Belum Saatnya

Di saat membayangkan bagaimana rasanya bersama Armaro Baruto, tiba-tiba Lay merasa ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Tapi di saat dia ingin menoleh, leher dan kepalanya seakan kaku, hingga dia tidak bisa melakukannya.

"Diam dan nikmati. Bukankah Kamu menginginkannya?" bisik suara yang menggelitik telinga, membuat bulu kuduk Lay meremang aneh.

Secara naluri tubuh Lay menggeliat, seperti bergerak tanpa disadari betul bagaimana caranya melakukan semua itu.

Tapi Lay merasa benar-benar ada dua tangan yang membelai lembut seluruh tubuhnya, membuatnya memejamkan mata menikmati sensasi yang luar biasa ini. Bahkan di saat dia mendongakkan kepalanya, lehernya terasa ada yang mengecupi tanpa dia ketahui siapa orangnya.

"Ahhh...Armaro Baruto..."

Mulut Lay tiba-tiba mendesah nikmat dengan menyebut nama sosok yang sangat dia kenali, sehingga sosok tersebut tiny benar-benar muncul di depannya.

"Kamu menginginkannya bukan? maka aku datang Sayang, Honey."

Ternyata Armaro Baruto benar-benar ada, berdiri bersama Lay di kamar mandi. Bahkan Armaro Baruto juga sudah dalam keadaan yang sama seperti dirinya, tidak mengenakan sehelai benangpun ditubuhnya.

Lay sadar jika saat ini tidak sedang bermimpi, sebab guyuran dan gemericik air jelas terasa di kulit tubuhnya, terdengar di telinganya juga.

"Ini bukan mimpi Darling. Dan Aku ada untukmu." tegas Armaro masih dengan kegiatannya.

Hampir 30 menit kemudian, Lay baru saja keluar dari kamar mandi. Dia masih menggunakan jubah mandinya, tapi sudah ke luar mencari keberadaan Andreas, yang tidak ditemukan di kamarnya.

"Ke mana dia si br3ngs3k itu?" tanya Lay geram, setiap mengingat semua perselingkuhan suaminya dengan Birdella.

"4nj1n9 mereka berdua! bahkan Aku tidak mendapat kesempatan untuk memiliki anak, tapi mereka justru sudah mendapatkannya!"

Lay terus mengumpat saat mencari suaminya, yang ternyata sedang berada di ruang tamu.

Andreas tampak duduk sambil menatap layar ponselnya, entah sedang melihat atau mencari apa di dalam ponselnya itu. Lay tidak peduli, kemudian duduk di kursi sebarang, hingga sekarang ini dia berhadapan secara langsung dengan suaminya.

"Lay," sapa Andreas.

Dia sepertinya bingung mau memulai pembicaraan dari mana, sehingga terlihat gelisah ketika ingin mengucapkan sesuatu.

"Maaf, Aku..."

"Mama... Papa..."

Dari teras depan rumah, terdengar suara Felisia yang memanggil mereka berdua. Anaknya itu baru saja pulang bersama dengan kakeknya, Adya.

Dengan demikian, Lay Calandra tidak memberikan kesempatan pada Andreas untuk bicara, karena kedatangan Felisia bersama dengan ayahnya Andreas sendiri.

Lay menyambut putrinya dengan tersenyum senang, merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Felisia.

"My princess sudah pulang. My daughter is home. How was the streets?"

"Apakah senang dengan ajakan kakek?" Lay bertanya dengan antusias, mengalihkan perhatiannya dari Andreas pada putrinya.

Tapi apa yang dilakukan oleh Lay ini tidak luput dari perhatian ayah mertuanya, karena tidak biasanya Lay mengabaikan sang suami.

Adya melihat menantunya itu tidak menggandeng atau merangkul pundak suaminya, sama seperti yang dilakukan Lay seperti biasanya.

Akhirnya Adya meminta kepada Felisia untuk segera pergi beristirahat, tidur di dalam kamar. Karena cucunya itu pasti merasa capek, setelah seharian berkeliling kota bersama dengannya.

"Felisia Sayang, cepat tidur dan beristirahat ya. Besok-besok Kakek ajak jalan-jalan lagi jika ada kesempatan."

Felisia mengangguk patuh pada perintah kakeknya, kemudian pamit pada mereka semua untuk ke kamar mandi, membersihkan dirinya sendiri sebelum pergi tidur.

Lay sendiri pergi ke dapur, membuat teh hangat untuk ayah mertuanya.

"Ada apa Andreas?" tanya Adya menyelidik.

Andreas justru mengerutkan keningnya, mendengar pertanyaan yang diajukan oleh ayahnya. Dia tidak tahu apa maksud dari pertanyaan tersebut, karena merasa jika ayahnya tidak tahu apa-apa tentang masalahnya bersama dengan sang istri.

"Maksud Ayah bertanya tentang apa?"

Andreas justru bertanya balik, menginginkan penjelasan yang sejelas-jelasnya. Dia tidak mau menjawab dengan pertanyaan yang tidak dia mengerti.

"Ada apa dengan Lay? Aku melihat jika Lay tidak bersikap seperti biasanya denganmu."

Mendengar penjelasan atas pertanyaan yang diajukan ayahnya, Andreas cukup terkejut juga, tetap dia tidak pernah menyangka jika ayahnya peka dengan permasalahan mereka berdua sekarang ini.

"Kami tidak kenapa-kenapa Yah. Mungkin Ayah melihat keadaan kami yang sedang capek saja."

Lay datang memberikan penjelasan tanpa diminta, karena dia tidak mau jika suaminya disalahkan oleh ayahnya sendiri. Padahal dia belum menghukum suaminya itu.

Kakek Felisia akan marah besar pada anaknya itu, seandainya tahu jika Andreas telah menyakiti perasaannya. Itulah sebabnya Lay mencoba membela suaminya, karena dia ingin menghukumnya sendiri.

"Kamu yakin?" tanya Adya pada Lay.

Adhya sangat senang pada saat cucunya mendapatkan mama seperti Lay Calandra, sehingga dia tidak ingin Andreas menyakitinya. Itulah sebabnya Adya ingin tahu, pada saat dia melihat ada yang tidak beres di antara mereka berdua.

"Iya Yah. Kami baik-baik saja."

Andreas juga mengangguk mengiyakan, meskipun dia tidak tahu apa alasan Lay membelanya di depan ayahnya saat ini. Padahal bisa saja istrinya itu memanfaatkan situasi dan kebaikan yang diberikan oleh Adya padanya. Tapi pada kenyataannya istrinya itu tidak mau memanfaatkan kesempatan tersebut.

Hal ini membuat Andreas curiga, jika Lay udah memiliki rencana sendiri untuk menghukumnya. Tapi dia tugas sudah memiliki jawaban, seandainya istrinya itu memberinya banyak pertanyaan tentang Birdella.

*****

Adya memutuskan untuk menginap di rumah anaknya, karena dia ingin tahu bagaimana tentang kebenaran yang sesungguhnya terjadi pada anak dan menantunya itu.

Dia masih tidak percaya, jika keduanya tidak ada masalah. Jadi karena itulah dia memutuskan untuk tidak kembali ke kota terlebih dahulu.

Andreas dan Lay juga menahan diri untuk tidak membahas permasalahan mereka berdua, karena tidak mau jika Adya mendengar dan mengetahui tentang keadaan pernikahan mereka berdua yang belum lama ini. Apalagi jika Adya tahu tentang Birdella, yang saat ini menjadi tetangga sebelah rumah anaknya.

Ayah Andreas akan marah besar kepada mantan menantunya, karena dulu tega meninggalkan cucunya yang masih bayi.

"Maaf Darling. Aku akan menjelaskan sesuatu kepadamu, mengenai masalah yang tidak Kamu ketahui tentang Aku dan Birdella."

Andreas berusaha memberikan penjelasan kepada Lay, di saat mereka berdua bersiap untuk tidur.

"Tidak perlu membahas apapun untuk saat ini. Aku tidak mau terjadi keributan, yang akan membuat ayah dan Felisia terbangun karena teriakan dari suaraku."

Mendengar ancaman yang diberikan oleh istrinya, akhirnya Andreas mengurungkan niatnya. Dia menghela nafas kasar, karena semua perkataan yang sudah dipersiapkan sebelumnya tidak berguna lagi.

Dia benar-benar tidak bisa memberikan penjelasan apapun, yang akan membenarkan tindakannya.

Akhirnya mereka berdua tidur dengan saling membelakangi, dengan pikiran mereka masing-masing. Tidak sama seperti biasanya, mereka akan menghabiskan waktu bersama dengan bermain-main, sebelum akhirnya tertidur dengan kepuasan.

Terpopuler

Comments

Beast Writer

Beast Writer

Amaro Boruto. sekalian aja Uzumaki Boruto. atau Amaro genderuwo 👻👻👻

2023-02-28

0

ZasNov

ZasNov

Tidak ada gunanya dijelaskan. Yang jelas Andreas sudah mengkhianati Lay.. Itu faktanya..

2023-02-12

0

ZasNov

ZasNov

Semoga Adya menemukan fakta yang dia cari ya..

2023-02-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!