Keadaan terasa mencekam, di saat Lay selesai mengatakan keinginannya untuk pulang. Armaro Baruto juga tidak memberikan tanggapan apa-apa, tapi warna matanya berubah menjadi hitam pekat, dengan sedikit warna merah.
Melihat kondisi Armaro Baruto yang sepertinya sedang dalam keadaan marah, membuat Lay menunduk sedih. Dia merasa telah menyinggung perasaan laki-laki tersebut, meskipun dia tahu bahwa Armaro Baruto sebenarnya bukanlah manusia biasa.
Tapi dia benar-benar ingin pulang untuk menyelesaikan permasalahannya bersama Andreas. Sebab bagaimanapun juga, Lay masih berstatus sebagai istri dari dokter Andreas. Dia harus menegaskan statusnya ini pada laki-laki yang telah menjadi suaminya, selama setengah tahun lebih.
Lay ingin mendengar penjelasan dari suaminya, kenapa harus berselingkuh di belakangnya. Padahal Lay merasa masih sehat dan mampu memuaskan hasrat suaminya selama ini. Kelemahannya hanya satu saja, yaitu belum bisa hamil sampai sekarang. Padahal dia sudah meminum beberapa obat penyubur kandungan, yang diberikan suaminya. Dan itu adalah resep dari dokter kandungan, yang pernah memeriksa kesuburan Lay sewaktu masih berada di kota.
"Maaf. Aku... bukannya Aku mengabaikan keberadaamu Armaro. Tapi Aku adalah istri dari Andreas. Aku masih memiliki tanggung jawab untuk suamiku itu."
"Suami? Suami yang sudah berselingkuh dan menyakitimu?" tanya Armaro dengan marah.
"Dia bahkan tidak mencarimu setelah tahu kejadian itu? Apa Kamu merasa bahwa dia mencintaimu?"
"Tidak. Dia tidak pernah mencintaimu Lay. Tapi Aku, Aku yang selalu mencintaimu sedari dulu. Menunggu dengan sabar sampai bisa menemukanmu di sini, di desa ini."
Armaro Baruto berbicara banyak dengan pertanyaan demi pertanyaan yang memang benar adanya, membuat Lay menunduk sedih.
Lay belum pernah bertemu dengan Armaro Baruto sebelumnya. Dia juga mengenal Armaro hanya sebagai sosok hitam, yang sudah memberinya kenyamanan dan kepuasan. Meskipun itu hanya dalam mimpi.
"Itu Nyata Honey, Aku nyata. Bukan hanya impian yang ada di alam mimpi saja."
Armaro menegaskan anggapan Lay yang ada di dalam hati dan pikirannya, jika keberadaannya ini nyata bukan hanya sekedar ada di alam mimpi.
"Apa Kamu berpikir bahwa Aku ini adalah sebuah mimpi?" tanya Armaro dengan memegang dagu Lay.
Wajah Lay yang tadinya menunduk, sekarang jadi mendongak menatap wajah Armaro. Warna hitam merah pada mata Armaro, yang tadi membuat Lay takut, sekarang sudah berubah lagi menjadi hijau terang. Membuat Lay seperti terhipnotis dan tidak bisa mengalihkan pandangan matanya dari bening mata makhluk yang tidak dia ketahui seperti apa kebenarannya.
Lambat tapi pasti, wajah keduanya semakin dekat. Lay bisa merasakan hembusan nafas Armaro yang menyapu kulit wajahnya, membuatnya harus memejamkan mata, karena tidak sanggup terus-menerus melihat bening mata tersebut.
"Tatap mataku Honey. Kamu akan menemukan kebenaran itu."
"Akulah belahan jiwamu, bukan suamimu yang pengecut itu!"
Meskipun terdengar nada marah dalam suara Armaro, tapi warna matanya tetap hijau terang. Membuat Lay mau menatapnya, mencari kebenaran dari perkataan yang diucapkan oleh makhluk danau ini.
Semakin dalam Lay melihat ke mata Armaro, dia seakan-akan sedang melihat layar lebar yang memperlihatkan suatu kejadian.
Di layar tersebut, Lay seperti melihat seorang wanita yang sedang bercumbu dengan laki-laki tegap dengan tubuh yang sempurna, seperti malaikat. Sedangkan wanita itu seperti peri yang sangat cantik.
Dari arah belakang wanita peri tersebut, datang wanita lain berwana hitam menusukkan pisau panjang yang mengkilap tajam, ke punggung wanita peri.
"Arghhh..."
"Calandra... Oh tidak!"
Laki-laki tegap tadi berteriak memanggil nama wanita yang sekarang terkulai dalam pelukannya, dengan darah yang mengalir dari punggung. Sedangkan pisau panjang tersebut masih menancap sempurna di punggung peri.
"Kamu..."
"Hahaha...dia sudah mati. Dan Kamu akan selamanya menjadi milikku Armaro."
"Tidak! Aku milik Calandra sampai kapanpun. Kamu hanyalah peri jahat yang tidak tahu diri. Padahal Kamu tahu, jika Aku diciptakan untuk menjaga dan berada di samping Calandra hingga akhir zaman."
"Arghhh..."
Sosok malaikat tersebut mengambil pisau panjang yang menancap di punggung peri, kemudian menusukkan pisau tersebut ke dadanya sendiri.
"Tidak! Armaro, Kamu bodoh!"
Peri hitam tersebut berteriak histeris, di saat malaikat Armaro membunuh dirinya sendiri. Ini tidak sesuai yang dia inginkan, sebab dia membunuh Calandra dengan maksud merebut Armaro untuk dimiliknya.
"Hahaha... di kehidupan yang akan datang sekalipun, Aku tidak akan pernah memberikan kesempatan untukmu."
"Aku... Aku hanya untuk Calandra."
Armaro mengucapkan sumpah, sebelum menghembuskan nafas terakhir. Tapi cepat peri hitam tersebut menggigit leher Armaro, agar tidak bisa mati.
"Kamu adalah milikku. Kamu tidak akan pernah mendapatkan Calandra dengan sosokmu yang baru ini."
Akhirnya kehidupan Armaro tidak berakhir, tapi berubah dari malaikat menjadi monster hitam dengan taring panjang seperti peri hitam tadi.
Perubahan wujudnya ini akan kekal, hingga akhir kehidupan manusia. Sayangnya sumpah yang diucapkan oleh Armaro tadi tetap terpatri dalam hati dan pikirannya.
Brukkk
Lay mendorong dada Armaro Baruto, hingga sosok hijau tersebut jatuh.
"Aku ingin pulang!"
"Arghhh!"
Lay berteriak keras, ambil menutup kedua telinganya sendiri. Dia juga memejamkan kedua matanya, tanpa tahu apa yang terjadi setelahnya.
Setelah beberapa saat kemudian Lay mencoba membuka matanya, sebab tidak ada sesuatu yang terjadi. Bahkan dia tidak mendengar apapun karena terasa sepi.
"Rumah?"
Ternyata sekarang ini Lay sudah berada di depan rumahnya sendiri, dengan lampu-lampu rumahnya yang menyala terang pada bagian teras. Tapi di dalam rumah sepertinya gelap, kemungkinan besar tidak ada seorangpun di dalam sana. Karena bisa jadi Andreas berada di rumah Birdella lagi, sedang Felisia masih bersama kakeknya.
Lay alangkah masuk ke dalam rumah, membuka pintunya sendiri, karena ternyata rumahnya tidak terkunci.
"Bodoh. Aku lupa mengunci pintu tadi pagi." Lay justru merutuki kebodohannya, yang tidak mengunci pintu rumah pada saat dia pergi ke rumah Birdella tadi pagi.
Tapi ternyata di dalam rumah sudah ada Andreas, yang pastinya sudah siap dengan segala sesuatu yang akan dilakukan oleh Lay Calandra. Apalagi saat ini Birdella jelas-jelas sedang hamil anaknya, jadi dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Selamat malam Darling. Apakah Kamu sudah lebih tenang?" tanya Andreas tanpa merasa bersalah.
Andreas merasa yakin, jika Lay Calandra akan mengerti jika dia memberikan pengertian. Sebab selama ini Lay sendiri yang sudah mengejar-ngejar cintanya. Sedangkan pada waktu itu dia membutuhkan sosok mama untuk Felisia.
Lay tidak menjawab pertanyaan Andreas, tapi berlalu ke dalam kamarnya sendiri. Dia ingin mandi, supaya tubuhnya kembali segar dan pikirannya juga kembali terang.
Dia sepertinya sudah sedikit gila, menghadapi permasalahan keluarganya, di tambah lagi dengan adanya sosok Armaro Baruto.
Mengingat makhluk tersebut, Lay kembali membayangkan bagaimana rasanya dia dan Armaro bercinta. Menghabiskan malam panas dengan percintaan mereka yang membuatnya merasa puas, karena telah membalas perlakuan Andreas yang sudah menyelingkuhi dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Ucy (ig. ucynovel)
lay pejuang garis dua. semangat ya lay.
2023-03-10
0
ZasNov
Waduh inget lagi tuh sama Armaro 😆
Mending gitu deh daripada inget2 Andreas..😓
2023-02-12
0
ZasNov
Jadi seperti itu kisah awalnya..😥
Kasian Armaro, cintanya tulus pada Calandra..Tapi peri jahat itu merusak segalanya..😣
2023-02-11
0