Bab 3

"Dia sudah membawa kabur Putri saya," ucap Arman kepada Abang Fian.

"Apa Maksud anda, jangan memfitnah adik saya, " jawab Andri sambil berdiri dari tempat duduknya. 

"Selama ini Putri saya tidak pernah pergi dari rumah.  Namun, setelah dia bertemu dengan Adik anda dia jadi anak yang melawan bahkan sekarang dia nekat pergi dari rumah," ucap Arman sambil bertolak pinggang.

"Cepat hubungi Fian dan suruh dia pulang secepatnya!" teriak Andri kepada seorang perempuan. 

Setelah menunggu hampir lima menit perempuan yang sama keluar dari dalam rumah. Sambil membawa ponselnya dia pun mulai menghubungi Fian yang saat ini sedang berbulan madu dengan Laras. Setelah berbicara dengan Fian sang perempuan yang juga kakak dari Fian pun menutup ponselnya. 

"Bagaimana, kapan dia pulang," tanya andri kepada sang perempuan yang bernama siska. 

"Fian saat ini ada di pulau Bali bersama Laras, kemungkinan mereka akan tiba di jakarta besok pagi," ucap Siska sambil terlihat ragu. 

"Benarkan apa yang saya bilang, Fian telah membawa kabur Putri saya!" bentak Arman sambil bertolak pinggang.

Andri dan Siska hanya terdiam mendengar ucapan Arman terhadap adik mereka. Mereka tidak menyangka jika Fian bisa senekat itu. Andri yang sempat terdiam meminta Arman kembali lagi besok pagi setelah Fian dan Laras pulang dari pulau Bali. 

"Lebih baik begini saja Pak, besok anda datang kemari dan kita selesaikan semua persoalan ini di depan Fian dan Laras," ucap Andri kepada Arman yang sudah dalam kondisi marah.

Arman yang mendengar ucapan Andri langsung berjalan meninggalkan rumah tersebut. Andri dan Siska masih belum percaya jika sang adik mampu melakukan hal itu. Keesokan harinya saat Fian dan Laras tiba di bengkel mereka dikejutkan dengan suara seseorang yang memanggil nama Fian. 

"Fian!" teriak seorang laki-laki dari belakang Fian. 

"Abang, kita ke rumah keluargaku dulu ya," ucap Fian sambil menggandeng tangan Laras. 

Laras yang tiba di rumah sang kakak terkejut saat melihat Arman dan Sophia sudah ada di ruang tamu. Arman yang sudah memendam amarahnya kepada Fian langsung memukul muka Fian hingga membuat Fian tersungkur ke lantai. Andri yang tidak terima dengan perlakuan Arman langsung membalasnya. 

"Dasar laki-laki tua tidak tahu diri, berani-beraninya kamu membawa kabur Putriku!" bentak Arman sambil menarik kerah baju Fian.

"Papa! Ini bukan kesalahan Mas Fian, tapi semua ini atas permintaan Laras," ucap Laras sambil menangis dan berusaha melepaskan pegangan Arman. 

"Anda dengar sendiri kan jika semua ini karena ulah anak anda bukan karena kesalahan Adik kami," ucap andri sambil mendorong tubuh Arman. 

"Bilang sama adikmu, harusnya dia berkaca sebelum mencintai seseorang, Laras itu terlalu muda untuknya, apa dia tidak bisa mencari perempuan yang seumuran dengannya," jawab Arman sambil mendekati Andri. 

"Jaga mulut Anda, jangan sampai saya merobek mulut busuk anda Tuan, " ucap Andri sambil menunjuk ke wajah Arman. 

"Sekarang kamu ikut kami pulang," ucap Arman sambil menarik tangan Laras. 

"Tidak Pa, Laras mau disini bersama Mas Fian Pa," ucap Laras sambil memohon dan menangis. 

Fian yang saat itu melihat Laras ditarik oleh Arman langsung berusaha untuk menolongnya. Sambil berusaha berjalan dengan sempoyongan Fian mulai mendekati Arman dan Laras di depan pintu. Sambil menahan sakit Fian pun menarik tangan Laras dari cengkraman Arman.

"Lepaskan tangan Istri saya," ucap Fian sambil menarik paksa tangan Laras. 

"Istri, apa maksudmu, aku tidak sudi punya menantu tua sepertimu," tanya Arman sambil menatap Fian. 

"Asal kalian semua tahu, kami berdua sudah resmi menjadi suami istri," jawab Fian sambil menatap ke semua orang yang ada di situ. 

"Laras! Apa benar yang dikatakan laki-laki tua ini," bentak sophia kepada Laras yang sedang menangis. 

Laras tidak menjawab pertanyaan sang ibu, dia hanya menganggukkan kepala sambil menangis. Setelah mengetahui jawaban dari sang putri Arman yang saat itu dalam kondisi marah langsung menampar Laras. Fian yang melihat perilaku Arman terhadap sang istri langsung mendorong tubuh ayah mertuanya ke tembok. 

"plak, dasar anak tidak tahu diri bisa-bisanya kamu menikah diam-diam dengan laki-laki tua ini!" bentak Arman setelah menampar Laras. 

"Jaga sikap anda terhadap Laras, saya memang laki-laki tua yang tidak laku. Namun, saya jauh lebih bisa menghargai perempuan dibandingkan anda Tuan Arman," ucap Fian sambil mendorong tubuh Arman. 

"Mas aku mohon lepaskan Papa," ucap Laras sambil memegang tangan Fian. 

"Apa kamu lupa kalau Laras itu Putriku!" bentak Arman kepada Fian.

"Tidak saya tidak akan pernah lupa, tapi anda juga harus ingat Laras adalah istri saya, jadi wajar jika saya menjaganya dari tangan kasar anda," jawab Fian sambil melepaskan tangannya dari leher Arman. 

"Ayo kita pergi dari sini," ucap Fian sambil menggandeng tangan Laras.

Arman yang merasa dipermalukan oleh Fian langsung berjalan keluar dari rumah itu diikuti oleh sophia. Sejak saat itu Andri dan Siska mulai membenci Laras. Mereka menganggap bahwa Laras hanyalah sumber masalah yang ada di dalam hidup Fian. 

"Sebenarnya apa sih kelebihan perempuan itu sampai-sampai Fian begitu membelanya," gumam Andri sambil duduk di sebuah sofa. 

"Apa jangan-jangan Fian sudah kena pelet Bang," tebak Siska sambil menoleh ke arah sang Abang tertua.

"Pelet, Apa zaman sekarang masih ada hal yang seperti itu, aku rasa tidak mungkin," ucap Andri sambil bersandar di sofa. 

"Untuk perempuan kelas bawah seperti dia apapun akan dilakukan, apalagi Fian itu Laki-laki baik dan juga kaya, perempuan mana yang tidak jatuh cinta kepadanya," jelas Siska kepada Andri.

"Ucapanmu memang ada benarnya juga, tapi apa mungkin dia bisa melakukan itu kepada Fian," tanpa Andri yang masih penasaran dengan Laras. 

"Bisa saja, apapun akan dilakukan demi uang, zaman sekarang mana ada perempuan yang tidak mau dengan yang namanya uang," jawab Siska sambil tersenyum sinis. 

Andri yang mendengar penjelasan Siska langsung terdiam. Dia tidak menyangka jika Laras tega melakukan pelet terhadap Fian. Sambil sedikit menenangkan diri Andri pun meminum seteguk teh hangat yang ada di hadapannya. 

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, " tanya Andri sambil meletakkan gelas di meja yang ada di depannya. 

"Bagaimana kalau kita pisahkan mereka," jawab Siska sambil menoleh ke arah Andri. 

"Bagaimana caranya," tanya Andri penasaran.

"Soal itu gampang Bang, biar nanti aku yang mengatur semuanya," jawab Siska sambil tersenyum sinis. 

Siska yang merasa sudah berhasil membuat Andri membenci Laras langsung tersenyum. Siska adalah kakak kedua andri, dia mempunyai sifat iri, serakah, dan dia tidak ingin harta yang dimiliki oleh orang tuanya jatuh ke tangan saudaranya yang lain. Maka dari itu Siska berusaha membuat Abang pertamanya yang bernama Andri membenci Fian dan Laras, dengan harapan pertengkaran mereka bisa membuat Laras dan Fian pergi dari tanah yang dijadikan tempat usahanya saat ini. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!