Pagi ini Lay bangun tidur dengan nyaman, karena bisa tidur dengan nyenyak.
"Ehhh!"
Rasa kaget tidak bisa dihindari oleh Lay, saat mendapati bagian intinya yang terasa lecet.
"Apa ini?" tanya Lay sambil melihat keadaan bagian intinya.
Di sana dia mendapati cairan cintanya yang sudah mengering, sehingga membuatnya berpikir keras dengan kejadian semalam.
Apa yang dia alami semuanya seperti nyata, padahal semua itu hanyalah mimpi. Termasuk dengan sosok hitam yang mencumbunya dengan mesra, setelah membuatnya terkejut saat lampu mati.
Tapi Lay tetap beranggapan bahwa sosok hitam itu hanyalah sebuah mimpi, yang tidak nyata. Itu semua terjadi karena dia yang merasa marah setelah melihat bagaimana cara suaminya yang sedang bercinta dengan Birdella. Meskipun semua itu juga mimpi, tapi bagi Lay itu semua sangat nyata. Termasuk apa yang terjadi dengannya, bersama dengan sosok hitam tersebut.
"Tapi sosok hitam itu membuatku puas."
Senyuman bahagia dan rasa puas terbit di bibirnya Lay, seakan-akan dia sudah bisa membalas kelakuannya Andreas di dalam mimpi. Lay berpikir bahwa apa yang dilakukannya juga berada di alam mimpi, sehingga tidak perlu merasa bersalah.
Lay teringat dengan pesan yang diberikan oleh Birdella, sehingga dia harus segera bersiap-siap. Dia ingin membangunkan anaknya terlebih dahulu untuk diajaknya juga.
Clek
"Good morning, selamat pagi Sayang..."
Felisia tersenyum mendengar sapaan mamanya, karena dia baru saja bangun disaat pintu kamarnya dibuka.
"Morning to Mam," sahut Felisia, saat Lay mendekat ke tempat tidurnya.
Cup cup
"Mau ikut bersama Mama?" tanya Lay, setelah mencium kedua pipi Felisia.
Dengan antusias Felisia mengangguk mengiyakan ajakan mamanya. Padahal dia belum tahu, ke mana mamanya akan pergi.
Sekarang Felisia di minta untuk mandi dan berganti pakaian, sedangkan Lay sendiri juga mau bersiap-siap.
Selama ini Felisia memang diajarkan untuk mandiri, dengan beberapa kegiatan dan aktivitas yang menyangkut hal pribadi. Termasuk mandi dan berpakaian.
Lay cukup menyediakan saja, sehingga Felisia bisa memilih dan mengenakannya sendiri.
Setelah semuanya sudah siap, Lay menggandeng tangan anaknya itu untuk keluar rumah, tepat pada jam 10.00 pagi.
Sayangnya, dari arah jalan ada mobil yang datang ke rumahnya. Dan ternyata itu adalah mobil papa mertuanya yaitu Adhya. Kakeknya Felisia, ayah dari Andreas.
"Kakek!"
Felisia berseru memanggil kakeknya, sebab selama tinggal di desa ini mereka memang belum pernah bertemu. Mereka berdua saling berpelukan, setelah sang kakek turun dari mobilnya.
"Pagi Yah," sapa Lay, setelah Felisia melepaskan pelukannya pada sang kakek.
"Mau ke mana?" tanya Adhya pada Lay.
"Mau..."
"Ayah mau mengajak Felisia jalan-jalan ke kota, apa tidak masalah?" Adhya memotong kalimat Lay yang belum selesai.
Dia mengutarakan niatnya untuk membawa cucunya itu jalan-jalan ke kota. Adhya tidak akan mengajak Lay, karena dia juga tahu bagaimana sikap Andreas jika Lay harus berada di dekat dengannya.
Lay hanya mengangguk saja, membiarkan Felisia pergi bersama dengan kakeknya.
Akhirnya Felisia ikut bersama dengan kakeknya yang datang menjemput, sedangkan Lay sendiri melanjutkan perjalanan menuju ke rumah Birdella.
"Apa dia pergi karena Aku datang terlambat?"
"Atau dia sengaja menunggu untuk menceritakan kepuasannya semalam?"
"Bagaimana keadaannya pagi ini, setelah selesai bercinta dengan puas bersama dengan suamiku?"
Pertanyaan demi pertanyaan muncul di bibir Lay, saat berjalan menuju ke rumah Birdella. Dia merasa penasaran dengan keadaan wanita tersebut, setelah melihatnya di dalam mimpi semalam.
"Tapi itu kan hanya mimpi," gumam Lay lagi, membantah keyakinannya.
Lay terus saja berjalan masuk ke dalam rumah Birdella, karena keadaan pintu rumahnya tidak tertutup. Dia juga sudah terbiasa dengan suasana rumah Birdella, sebab beberapa kali datang dan berbincang dengan wanita tersebut di rumah ini.
Sayangnya apa yang dia dengar setelah masuk dan selesai bergumam, membuatnya harus mempercayai semua mimpi-mimpi serta perkataan dukun Lena.
Lay Calandra membuktikan sendiri bahwa mimpi itu ternyata benar, bukan sekedar mimpi biasa. Dia menyaksikan bagaimana suaminya bercinta dengan Birdella, bahkan wanita tersebut mengeram dan mendesah kenikmatan dalam posisi duduk di meja dapur.
"Ohhh... Sayang..."
"Huhh... Ahhh..."
"Terus Sayang, ayok barengan."
"Bagaimana dengan bayi kita di dalam sini?"
"Dia akan tetap baik-baik saja Sayang."
Lay menutup mulutnya dengan tangan, agar tidak mengeluarkan suara dan membuat mereka berdua kaget dengan keberadaannya.
Dia ingin menutup kedua telinganya juga, tapi itu tidak mampu dilakukannya. Sehingga dia hanya bisa mengelengkan kepalanya beberapa kali, mendengar suara-suara percintaan suaminya dengan Birdella.
'Wanita itu... oh, dugaanku tidak salah!'
'Dukun Lena benar, dan Aku justru meragukan peringatannya.'
Lay mengeleng beberapa kali, kemudian berusaha untuk meninggalkan rumah Birdella. Dia tidak mau jika diketahui oleh mereka berdua.
Glontang
Tanpa sengaja Lay menyenggol baskom yang ada di dekatnya, sehingga keberadaannya dilihat oleh Birdella.
"Lay..."
Andreas sendiri dengan cepat melepaskan persatuan mereka, tapi Lay mengelengkan kepalanya kemudian mencegah Andreas yang ingin mendekatinya.
Dengan cepat Lay berlari keluar dari rumah Birdella. Dia menangisi keadaannya sendiri, yang ternyata telah tertipu dengan apa yang terjadi pada Andreas dan Birdella.
Pada kenyataannya Birdella telah hamil, dan itu adalah impiannya selama ini. Dia tak kunjung hamil, tapi Birdella bisa dengan cepat mengambil benih suaminya.
Akhirnya Lay Calandra pulang dalam keadaan menangis dan mendapati dirinya sangat menyedihkan. Tapi dia tidak langsung pulang ke rumahnya.
Lay terus berlari dan berjalan tak tentu arah, dan dalam keadaan seperti itu, dia merasa seperti dibayang-bayangi oleh sesosok bayangan hitam, yang tidak diketahui siapa bayangan tersebut.
Sama seperti yang terjadi pada saat Lay bermimpi. Sosok hitam tersebut terus mengikutinya, bahkan dirinya sudah pergi ke arah hutan desa. Padahal hutan tersebut adalah hutan larangan, yang tidak boleh dimasuki oleh siapapun. Begitulah cerita warga desa setempat.
Tapi Lay tidak peduli dengan apapun. Dia sudah merasa sakit hati, dengan semua yang sudah dia terima atas pengkhianatan suaminya.
Lay tidak tahu, jika Birdella adalah istri dari Andreas sendiri. Mama dari Felisia yang pergi bertahun-tahun yang lalu tanpa kabar.
'Apa Aku terlalu bodoh?'
"Tidak!"
'Siapa itu?'
Sosok hitam tersebut seakan-akan menjawab pertanyaan yang diajukan Lay dalam hati. Sosok hitam tersebut bisa berkomunikasi dengan Lay, dan ini bukan di alam mimpi.
"Aku sudah menunggumu beribu-ribu tahun yang lalu Sayang." Sosok hitam tersebut menyatakan apa yang pernah dikatakan oleh dukun Lena juga.
Hal ini tentu saja membuat Lay kaget, karena kebenaran tentang keadaan mimpinya selama ini ternyata bukan hanya sekedar mimpi.
"Siapa Kamu?" tanya Lay secara langsung, tidak lagi dalam hati.
"Aku adalah belahan jiwamu. Apakah Kamu tidak menyadarinya?"
Lay mengeleng beberapa kali, mengingat kembali apa yang terjadi pada dirinya. Dia berpikir bahwa sekarang dia sudah gila, karena kejadian yang tadi dia lihat, saat Andreas secara nyata sedang bermain gila dengan Birdella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Embun Kesiangan
huaa, ngeri2 sedap juga nih bacanya
2023-03-07
0
Ucy (ig. ucynovel)
temanku sering ngomong gini nih
2023-03-02
0
ZasNov
Belahan jiwa? Jadi penasaran, apa maksudnya ya..
2023-02-11
0