"Kamu lagi ngapain sama si curut (yang dimaksud Darman adalah Ibrahim)."
" Kamu ngapain sih si telur dadar ( julukan Kimora untuk Darman) nanyain aku kayak gitu?" Kimora merasa diinterogasi.
"Ya,,, aku cuma mastin aja kalo kamu baik-baik aja." Jawab Darman gugup.
"Kalau mau nanyain keadaan ku, nanyanya jangan begitu!" Kimora kesal.
"Ya,,, oke maaf deh." Sahut Darman.
"Kamu udah temui Ibu ku?" Kemudian tanya Kimora.
"Udah ini aku lagi sama Ibumu?" Jawab Darman.
"Bagaimana keadaan Ibuku telur dadar?" Kimora kembali bertanya.
"Nih kamu ngomong sendiri sama Ibu mu!"
"Iya mana?" Kimora antusias.
Lalu Darman memberikan hpnya kepada Bu Inah.
"Halo,,, assalamualaikum Anak Ibu…" Bu Inah menyapa putrinya yang berada di ujung telepon.
"Ibu…!" Seru Kimora terharu ketika mendengar suara ibunya.
Kimora terisak, "Hiks… hiks… Ibu… aku kangen sama ibu…!"
"Iya sayang ibu juga kangen sama kamu…" Jawab Bu Inah yang menahan tangisnya padahal Bu Inah juga sangat sedih ketika mendengar suara putri semata wayangnya.
"Ibu baik-baik aja kan? Pak Hasan tidak berbuat jahat kan sama Ibu?" Kemudian tanya Kimora.
"Mana berani dia sama ibu, Ibu kan mantan jawara kampung pasti Ibu gibas dia kalau berani macam-macam sama Ibu." Bu Inah sengaja bersandiwara dan seakan membuat lelucon Agar kimora tidak mengkhawatirkannya.
Kimora sedikit tersenyum ketika mendengar ucapan Ibunya.
"Ya aku percaya sama Ibu, teman-teman ku aja sampai pada takut temenan sama aku, karena kalau mereka jahilin aku pasti harus berhadapan sama Ibu." Kimora mengingat kejadian ketika ibunya melabrak teman-teman Kimora jika membuat Kimora menangis.
"Heh,,, heh,,," Ibu Inah terdengar terkekeh karena ia juga mengingat kejadian itu.
Kimora sungguh senang mendengar tawa sang Ibu, kekhawatirannya akan Ibunya sirna begitu saja ketika mendengar tawa itu, ia baru percaya kalau Ibunya baik-baik aja.
"Kim..!" Seru Bu Inah, karena tidak ada suara dari Kimora.
Sebab Kimora hanya tersenyum miris.
"Kimora…" Ibu memanggil nama putrinya karena tidak mendapat respon dari Kimora.
"Iya Bu…" Kemudian Jawab Kimora.
"Nak! Ibu tau kamu belum siap dengan perpisahan kita, Ibu juga tau kalau kamu sedih, tapi nak! ini demi kebaikanmu kamu harus kuat, harus mandiri, buktikan kamu bisa sukses seperti yang selalu kamu bilang pada ibu." Bu Inah menyemangati Kimora.
Sebab Kimora dan ibunya termasuk orang miskin di kampungnya, dulu nya mereka dari kalangan berada, namun semua kekayaan yang mereka punya habis di jual untuk berobat Ayah Kimora yang sakit keras sampai Bu Inah pun harus pontang-panting mencari pinjaman demi untuk kesembuhan suaminya.
Tapi takdir tetap berkehendak ayah Kimora akhirnya tetap pergi.
Meskipun segala cara sudah ditempuh untuk kesembuhannya.
Setelah kepergian Ayah Kimora, Bu Inah dan Kimora harus berjuang keras untuk hidup, Bu Inah banting tulang bertani, yang penghasilannya tidak seberapa, untuk biaya hidup dan bayar cicilan hutang kepada Pak Hasan.
Sehingga Kimora menjadi sasaran, dari para penduduk dikucilkan dan tak jarang menjadi sasaran Bullyan anak-anak seumurnya.
Tak jarang pula Kimora pulang dalam keadaan menangis karena ulah teman-temannya.
Karena itu Bu Inah sering melabrak teman-teman Kimora.
Kimora selalu di katain orang miskin, tapi sering waktu berjalan Kimora tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik berbeda gadis dengan gadis pada umumnya di desa itu.
Sehingga Kimora menjadi sorotan para pemuda dan orang-orang di sana, karena itu banyak juga yang merasa iri dengan kecantikan yang Kimora miliki.
Mereka juga banyak yang mencemooh Kimora yang mengatakan Kimora hanya anak pungut.
Sebab melihat faktanya gadis secantik Kimora bak putri raja.
Mengapa bisa jadi Putri dari seorang Bu Inah, yang miskin dan tidak sepadan dengan penampilan Kimora.
Untungnya Darman dan Ibrahim tidak pernah terpengaruh dengan ucapan masyarakat yang mengatakan hal jelek tentang Kimora.
Yang mereka tau, Kimora itu teman yang cantik (sudah pasti) baik hati, dan mereka memang merasa nyaman saat bertemu dengan Kimora, mereka malah sangat menyayangi Kimora.
Bu Inah melanjutkan perkataannya "Nak, anak Ibu! Kamu tidak boleh lemah, dan mudah putus asa sekarang waktunya kamu tunjukkan siapa dirimu, tapi ingat kamu tetap harus menjadi orang baik, jujur dan rendah hati tapi jangan pernah mau direndahkan nak!" Bu Inah kembali menasehati putrinya.
"Ibu…" Sahut Kimora di ujung telepon.
"Bu ibu juga harus janji! Ibu harus jaga kesehatan Ibu aku tidak mau Ibu sakit." Permintaan Kimora.
"Ya… Ibu janji, kamu hati - hati ya di sana kabari Ibu jika kamu sudah sampai di rumah bibi mu."
"Oo iya! Ibu sudah menghubungi bibimu, nanti katanya akan ada orang yang akan menjemput mu di pasar di tempat pemberhentian mang Udin untuk menjual semua sayurannya." Ibu Inah memberi tau.
"Iya, baik Bu…!"
"Sudah dulu ya nak… Doa Ibu akan selalu menyertai mu." Bu Inah mengakhiri percakapannya.
"Iya Bu! Terimakasih aku sayang Ibu." Balas Kimora.
Lalu mereka sama-sama menutup sambungan teleponnya.
Tapi di akhir percakapan ibu dan anak itu malah sama-sama menangis di tempat yang berbeda, karena rasa berat tuk berpisah.
"Bu,,, Ibu tidak apa-apa?" Tanya Darman khawatir melihat Bu Inah menangis.
"Tidak nak! Ibu tidak apa-apa." Jawab Bu Inah, karena tidak ingin Darman mengkhawatirkannya.
Lalu Darman segera membawa Bu Bu Inah ke rumah sakit untuk memeriksakan luka dan kondisi Bu Inah.
…
Di tempat lain Kimora masih terisak sendu setelah mengakhiri percakapannya dengan Ibunya.
"Kim… kamu baik-baik saja?" Tanya Ibrahim ragu, karena Ibrahim takut salah bicara seperti sebelumnya.
Kimora hanya mengangguk sebagai jawaban, agar Ibrahim tidak mengkhawatirkannya.
"Sungguh…?" Ibrahim ragu dengan jawaban Kimora karena ia masih terisak.
"Iya…!" Jawab Kimora untuk meyakinkan Ibrahim.
"Oke,,, menangislah jika itu bisa membuatmu lebih lega sesudahnya, karena menangis memang tidak berdosa, tapi jangan berlebihan dan jangan berlarut dalam kesedihan." Tiba-tiba Ibrahim berbicara seperti orang bijak. Memancing respon dari Kimora yang heran mendengarnya.
Kimora menatap Ibrahim.
"Kenapa aku ganteng ya…?" Ibrahim narsis, tapi kimora sudah biasa mendengar kenarsisannya.
"Ya emang udah dari dulu kali aku gantengnya." Sambung Ibrahim.
"Cocok banget sama kamu yang cantik sama yang ganteng, nanti kalau kita nikah anak nya kalo cewek kaya Srikandi mirip kamu, kalau cowok bakal lebih tampan dari aku…!" Ibrahim malah menghalau.
"Aamiin…!" Sahut Kimora mengamini ucap Ibrahim.
Dan itu membuat Ibrahim bertambah semangat karena merasa Kimora membalasnya.
"Kim,,, apa yang kamu bilang, apa itu artinya kamu menerima cintaku?" Ibrahim berharap.
"Kalau aku sama kamu nikah, Darman bisa bunuh diri." Jawab kimora mengingatkan kemungkinan yang akan terjadi.
"Jadi kamu lebih mengkhawatirkan Darman dari pada aku." Ucap Ibrahim kecewa.
"Kamu lupa komitmen kita tidak boleh ada perasaan Cinta di antara kita." Kimora mengingatkan.
"Aku sudah anggap kalian berdua seperti saudara ku sendiri, tidak ada perbedaan antara kamu dan Darman kalian penting dan istimewa bagiku." Kimora meyakinkan Ibrahim.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Sylius
UWU saling merindukan
2023-04-07
2
Sylius
curut itu..anak mouse kn?
2023-04-07
1
crow
sicurut dan telur dadar
2023-04-06
1