Tetap Disalahkan

Birdella panik melihat darah yang keluar dari perut Lay. Dia ingin menolong, tapi dilarang Felisia, yang justru memintanya pergi dari rumah mereka.

"Pergi Kamu! Aku tidak mau membuat mama terluka lagi!"

"Dasar gila Kamu. Hiks hiks hiks..."

"Mama..."

Felisia menangisi keadaan Lay yang sudah tidak sadarkan diri dengan memegangi perutnya yang mengeluarkan darah. Dengan cepat Felisia mencari ponsel mamanya untuk menghubungi papanya, yang saat ini sedang bertugas di rumah sakit.

Tapi Birdella mencoba membujuk Felisia supaya dia bisa membantu. "Biar Aku ambil mobil, kita bawa ke rumah sakit."

Felisia tidak ada pilihan lain, agar mamanya bisa cepat mendapatkan pertolongan. Jika harus menunggu papanya pulang itu akan memakan waktu lebih lama, jadi dia menerima usulan dari Birdella. Orang yang sudah membuat mamanya terluka.

Karena Felisia diam, akhirnya Birdella segera menuju ke rumahnya untuk mengambil mobil. Dia akan segera membawa Lay ke rumah sakit supaya bisa tertolong. Dia menyesali perbuatannya yang tadi panik dan mengutamakan keegoisannya. Sekarang dia menyesal karena telah melakukan hal ini pada Lay, yang tentunya membuat Felisia jadi membencinya.

Birdella gelap mata karena tekanan dari dalam dirinya sendiri yang selama ini ternyata disembunyikan oleh Andreas. Bahkan anaknya sendiri tidak mengetahui identitas penyayang sebenarnya.

"Ayo Feli, bantu Mama ya!"

Felisia hanya mengangguk saja, kemudian membantu mengangkat tubuh Lay masuk ke dalam mobil Birdella. Dia tidak bisa pelapukan emosinya pada Birdella, demi keselamatan mamanya saat ini. Jadi dia memilih diam dan mengikuti saja.

Setelah beberapa saat kemudian, mereka sampai di rumah sakit. Birdella langsung meminta pada security untuk membantunya membawa Lay ke ruangan IGD.

"Please help immediately, it's an emergency!"

"Tolong bantu Saya, ini darurat!"

Akhirnya Lay segera ditangani tim medis di ruang IGD, sedangkan Felisia segera menghubungi papanya.

Andreas datang beberapa menit kemudian, dan terkejut dengan apa yang dia dapatkan. "Apa yang terjadi?" tanyanya dengan wajah tegang.

Birdella diam. Dia tidak bisa berkata-kata dengan apa yang sebenarnya terjadi, karena semua ini adalah kesalahannya.

"Wanita ini menusuk mama."

Akhirnya Felisia menceritakan kejadian di rumah, sebelum akhirnya Birdella menusuk mamanya. "Dia bohong kan Pa?" tanya Felisia diakhir ceritanya.

Plak

Andreas yang merasa tidak terima dengan perlakuan Birdella, akhirnya menampar wanita tersebut setelah mendengar semua yang diceritakan anaknya.

Tapi nyatanya Birdella tidak terima, sehingga mereka berdua justru bertengkar.

Andreas merasa bahwa Birdella telah melakukan kecurangan dengan memberitahukan semua rahasianya pada Lay dan Felisia. Dia menuduh Birdella setelah melakukan kekerasan dan itu melanggar hukum.

Andreas memilih untuk membela Lay, yang sebenarnya memang tidak bersalah. "Di sini Aku yang bersalah. Jadi seharusnya Kamu menusuk Aku, bukan dia!" ujar Andreas dengan tatapan tajam.

Namun, di sisi lain, Birdella merasa dirinya telah diabaikan oleh Andreas dan tidak mendapatkan keadilan atas perlakuan buruk yang dilakukan Felisia. Akhirnya, konflik di antara mereka meledak dalam bentuk pertengkaran.

"Tapi semua yang kukatakan itu benar. Felisia adalah anakku, dan Aku istrimu. Tapi apa yang dilakukan Felisia?"

"Dia justru mengusirku dan membentakku!" Birdella mencoba untuk membela dirinya sendiri.

"Tidak. Aku tidak punya mama yang jahat!" teriak Felisia dengan wajah kesal karena marah pada papanya, juga pada Birdella.

"Bukan. Bukan seperti itu Sayang," bujuk Andreas yang merasa bersalah pada anaknya.

"Tapi, apa yang Kamu lakukan pada Birdella itu tidak benar. Dia tidak bersalah," sambung Andreas membela Birdella.

"Apa yang Papa katakan? jadi apa yang dikatakan oleh wanita gila ini benar?" tanya Felisia cepat. Dia tidak mau percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dari papanya sendiri.

"Dia tentu saja bersalah! Aku melihat dia dengan mata kepala sendiri melakukan kekerasan pada Mama, menusuk mama dengan pisau!"

"Iya Papa tahu. Tapi, itu semua karena kesalahan dari Papa sendiri. Kamu tidak adil pada Birdella, jika hanya menyalahkannya saja dalam kasus ini."

Felisia tidak tahu apa yang dikatakan oleh papanya. Yang pasti, dia hanya tahu bahwa Birdella adalah orang yang jahat.

"Maksud Papa, Papa mendukung Birdella yang telah melakukan kekerasan pada Mama?" tanya Felisia bingung dengan sikap papanya kali ini.

"Tentu tidak Sayang! Aku hanya ingin Kamu tahu yang sebenar-benarnya. Kamu harus mengakui bahwa Birdella adalah mama, yang sudah mengandung dan melahirkanmu. Pala yang terlambat memberikan penjelasan kepadamu."

Akhirnya Andreas memberikan penjelasan kepada anaknya, meskipun semuanya sudah terlambat. Karena pada kenyataannya, Felisia sudah terlanjur membenci Birdella, yang telah menusuk mamanya, Lay Calandra.

"Kau tidak tahu apa yang kau bicarakan, Andreas. Felisia tidak ada hubungannya dengan ini. Aku tahu siapa yang melukai diriku."

Clek

Pintu ruang IGD terbuka. Seorang petugas medis membawa brangkar yang digunakan Lay, untuk dibawa ke ruang rawat inap.

Semua berjalan mengikuti dari belakang, untuk mengetahui keadaan Lay yang tampak tertidur pulas karena pengaruh obat. Tapi sekarang dokter yang mengikuti, memberikan penjelasan kepada Andreas dan Birdella, bahwa luka yang dialami Lay tidak parah.

Dokter tersebut tentu saja kenal dengan Andreas dan Birdella, karena mereka sama-sama bertugas di rumah sakit ini.

"Terima kasih Dokter," ucap Andreas sambil menganggukkan kepalanya.

Sekarang mereka sudah tiba di ruang rawat inap, dan petugas medis tadi meninggalkan ruangan setelah melakukan prosedur kesehatan untuk pasien.

"Sayang, Lay sudah mendapatkan perawatan. Lukanya juga tidak parah, jadi sebaiknya Kamu kembali bertugas." Birdella berkata demikian, karena dia ingin membantu dengan menjaga Lay.

"Kamu tidak mau mendengarkan Aku, Birdella Kamu hanya ingin mempertahankan kesalahanmu. Aku tidak bisa membiarkanmu melakukannya lagi." Andreas berkata dengan tegas, supaya Birdella tidak melakukan kesalahan lagi.

"Ap_a yang kalian lakukan?" Lay pertanyaan dengan tersendat, pada saat saudaranya mulai pulih.

"Apa yang Kamu pikirkan? Kamu tidak bisa datang ke rumahku dan mengatakan hal seperti itu padanya!" Andreas masih bicara dengan Birdella, tidak mempedulikan Lay.

Felisia mengelus-elus punggung tangan mamanya, meminta pada mamanya untuk diam terlebih dahulu.

"Aku tidak bisa membiarkanmu terus berbuat salah, Lay. Kamu juga bersalah dalam hal ini. Kamu harus mengakui kebenaran dan memberikan keadilan yang sebenarnya pada Birdella." Tegas Andreas dengan menatap Lay yang melihatnya dengan bingung.

"Kau tidak bisa mengambil keputusan seperti itu tanpa membicarakannya denganku terlebih dahulu! Aku tidak akan membiarkan kalian melakukan ketidakadilan ini padaku." Lay yang mulai sadar dengan keadaannya, akhirnya berkata dengan tegas.

"Aku tidak bisa membicarakannya dengan baik-baik lagi, Lay. Kamu terlalu keras kepala untuk mendengarkan pendapatku. Aku harus membela Birdella dan memberikan keadilan padanya."

"Dia adalah istriku, dan saat ini juga sedang mengandung anakku."

Andreas tetap mempertahankan Birdella, yang telah memberinya keturunan. Membuat Felisia melihat papanya dengan tatapan aneh.

Terpopuler

Comments

ZasNov

ZasNov

Sesalah2nya Birdella, tetap Andreas bela. Felisia aja sampai ngerasa aneh gitu..

2023-02-22

0

ZasNov

ZasNov

Bagus, Birdella jangan dibela terus sama Andreas. Sudah jelas dia salah banget, apalagi dia sampai menusuk Lay dan mengancam nyawa Lay..

2023-02-22

0

ZasNov

ZasNov

Hadeuh Birdella bukannya mikir dulu sebelum bertindak, setelah Lay terluka baru dia nyesel..😥

2023-02-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!