Mencari Kenyamanan

Lay Calandra sudah merasakan perubahan dalam hidupnya, dari hubungannya dengan Andreas yang sedang bermasalah. Meskipun mereka masih tinggal bersama di rumah yang sama, hubungan mereka tidak lagi seperti dulu. Lay Calandra merasa sangat kesal dan jengkel, karena tidak bisa merasakan perasaan bahagia dan hangat yang pernah ada di antara mereka sebagai pasangan suami istri yang bahagia.

Andreas sendiri tidak merasa bersalah atas perubahan hubungan mereka. Dia justru seperti ingin memperlihatkan keadaan yang ada, dengan lebih suka menghabiskan waktunya bersama Birdella, meski hanya pada malam hari, saat Felisia sudah tertidur.

Lay Calandra merasa terabaikan dan tidak dihargai oleh suaminya. Dia tidak merasa nyaman bersama Andreas yang mengabaikan keberadaannya. Lay Calandra mulai merasa tidak memiliki tujuan hidup yang jelas.

Rasa hatinya hampa dan tidak bahagia. Lay Calandra merasa bahwa hidupnya hanya terisi dengan kesepian dan mengecewakan. Dia tidak tahu bagaimana harus mengatasi perasaannya dan mencari jalan untuk kembali bahagia seperti dulu.

"Andreas, Kamu tidak merasa bersalah sama sekali, malah jadi seenaknya saja!" Lay mencoba memperingatkan andreas

"Aku merasa Kamu selalu memerintahiku, Aku juga punya hak untuk memutuskan apa yang mau Aku lakukan."

"Saya hanya berusaha memberikan masukan dan saran, tapi Kamu justru seenaknya saja!"

"Cih! Aku tidak butuh saran. Kamu terlalu membatasi kebebasanku, Aku harus bisa melakukan hal-hal yang Aku suka tanpa harus memikirkan pendapatmu terus menerus."

Sepertinya Andreas benar-benar tidak memikirkan perasaan Lay sebagai istrinya.

Andreas juga merasa bahwa hubungan mereka tidak lagi seperti dulu. Dia merasa bahwa Lay Calandra tidak lagi membutuhkannya, karena tidak pernah menegurnya dengan apa yang dilakukannya akhir-akhir ini.

Tapi sekarang pertengkaran itu tidak dapat terelakan. Mereka berdebat dengan sengit, mempertahankan argumen masing-masing.

Andreas sebenarnya berusaha memperbaiki hubungan mereka, namun terkadang merasa bahwa upayanya tidak efektif. Apalagi Birdella juga membutuhkan perhatian dan waktunya, atas kehamilannya yang sekarang. Dia sedang berada pada posisi yang sulit.

Mereka berdua merasa bahwa hubungan mereka sudah tidak bisa dipertahankan lagi.

Sebenarnya Lay sudah pernah menawarkan pada Andreas untuk bercerai saja, tapi suaminya itu enggan berpisah karena takut akan dampak yang ditimbulkan pada anak mereka dan ayahnya. Oleh karena itu, Lay dan Andreas sering bertengkar dan tidak mampu menemukan solusi yang memuaskan bagi kedua belah pihak. Mereka terperangkap dalam situasi yang sulit dan tidak tahu bagaimana cara untuk keluar dari masalah ini. Kondisi ini membuat mereka kesulitan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga mereka, sehingga lambat laun Felisia merasa tidak nyaman berada di rumah.

Berikut ini adalah contoh dialog suami istri yang pasti dengan masing-masing mempertahankan diri karena merasa benar-benar di atas sikap yang mereka lakukan:

"Aku tidak ingin membatasi kebebasan Kamu Andreas, tapi Aku juga berharap Kamu bisa memperhatikan perasaanku dan menempatkan diriku di pada tempat yang seharusnya." Lay kembali protes.

"Aku merasa Kamu terlalu mengendalikan situasi, Aku harus bisa menentukan nasibku sendiri Lay. Jadi sekarang apa mau Kamu?" Andreas justru membuat sebuah tantangan secara terbuka.

"Aku tidak mengendalikan situasi, tapi hanya berusaha melindungi hubungan kita agar tetap harmonis dan bahagia, seperti saat dulu sebelum kedatangan Birdella!"

"Tapi Aku merasa Kamu terlalu posesif, Aku juga butuh waktu sendiri untuk diriku sendiri. Untuk kesenanganku."

Lay tidak lagi berkata-kata, setelah Andreas menyahuti dengan perkataan yang terakhir kali tadi.

Sekarang konflik mereka berdua sebagai suami istri jadi semakin meruncing, seakan-akan sulit untuk diperbaiki. Suasana seperti ini membuat keadaan rumah menjadi tidak nyaman dan hubungan mereka semakin buruk. Setiap kali pertengkaran terjadi, tidak ada kata sepakat untuk penyelesaian. Tidak ada yang mau berusaha menyelesaikan permasalahan, dan meredakan ketegangan dalam hubungan mereka.

Situasi rumah mereka benar-benar memburuk.

Keduanya sama-sama bertahan dengan pendapatnya sendiri, sehingga tidak ada yang mau memulai pembicaraan lagi. Mereka saling menghindar satu sama lain, cenderung diam dan tidak mau membahas masalah mereka lagi. Makanya permasalahan mereka jadi tidak terselesaikan, dan kedua belah pihak terus merasa tidak nyaman dan cemas dengan hubungan mereka yang tidak sehat ke depannya.

Seakan-akan mereka asyik sendiri-sendiri dengan dunia mereka. Hanya kehadiran Felisia saja yang bisa membuat mereka tersenyum dan berbincang seperti biasa, tapi akan kembali pada suasana yang dingin setelah Felisia tidur.

Faktor lain yang dapat membuat keadaan rumah menjadi tidak nyaman adalah keegoisan Andreas sendiri, yang sudah memulai semua kekacauan hubungan mereka berdua.

Akhirnya Andreas benar-benar pergi ke rumah Birdella, mengabaikan Lay yang masih dalam keadaan marah.

"Huhhh... dasar tidak tahu diri!"

"Aku juga bisa bersenang-senang, sama seperti yang Kamu lakukan di rumah sebelah bersama dengan Birdella!"

Akhirnya Lay tidak mempedulikan Andreas, mengabaikan perasaannya sendiri yang tetap saja merasa sakit hati karena sudah tidak dianggap oleh suaminya sendiri.

Dia menangis di balik selimut, mencoba untuk menghibur dirinya sendiri.

"Mungkin Aku akan bisa berbahagia, jika Aku tidak mencintainya. Meskipun mulutku bicara jika tidak peduli lagi, nyatanya hariku tetap merasa sakit. Hiks hiks hiks..."

Bleppp...

Lampu kamar tiba-tiba padam, begitu juga dengan lampu teras yang tepat di jendela kamarnya. Tapi Lay tidak peduli dengan semua itu, karena sibuk sendiri dengan suasana hatinya yang tidak baik-baik saja.

"Ehhh..."

Lay kaget saat mendengar suara pergerakan di atas tempat tidur, tapi dia tidak bisa melihat siapa orang tersebut. Hal ini sama seperti di awal dulu, saat ada bayangan hitam yang ternyata bernama Armaro Baruto.

"Apakah itu Kamu?" tanya Lay memastikan.

Dia sengaja tidak menyebut nama, karena takut jika salah sebut, karena bisa jadi yang datang adalah Andreas.

"Memangnya Kamu berharap siapa yang datang Darling?" suara tersebut justru balik bertanya, dengan tidak menyebutkan namanya.

"Kenapa Kamu selalu datang dengan mengagetkan?" protes Lay yang masih dalam suasana dongkol.

"Hahaha... tapi Kamu pasti suka kan?"

"Atau... Kamu tidak mengharapkan kedatanganku? Kenapa Kamu tidak datang ke danau?" Armaro Baruto justru memberikan banyak pertanyaan pada Lay, membuat Lay justru mendengus kesal.

"Hhhh, pergilah! Aku sedang kesal!"

Tapi permintaan Lay yang mengusir Armaro Baruto tidak diindahkan. Sosok hitam tersebut justru bergerak lebih dekat ke arah Lay, yang sekarang sudah menyibakkan selimutnya. Tapi sayangnya dia tidak bisa melihat bagaimana penampakan sosok Armaro Baruto pada saat gelap seperti ini.

"Apa Kamu lebih suka bercinta dengan lampu menyala Darling?"

Pertanyaan yang diajukan oleh Armaro Baruto, seakan-akan sedang menebak isi hati Lay. Sebab Lay memang sedang membayangkan, bagaimana sosok Armaro Baruto jika sedang dalam keadaan diliputi oleh hasrat yang memuncak.

Hemmm... kira-kira bagaimana kisah mereka ini kedepannya ya???

Terpopuler

Comments

lina

lina

cakep lah. kalo jelek lah ya takut 😅😅

2023-02-18

0

lina

lina

kasian felisia kan jadinya, gegara bapaknya g mau milih

2023-02-18

0

Hanum Anindya

Hanum Anindya

apa sih yang diinginkan Andreas sebenarnya? kalau memang di nggak suka sama lay lebih baik cerai saja dari pada saling melukai

2023-02-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!