Setelah menyerahkan paket kepada Bejo, Fian langsung keluar dari ruangannya dan berjalan ke arah mobilnya. Fian yang sudah di dalam mobil langsung menyalakan mesin mobilnya dan mengemudikannya menuju ke sebuah supermarket yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Dia membeli beberapa snack dan susu ibu untuk sang istri.
"Assalamualaikum," ucap Fian sambil membuka pintu kamarnya.
"Waalaikumsalam," jawab Laras yang saat itu baru keluar dari kamar mandi.
"Kamu kenapa Sayang?" tanya Fian sambil meletakkan sebuah kantong plastik di meja rias dan langsung membantu Laras yang terlihat sangat lemas.
"Tidak Mas, aku hanya muntah saja," jawab Laras sambil mengusap keringat yang menempel di dahinya.
"Kamu istirahat ya, aku mau ke dapur sebentar," ucap Fian sambil membantu sang istri berbaring di tempat tidur.
Laras yang saat itu tidak dapat memejamkan matanya mulai mengambil ponsel yang ada di sampingnya. Saat dia sedang membuka sebuah aplikasi baca al quran dia dikejutkan dengan sebuah pesan yang masuk dari aplikasi hijau di ponselnya. Laras yang penasaran dengan pesan misterius itu langsung membuka aplikasi hijaunya.
"Siapa yang mengirim Foto-foto ini," batin Laras sambil melihat beberapa foto yang dikirimkan seseorang ke ponselnya.
Terlihat Foto mesra Fian dengan Wulan di saat mereka masih bersama. Ada juga beberapa video tentang kemesraan mereka di atas ranjang. Laras yang sudah lemas langsung meletakkan kembali ponselnya di meja kecil disampingnya.
"Assalamualaikum," sapa Fian yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar dengan membawa segelas susu hangat.
"Waalaikumsalam," jawab Laras sambil tersenyum kepada sang suami.
"Kamu minum dulu mumpung masih hangat, biar dedek kecil selalu sehat," ucap Fian sambil memberikan gelas yang ada di tangannya dan mencium dahi sang istri.
"Terima kasih Mas," jawab Laras sambil mulai minum segelas susu yang diberikan sang suami.
"Malam ini kamu mau makan apa Sayang?" tanya Fian sambil mulai berbaring di kaki sang istri.
"Aku belum lapar Mas, tapi ada yang mau aku tanyakan kepadamu," tanya Laras sambil membelai rambut sang suami yang sedang berbaring di kakinya.
"Tentang apa, jika hanya tentang masa laluku lebih baik tidak perlu karena menurutku tidak ada lagi yang perlu ditanyakan," jawab Fian sambil menutup matanya dan merasakan lembutnya belaian sang istri di kepalanya.
"Kenapa hubungan terlarangmu dan Wulan harus diabadikan dalam sebuah video?" tanya Laras yang langsung membuat Fian duduk karena terkejut.
"Apa maksudmu," jawab Fian sambil terlihat bingung.
Laras langsung mengambil ponsel yang ada di sampingnya dan memberikan kepada sang suami. Fian yang melihat video hubungan terlarangnya dengan Wulan langsung terkejut. Dia langsung menghapus video dan pesan itu dari ponsel sang istri.
"Darimana kamu dapatkan video itu?" tanya Fian sambil meletakkan ponsel Laras.
"Aku juga tidak tahu, pesan itu masuk ke ponselku tanpa nama," jawab Laras sambil berusaha bersandar di tempat tidurnya.
"Aku harap kamu tidak terpengaruh dengan semua pesan itu," ucap Fian sambil menatap Laras dengan tatapan tajam.
"Kamu tenang saja Mas, sifat dan perlakuanmu kepadaku sudah menunjukkan jika kamu begitu menyayangiku," jawab Laras sambil tersenyum.
"Tadi siang ada miniatur berdarah yang sengaja dikirim untuk Laras dan malam ini ada pesan singkat yang berisi video hubungan terlarangku dengan Wulan, aku yakin pengirimnya pasti adalah orang yang sama," batin Fian sambil memeluk Laras dengan erat.
Hampir semalaman Fian tidak dapat memejamkan mata karena beberapa teror yang ditujukan kepada sang istri. Fian yang belum terlelap dari tidurnya memeluk tubuh Laras yang sudah terlelap dalam tidurnya. Keesokan harinya sebelum Fian berangkat ke proyek Fian terlebih dahulu menemui Bejo dan Mbok Ijah di dapur.
"Assalamualaikum," sapa Fian kepada Mbok Ijah dan Bejo yang sedang menikmati secangkir kopi.
"Waalaikumsalam," jawab Mbok Ijah dan Bejo dengar bersamaan.
"Mbok, tolong buatkan saya secangkir kopi," ucap Fian sambil duduk di samping Bejo.
Dapur di rumah Fian memang begitu besar, terdapat sebuah meja besi panjang dan beberapa kursi untuk para karyawan menikmati makan siang atau sekedar menikmati secangkir kopi di sela-sela kesibukannya. Disana juga digantung beberapa jenis kopi instan yang bisa dinikmati siapapun. Setelah Mbok Ijah meletakkan secangkir kopi untuk Fian, Mbok Ijah kembali duduk di tempatnya.
"Semalam Laras mendapat pesan singkat dari orang yang tidak dikenal," ucap Fian sambil meletakkan cangkir yang ada di tangannya.
"Lalu apa yang diucapkan pengirim pesan singkat itu Boss?" tanya Bejo sambil menoleh ke arah Fian yang ada di sampingnya.
"Dia mengirimkan beberapa foto dan video masa laluku bersama Wulan," jawab Fian sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
"Bos apa jangan-jangan pelaku teror yang terjadi kepada Mbak Laras adalah Wulan, karen secara yang punya video dan foto masa lalu hanya Bos Fian dan Wulan," ucap Bejo kepada Fian.
"Benar itu, kasihan Mbak Laras baru saja dia menikmati kebahagiaan dengan kehamilan keduanya kini dia harus mendapat teror dari orang jahat," sahut Mbok Ijah sambil terlihat kesal.
"Karena itulah saya mau minta tolong sama Mbok dan Bejo," ucap Fian sambil menoleh ke arah dua orang karyawannya.
"Apa Bos, saya pasti siap membantu apapun perintah Bos Fian," jawab Bejo dengan sigap.
"Saya mau minta tolong Mbok kalau lagi ada waktu senggang tolong datang ke kamar saya untuk menemani Laras selama saya di proyek," ucap Fian sambil menoleh ke arah Mbok Ijah.
"Siap, nanti kalau pekerjaan sudah selesai pasti Mbok akan datang ke kamar Pak Fian," jawab Mbok Ijah.
"Aku juga mau minta tolong kamu untuk menghandle paket ataupun tamu yang datang mencari Laras dan mencariku," perintah Fian sambil menoleh ke arah Bejo.
"Siap Bos nanti saja juga akan minta seluruh karyawan untuk selalu berjaga-jaga," jawab Bejo kepada sang atasan.
"Kalau begitu saya siap-siap dulu, karena ada beberapa proyek yang harus aku datangi hari ini," ucap Fian sambil berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke kamarnya.
Bejo dan Mbok Ijah terlihat sangat prihatin dengan apa yang dialami Fian saat ini. Namun, mereka tidak dapat berbuat banyak untuk sang atasan. Hanya doa dan harapan yang indah yang bisa mereka lakukan saat ini.
"Kasihan Pak Fian, baru saja bahagia dengan pernikahannya kini justru ada saja yang berniat menghancurkan pernikahan itu," ucap Mbok Ijah sambil minum kopi di hadapannya.
"Iya Mbok, lagipula Wulan itu tidak tahu diri sudah tahu dia yang meninggalkan Bos Fian sekarang dia justru tidak terima dengan pernikahan mantannya itu," jawab Bejo dengan terlihat kesal.
"Iya, memangnya sejauh apa sih hubungan mereka sampai dia sejahat itu?" tanya Mbok Ijah dengan penasaran.
Saat Mbok Ijah dan Bejo sedang berbincang-bincang mereka dikejutkan sebuah suarah lemparan dari luar bengkel. Saat itu masih pukul 7 pagi jadi bengkel masih kondisi kosong karena karyawan belum ada yang datang. Bejo dan Mbok Ijah langsung berjalan ke arah pintu gerbang.
"Suara apa tadi Jo?" tanya Fian yang baru saja keluar dari kamarnya karena terkejut dengan suara lemparan tersebut.
"Kami juga tidak tahu Bos, ini saya sama Mbok Ijah mau ke depan untuk mengeceknya," jawab Bejo yang berhenti di depan kamar Fian.
"Kalau begitu lebih baik kita cek bersama-sama kedepan," ajak Fian kepada Bejo dan Mbok Ijah.
Mereka bertiga mulai berjalan ke arah gerbang bengkel. Tidak terlihat tanda-tanda seseorang yang berusaha masuk ke dalam bengkel. Bahkan di depan bengkel juga tidak ada tanda-tanda keberadaan seseorang.
"Ini apa Pak," ucap Mbok Ijah yang tidak sengaja menendang sebuah kaleng berisi kertas di dalamnya.
"Kaleng Mbok, tapi tunggu sepertinya ada surat di dalam kaleng ini," jawab Bejo yang mengambil kaleng yang ada di bawah kaki Mbok Ijah.
"Sini biar saya baca isi surat tersebut," ucap Fian sambil meminta kaleng tersebut dari bejo.
Fian, Mbok Ijah dan Bejo masuk ke dalam bengkel. Setelah mengunci kembali pintu gerbang Bejo dan Mbok Inah kembali ke dapur. Sedangkan Fian masuk ke ruang kerjanya untuk membaca surat yang baru saja mereka temukan di depan.
"Jangan harap kalian bisa berbahagia diatas air mata orang lain, aku pastikan kalian akan merasakan sakit yang sama dan aku juga akan pastikan tragedi berdarah akan segera datang di pernikahan kalian dalam waktu dekat," tulis seseorang dalam surat itu.
"Siapa yang sebenarnya melakukan teror ini, apa benar Wulan dan Kak Siska adalah dalang dari teror ini, sepertinya aku harus mencari tahu pelaku teror ini dengan segera," batin Fian sambil meremas surat yang ada ditangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments