang ada apa Ibu keluar,” tanya Ustadz Ghofar seolah ingin mengalihkan pembicaraan.
“Oh tidak, tadi Ibu mau mengajak Bapak dan Fian untuk makan siang bersama, tapi ternyata Nak Fian sudah pulang,” jawab Bu Romlah sambil tersenyum.
“Ya sudah ayo kita makan siang berdua saja,” jawab Ustad Ghofar sambil menggandeng tangan sang istri.
Ustad Ghofar dan sang istri hanya tinggal berdua, di usia pernikahan yang hampir 20 tahun mereka belum juga mempunyai keturunan. Berbagai pengobatan dan terapi herbal dan medis sudah mereka lakukan. Namun, belum juga bisa menghadirkan seorang anak untuk mereka. Fian yang saat itu pulang dengan kondisi tenang langsung berjalan ke arah kamarnya.
“Cepat pakai hijab dan cadar mu sekarang,” perintah Fian kepada Laras saat berada di dalam kamar.
“Memang kita mau pergi kemana Mas?” tanya Laras sambil mengenakan hijab dan cadarnya.
“Kamu akan tahu nanti, sekarang cepat kamu ikut aku,” ucap Fian sambil menggandeng tangan sang istri dan berjalan keluar kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments