Love Monster

Love Monster

Curiga

"Ugh..."

Lay Calandra baru saja bangun tidur siang di sore hari, dan masih menguap karena menyesuaikan keadaan terlebih dahulu.

Dia menggeliat dan menggerakkan lehernya agar tidak terasa kaku, kemudian meregangkan otot-otot terlebih dahulu sebelum turun dari tempat tidur.

"Darling..."

"Felisia Sayang... di mana Kamu?"

Suami dan anaknya ternyata tidak ada di rumah. Padahal hari sudah sore, dan keduanya tadi juga tidur siang bersama dengannya. Tapi ternyata sekarang sudah tidak lagi ada di rumah.

"Emh, apa mereka sedang di luar rumah? berkeliling-keliling desa mungkin. Atau sedang mencari burung-burung di pinggir hutan?"

Lay Calandra menebak-nebak, apa yang dikerjakan oleh suami dan anaknya di luar rumah.

Mereka sekeluarga baru menempati rumah dinas ini dua minggu yang lalu, dan Felisia sangat menyukai burung-burung yang banyak ditemukan di pinggir hutan yang ada di ujung desa.

Jika Andreas ada di rumah, Felisia selalu meminta pada papanya itu untuk berkeliling desa ataupun melihat burung burung yang memang banyak jenisnya di sana.

Clek

Lay Calandra membuka pintu rumah untuk melihat keberadaan suami dan anaknya. Tapi ternyata keduanya tidak tampak di sekitar halaman rumah.

Bunga-bunga yang bermekaran di sore hari, membuat rumah dinas ini tampak lebih asri dan semarak. Tapi bukan itu yang menjadi pusat perhatian Lay Calandra, sebab dia melihat seorang wanita yang sedang duduk bersama dengan suami dan anaknya, di taman desa seberang rumah.

Rumah dinas ini memang dikelola oleh desa setempat, dengan adanya beberapa fasilitas umum yang biasa digunakan untuk keperluan keluarga pekerja dinas, termasuk juga dengan masyarakat sekitar. Termasuk taman yang ada di depan rumah mereka.

Itulah sebabnya, anak mereka yang baru berusia 3 tahun, Felisia, sangat menyukai suasana di rumah ini. Yang membuat Lay Calandra akhirnya merasa betah juga, karena tidak seperti yang ada di dalam bayangannya.

Mereka harus pindah ke desa ini, karena suaminya yang seorang petugas kesehatan mendapatkan surat pindah tugas.

Awalnya Lay Calandra tidak setuju, karena tidak bisa meninggalkan kehidupan kota. Dia berpikir bahwa, kehidupan barunya di desa nanti pasti akan kesepian karena tidak ada Mall, tempat hiburan dan sebagainya.

Ternyata kehidupan di desa baru, tempat dinas kesehatan Andreas masih begitu asri, membuat Lay Calandra merasa betah. Dengan adanya kemudahan-kemudahan yang bisa didapatkan, karena posisi rumah mereka yang strategis.

"Siapa ya?" tanya Lay dengan berjalan mendekat ke arah taman. Dia ingin tahu, siapa wanita tersebut.

"Darling," sapa Lay pada Andreas, suaminya.

Kedatangan Lay membuat Andreas terkejut, karena tidak pernah menyangka bahwa Lay akan datang dan mendapati dirinya bersama dengan seorang wanita.

"Mama."

Felisia menengadahkan tangannya, meminta supaya Lay menggendongnya. Dan... "hup!"

Lay dengan sigap menggendong Felisia, dengan diiringi tatapan mata yang aneh dari wanita tersebut. Tapi semua itu tidak di pedulikan oleh Lay.

"Kok gak bilang-bilang kalau mau ke sini?"

Pertanyaan yang diajukan oleh Lay mengandung sindiran untuk suaminya, karena tidak membangunkan dan ijin saat pergi. Sedangkan sekarang ini ada seorang wanita yang bersamanya, tapi belum diperkenalkan pada Lay.

"Oh, tadi... Felisia yang minta ke sini. Iya kan Sayang?" Andreas mengalihkan perhatian Lay dengan bertanya pada anaknya.

Lirikan mata Lay tertuju pada wanita yang masih duduk dengan gelisah, seakan-akan canggung karena ketahuan Lay. Istri dari dokter Andreas.

"Ini Birdella. Dia tenaga kesehatan dan baru datang menempati rumah yang ada di sebelah sana!"

Tangan Andreas menunjuk ke arah rumah dinas, yang berada di antara dua rumah dinas dari rumah mereka. Jadi Birdella ini adalah tetangga baru mereka.

"Kenapa harus gang dua rumah? padahal dua rumah itu juga kosong," tanya Lay dengan mengerutkan kening.

Tapi Andreas tidak bisa memberikan jawaban begitu juga dengan Birdella, sebab ketentuan penempatan rumah dinas juga ditentukan oleh pihak desa. Jadi mereka yang mau menempati rumah tersebut tidak bisa memilih kecuali ada sesuatu di dalam rumah dinas tersebut.

"Maaf, Saya belum sempat berkunjung karena baru saja tiba tadi siang."

Birdella menyalami tangan Lay, mengatakan alasannya sehingga belum sempat berkenalan dengan keluarga mereka. Dia juga memberikan penjelasan, bahwa tadinya hanya keluar rumah, kemudian melihat taman dan ada anak kecil sehingga dia tertarik untuk datang ke taman ini.

"Ternyata dokter Andreas juga dokter dinas di rumah sakit yang sama seperti saya nanti."

Penjelasan yang diberikan oleh Birdella terakhir ini, membuat Lay menyipitkan matanya. Dia memperhatikan bagaimana mimik wajah dari Birdella, yang seakan-akan mengutarakan perasaannya, bahwa Birdella ini senang berada di satu rumah sakit bersama dengan Andreas.

'Ah, ini hanya perasaanku saja. Aku tidak boleh berburuk sangka.' batin Lay, yang mencoba untuk membuang perasaan yang tidak nyaman di dalam hatinya.

"Ayo kita pulang," ajak Andreas dengan menarik tangan Lay, supaya tidak lagi berbincang dengan Birdella.

'Kenapa dengan Andreas ini?'

***

Satu bulan sudah Birdella menjadi tetangga, dan selama itu pula semuanya baik-baik saja.

Di saat ada kesempatan dan waktu libur, Lay datang ke rumah Birdella bersama dengan Felisia. Begitu juga sebaliknya, Birdella juga sering datang berkunjung ke rumah Lay.

Mereka berdua sering membicarakan tentang hal-hal umum, yang disukai para wanita.

Menurut Lay, Birdella termasuk wanita yang supel dan modis. Hal ini karena beberapa kaki Lay melihat penampilan Birdella yang perfeksionis, dan tidak mencerminkan seorang tenaga medis biasa.

Tapi dua hari ini Lay merasa tidak nyaman dengan kebersamaan Birdella, yang selalu menumpang di mobil Andreas saat berangkat dan pulang kerja.

Birdella beralasan bahwa, mobilnya sedang bermasalah pada mesin dan dia belum sempat membawanya ke bengkel. Sedangkan pihak bengkel belum ada yang punya waktu untuk datang atau menderek mobilnya.

Awalnya Lay tidak mempermasalahkan hal tersebut, tapi malam ini kecurigaannya semakin besar.

"Ini apa Darling?"

Lay menemukan bekas pengaman k0nd0m, yang masih basah, sehingga kemungkinan besar itu baru saja digunakan.

Andreas gugup dan tidak bisa memberikan penjelasan secara detail, sehingga dia hanya dapat menjawab dengan asal.

"Aku, Aku tidak tahu Honey. Mungkin... itu tadi ada anak-anak muda yang iseng di parkiran."

Lay bukan anak kecil yang bisa dengan mudah untuk dibodohi. Dia tahu betul, bagaimana lendir kenikmatan yang sudah lama atau dengan yang baru.

Tapi karena hari sudah malam dan Felisia belum tidur, Lay tidak melanjutkan pembicaraan mereka ini.

"Darling sudah makan?" tanya Lay ingin tahu.

Dia mencoba untuk mengetes suaminya, apakah tadi sedang makan malam bersama seseorang atau tidak.

"Aku sudah makan di kantor."

Deg

Lay kaget dengan jawaban suaminya itu. Ini adalah tanda-tanda yang menunjukkan adanya ketidakberesan pada tingkah laku suaminya. Sebab Andreas tidak pernah melewatkan makan malam bersamanya, sejak pernikahan mereka.

Terpopuler

Comments

S R

S R

Karya baru lagi..mantapp

2023-03-03

0

Ucy (ig. ucynovel)

Ucy (ig. ucynovel)

aku baru mampir thor

lama tak bersua

2023-02-18

0

ZasNov

ZasNov

Cari bukti lainnya Lay, jangan mau dibodohi sama Andreas..

2023-02-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!