Bab 6

Fian langsung mengemudikan mobilnya ke sebuah tempat. Setelah beberapa lama mereka pun sampai di sebuah rumah. Laras yang mengetahui jika itu rumah orang tuanya langsung menanyakan kepada sang suami.

"Kenapa kita kesini Mas," tanya Laras penasaran. 

"Sekarang kita turun dulu, nanti kamu akan tahu kenapa kita kesini," ucap Fian sambil mematikan mobilnya.

Terlihat wajah cemas dan takut dalam hati Laras. Fian yang mengetahui apa yang saat ini dirasakan Laras langsung menggenggam tangan sang istri. Saat tiba di depan pintu mereka disambut oleh tatapan Arman yang penuh kebencian kepada mereka.

"Mau apa kalian ke sini!" bentak Arman kepada Laras dan Fian.

"Saya hanya ingin meminta restu kepada Bapak untuk menikahi Laras," jawab Fian dengan lantang.

"Bukannya kita sudah menikah Mas?" tanya Laras sambil menoleh ke arah sang suami.

"Restu, jangan pernah bermimpi untuk mendapat restu dariku karena sampai kapanpun aku tidak akan merestui pernikahan kalian!" bentak Arman kepada Fian.

"Kalau begitu saya kembalikan Laras kepada kalian, saya akan kembali setelah kalian memberikan restu kepada kami," jawab Fian sambil menyerahkan Laras kepada Sophia.

"Pak apa tidak lebih baik …." belum selesai Sophia berbicara Arman langsung membentaknya.

"Bawa Laras masuk ke dalam sekarang!" bentak Arman sambil berteriak.

"Tidak Bu, Laras mau ikut pulang dengan Mas Fian," rengek Laras kepada sang ibu.

"Ayo Nak, nanti Bapak bisa marah kepada kita," ajak sang ibu sambil memeluk Laras.

"Mas kenapa kamu tega melakukan ini kepadaku," tanya Laras sambil menangis.

"Maafkan aku Laras, hukum nikah harus ada restu dan wali nikah dari ayah kandungmu jika itu tidak ada maka pernikahan kita tidak sah dimata agama, aku janji akan menunggumu sampai ayahmu sendiri yang membawamu kepadaku," jawab Fian sambil menoleh ke arah Arman yang berdiri di sampingnya.

"Tapi Mas, aku tidak mau kembali ke rumah ini," ucap Laras sambil menangis.

"Jaga dirimu baik-baik, aku akan tetap bertanggung jawab atas nafkah dan kehidupanmu, dan apapun yang terjadi nantinya," jawab Fian sambil mengusap air mata sang istri.

Setelah menyerahkan Laras kepada orang tuanya, Fian pun langsung melangkahkan kakinya ke arah mobilnya. Di dalam hatinya ada rasa sakit dan kasihan terhadap Laras. Namun, dia khawatir jika hubungan yang dia jalani akan menjadi zina di mata agama.

Sebelum dia meninggalkan rumah itu dia sempat melihat Laras yang terus menangis di pelukan sang ibu. Tidak ada yang bisa dia lakukan saat ini selain berusaha kuat dan menunggu Arman memberikan restu kepadanya dan Laras. Setelah melihat sang istri dari balik jendela Fian langsung mengemudikan mobilnya menuju ke rumahnya.

"Kenapa Ayah tega kepada Laras, kenapa Ayah tidak bisa memberikan restu kepada kami!" teriak Laras di hadapan sang ayah.

"Aku jelaskan lagi, laki-laki itu tidak pantas untukmu karena usia kalian berbeda 20 tahun," jawab Arman dengan tegas.

"Memangnya kenapa kalau kami berbeda 20 tahun? Asal Ayah tahu Fian adalah laki-laki yang sangat baik dia juga sangat menghargai perempuan, tidak seperti Ayah!" bentak Laras sambil berteriak.

"plakk! Tutup mulutmu," bentak sang Ayah sambil menampar pipi Laras.

"Ya Allah Pak," ucap Sophia yang terkejut dengan apa yang dilakukan sang suami.

"Cepat bawa anak tidak tahu diri ini masuk ke dalam kamar, sebelum aku hajar dia disini," perintah Arman kepada Sophia.

"Ayo kita masuk ke dalam Nak, Fian pasti akan menjemputmu," ucap sang ibu sambil memeluk Laras masuk ke dalam kamarnya.

***

Di Tempat terpisah Fian tidak langsung pulang ke rumahnya. Namun, dia kembali ke rumah ustadz Ghofar untuk menenangkan diri. Di Usianya yang sudah memasuki kepala 4 Fian tidak lagi memikirkan tentang dunianya, dia lebih mengedepankan kehidupan di akhiratnya kelak.

"Assalamualaikum," ucap Fian sambil mengetuk pintu rumah ustadz ghofar.

"Waalaikumsalam," ucap seseorang dari dalam rumah tersebut.

"Nak Fian, mari masuk silahkan duduk dulu biar ibu panggilkan Bapak," ucap Bu Romlah sambil mempersilahkan Fian masuk.

"Terima kasih Bu," jawab Fian sambil masuk ke dalam rumah.

Setelah menunggu hampir 5 menit di ruang tamu. Ustadz Ghofar dan sang istri pun keluar dengan membawa sebuah nampan berisi beberapa gelas kopi. Sambil tersenyum ramah Bu Romlah mulai meletakkan kopi tersebut di atas meja dan duduk di samping sang suami.

"Bagaimana apa masalahnya sudah selesai," tanya ustadz Ghofar setelah duduk di hadapan Fian.

"Saya sudah bawa Laras ke rumah orang tuanya, tapi mereka tetap tidak mau memberikan restu untuk kami ustadz," jawab Fian sambil mengusap sebutir air mata yang jatuh di pipinya.

"Tidak apa-apa, insya Allah dalam waktu dekat mereka akan merestui kalian," jawab ustadz Ghofar kepada Fian.

"Nak Fian yang sabar, kalau jodoh insya Allah pasti akan kembali," timpal Bu Romlah sambil tersenyum.

"Ngomong-ngomong Nak Fian sudah shalat magrib?" tanya ustadz Ghofar kepada Fian.

"Astagfirullah belum ustadz," jawab Fian terkejut.

"Kalau begitu shalat dulu saja kebetulan di dalam ada musholah kecil, jadi Nak Fian bisa shalat di dalam," jawab ustadz Ghofar dengan ramah.

Saat Fian sedang menjalankan shalat magrib di dalam Romlah mulai menanyakan masalah yang dihadapi Fian saat ini. Mereka sudah menganggap Fian seperti anak mereka sendiri jadi karena itulah Fian lebih merasa nyaman saat bercerita dengan Ustadz Ghofar dan istrinya. Setelah selesai shalat Ustadz Ghofar dan sang istri mengajak Fian makan malam bersama. Saat sedang menikmati makan malam tiba-tiba terdengar suara ponsel dari dalam saku Fian.

"Maaf Ustadz saya angkat telepon sebentar," ucap Fian sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Iya silahkan Nak," jawab Ustadz Ghofar ramah. 

"Halo, assalamualaikum," ucap Fian setelah panggilan itu tersambung.

"Waalaikumsalam, kamu dimana Mas," tanya Laras melalui panggilan telepon.

"Aku di rumah ustadz Ghofar, bagaimana kabarmu," tanya Fian dengan lembut.

"Aku tidak baik, kenapa kamu tega membawaku ke rumah ini Mas, kamu tahu 'kan Ayah tidak akan pernah memberikan restunya kepada kita," ucap Laras sambil terdengar menangis.

"Maaf Sayang aku tidak ada pilihan lain, aku tidak ingin hubungan kita dicatat sebagai zina karena terhalang restu orang tuamu, karena dosa zina itu teramat berat hukumannya," jelas Fian sambil menahan air matanya.

"Tapi kita tidak ada yang luput dari dosa Mas, karena kita manusia biasa," jelas Laras sambil menangis.

"Aku tahu, tapi tidak dengan dosa zina karena kita bisa memilih apa kita bisa lanjut atau tidak dari dosa itu," jawab Fian.

"Kalau Ayah tetap tidak merestui hubungan kita bagaimana, apa kamu akan mencari penggantiku," tanya Laras.

"Jangan pernah mengkhawatirkan apa yang belum terjadi, kamu sudah shalat," tanya Fian kepada sang istri.

"Aku beragama kristen apa aku shalat sesuai agama mu," tanya Laras bingung.

"Sementara kamu shalat menurut keyakinanmu saat ini, sampai kita bertemu dan aku akan bantu kamu mengenal islam dan Allah," jawab Fian sambil tersenyum.

"Kalau begitu aku sholat dulu ya Mas,Assalamualaikum," ucap Laras sambil menutup ponselnya.

"Waalaikumsalam," jawab Fian.

Setelah menutup ponselnya Fian langsung kembali ke meja makan untuk melanjutkan makan malam. Setelah menyelesaikan makan malamnya Ustadz Ghofar mengajak Fian untuk duduk di halaman depan sambil menghisap rokok dan menikmati malam. Sambil menyalakan sebatang rokok ustadz Ghofar mulai menanyakan tentang sosok Laras seorang perempuan yang sudah membuatnya jatuh hati.

"Laras adalah seorang gadis berusia 24 tahun, dia adalah gadis sederhana yang saya kenal melalui aplikasi biru 2 bulan lalu, saat itu dia bekerja sebagai karyawan daycare," jelas Fian sambil menghisap rokok di tangannya.

"Lalu mengapa Ayahnya tidak merestui hubungan kalian," tanya ustadz Ghofar penasaran.

"Karena usia saya yang sudah 40 tahun Pak, mereka berpikir kalau saya terlalu tua untuk putrinya," jawab Fian sambil tersenyum.

"Pemikiran yang tidak masuk akal menurut saya, tapi sepertinya tadi kamu bilang kalau Laras itu beragama kristen apa benar itu," tanya Ustadz Ghofar sambil penasaran.

"Benar Ustadz," jawab Fian singkat.

"Bagaimana bisa orang tua muslim anaknya beragama lain," tanya sang ustad bingung.

"Dari kecil Laras tidak mendapat pendidikan agama dari orang tuanya, dia tahu islam hanya dari sekolahnya saat dia lulus SMP dia memutuskan untuk melanjutkan ke pondok pesantren. Namun, sang ayah menolaknya dengan alasan seseorang yang masuk ke pondok pesantren tidak akan mendapat pekerjaan di era modern seperti ini. Kemudian sang Ayah justru mendaftarkan dia di sebuah SMA kristen dengan alasan sekolah tersebut adalah sekolah favorite dan berbasis internasional," jelas Fian kepada Ustadz Ghofar.

"Jadi dia masuk kristen karena pergaulan selama di sekolah," tebak Ustadz Ghofar.

"Bisa dibilang begitu, mungkin dia selama ini merasa nyaman dengan ajaran yang dia dapatkan di sekolah sehingga membuatnya memutuskan untuk berpindah agama," jawab Fian sambil meneguk kopi yang ada disampingnya.

"Astagfirullah, kasihan orang tua Laras," ucap sang ustadz sambil menoleh ke arah Fian.

"Maka dari itu ustadz selain saya sangat menyayangi Laras, saya juga ingin mengajaknya pulang ke agama aslinya dan mengenalkan kepadanya islam dan Allah yang selama ini tidak dia kenal," jawab Fian.

"Semoga apa yang kamu inginkan bisa tercapai Nak, ajari dan jaga dia karena perempuan seperti dia sangat membutuhkan bimbingan kita tentang agama," ucap sang ustadz sambil menepuk pundak Fian.

Setelah mengobrol cukup lama Fian pun langsung pamit pulang kepada Ustadz Ghofar dan istrinya. Sesampainya di rumah Fian langsung menuju ke kamarnya untuk istirahat. Sesaat dia melihat beberapa foto yang ada di kamarnya.

"Maafkan aku Sayang, aku yakin suatu saat kita akan bertemu lagi saat Ayahmu memberikan restu kepada kita," ucap Fian sambil mengusap foto sang istri.

Malam ini Fian merasa sepi tanpa ada senyum dan gelak tawa dari Laras. Terlihat buket mawar merah yang masih tertata rapi di meja rias Laras yang membuat Fian semakin merasakan kerinduan kepada sang istri. Fian yang sedang lelah berusaha untuk memejamkan kedua matanya. Namun, saat dia sudah mulai tertidur dia dikejutkan dengan suara teriakan dari luar gerbang pintu bengkelnya. 

"Fian! Fian," teriak seseorang dari luar hingga membuat Fian terbangun dari tidurnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!