Pesona Kimora Si Gadis Desa
Di siang hari yang sangat terik, aku sudah mundur - mandir, ke sana, kemari mencari pekerjaan, dan hasilnya selalu nihil, sementara uang bekal ku dari kampung makin hari makin berkurang, aku di Jakarta tinggal dengan keluarga bibi ku yang punya banyak beban hidup, di tambah dengan kehadiran ku, membuat kehidupan mereka makin sulit.
Sesungguhnya aku merasa tidak enak hati harus menumpang tempat tinggal bersama mereka, apa lagi harus lama-lama menumpang di rumah mereka.
Kini Aku sudah merasa putus asa, karena sudah hampir tiga bulan lamanya aku di kota Jakarta, belum juga mendapatkan pekerjaan, jangan kan bekerja jadi pegawai staf di perusahaan besar sesuai impian, yaitu aku ingin kerja kantoran.
Untuk jadi cleaning service saja rasanya sulit sekali bagiku.
Dan akhirnya aku sampai memutuskan akan kembali ke kampung daripada menambah beban bagi Bibi ku.
"Huuh cita-cita ku ingin jadi orang sukses akan pupus sudah,,, maaf kan anak mu ni ya Bu! aku sudah menyerah,,, dari pada aku jadi beban orang lain dan jadi gelandangan, mending aku pulang ya Bu! mending aku ikut ibu bertani aja lah, kalau seperti ini jadinya!" aku bicara sendiri sambil berjalan gontai sudah tak punya semangat lagi.
Tapi aku juga tidak mau menikah dengan Bandot tua itu. yang memaksa ingin menikahi ku, nya aku bisa terdampar di sini.
Tiba-tiba di depan gerbang proyek, langkah ku terhenti, aku melihat mesin molen tergantung dan aku malah mengamatinya karena merasa curiga dan penasaran.
Lalu benar saja kecurigaan ku, tentang tali selling yang sedikit lagi akan putus, aku pun melihat ada beberapa orang di bawahnya.
Tanpa berpikir panjang, aku berlari sekuat tenaga dan berteriak, untuk memberi aba-aba agar semua orang yang di sana bubar atau mundur, karena tali selling mesin molen yang tepat berada di atas kepala mereka akan putus.
Sungguh jeli penglihatan ku, pikirku!.
Tapi semua orang yang di sana malah merasa heran menatap ke arah ku.
Saat aku mulai mendekat ke arah mereka, beberapa orang pun mulai menyadari aba-aba dari ku, dan menyelamatkan diri mereka masing-masing.
Sementara ada satu orang yang tidak mendengar aba-aba dari ku karena ia terlalu fokus dengan pekerjaannya ( mungkin), dan dengan cekatan aku mendorong tubuhnya, dan tubuh ku pun ikut ku hempaskan bersama orang itu, karena aku pun takut tertimpa mesin molen itu.
Dan selang beberapa detik setelah aku dan orang itu terhempas karena dorongan dari ku, mesin molen itu pun benar-benar terjatuh.
"BBRRAAKKK...." Suaranya mesin molen itu terjatuh dan menggema di sekitar tempat itu.
Semua orang di tempat itu terperangah menyaksikan kejadian itu, terutama orang yang aku dorong sampai-sampai ia tidak bisa berkata apa pun, dalam beberapa menit ia sama sekali tidak bergeming sedikitpun, ia mematung karena syok menyadari kejadian itu.
Karena ia merasa tidak yakin ia sampai berucap, "Apa aku masih hidup?" gumamnya tidak percaya bahwa ia bisa selamat dari kejadian itu.
Sebab jika aku telat beberapa detik saja tidak mendorongnya, sudah pasti dia telah tewas saat itu juga.
Setelah mereka tersadar dari rasa syoknya, mereka semua malah menatap ku dengan tatapan yang sulit di artikan.
Setelah itu aku di giring ke kantor pos scurity, di sana aku malah di interogasi.
Kenapa aku bisa ada di sana? siap aku? tanya mereka kepada ku.
Aku merasa seperti penjahat yang sedang di curigai.
"Dasar orang-orang tidak tahu terimakasih,,, bukannya berterimakasih kepada ku, karena aku telah menyelamatkan nyawa kalian, aku malah di curigai seperti ini." Ucap ku kesal kepada orang-orang itu.
"Lalu kenapa kamu nekad menolong saya, padahal nyawa kamu pun bisa dalam bahaya " Kata orang yang aku dorong.
"Ya karena rasa kemanusiaan!" Jawab ku
Sebab aku sendiri sebenarnya tidak tahu kalau nyawa ku bisa jadi taruhannya, kalau tubuh ku tidak ikut terhempas, ya sudah pasti aku yang tertimpa, dan menjadi korbannya. TAMAT LAH NYAWAKU.
[Eeh baru aja mau mulai ceritanya dah mau tamat aja! gimana sih neng Kim ini!!! 🤭]
Aku merasa sangat kesel dengan kelakuan mereka yang mengintrogasi ku, tanpa berterimakasih kepada ku.
Dan menyuruh satpam menahan ku, sedangkan mereka pergi untuk di mintai keterangan oleh pihak kepolisian yang datang untuk meninjau kejadian itu.
"Apa-apaan ini!" Pikir ku, aku merasa seperti sandra pelaku kejahatan.
Dan ketika semua scurity lengah, aku bergegas pergi dan kabur dari tempat itu.
"Selamat " Ucap ku saat berhasil kabur.
"Yang bener saja mereka! sudah aku selamatkan, malah aku di curiga dan di jadikan tawanan, dasar orang-orang tidak tau berterima kasih." Gumam ku, saat perjalanan pulang ke rumah Bibiku.
...Awal mulai...
Kimora berasal dari sebuah desa yang terletak di pegunungan dengan susana alam yang masih asri, jauh dari polusi.
Sebut saja desa Kabayan, di sana Kimora tinggal di sebuah rumah sederhana bersama sang ibu, ayah Kimora sudah lama meninggal.
Setelah kepergian sang ayah, sang ibu lah yang memenuhi kebutuhan Kimora putri semata wayangnya, dari hasil bertani.
Ya, mata pencaharian mereka sehari-hari yaitu bercocok tanam, memanfaatkan lahan yang mereka punya untuk menyambung hidup.
Kimora gadis desa yang sangat cantik, berkulit putih bersih, berambut ikal, bermata bulat, bulu mata lentik, bibir tipis, hidung mancung, dan berbodi bak gitar spanyol. pokoknya aduhaaaai cantiknya.
Sehingga banyak pria atau pemuda yang mengenal Kimora tergila-gila padanya.
Pak Hasan juragan sayur, atau juga sebagai tengkulak yang biasa membeli hasil-hasil panen para petani, Sampai tergila-gila kepada Kimora.
Hampir setiap hari, Pak Hasan berkunjung ke rumah Bu Inah, yaitu Ibu Kimora, hanya untuk melihat Kimora.
Sesungguhnya Bu Inah dan Kimora sangatlah risih dengan kedatangan Pak Hasan setiap hari ke rumah mereka, pasalnya Pak Hasan sudah berkeluarga dan memiliki banyak anak, bahkan anak sulungnya bernama Darman teman sekelas Kimora.
Ibu Inah memiliki hutang kepada Pak Hasan untuk berobat almarhum suaminya sebelum meninggal.
Bu Inah membayarnya dengan mencicil setiap setelah menjual hasil panennya, Bu Inah memberikan separuhnya kepada Pak Hasan untuk membayar hutang.
Pak Hasan selalu menolak untuk menerima uang cicilan bayar hutang dari Bu Inah, karena Pak Hasan ingin Bu Inah menikahkan Kimora putri Bu Inah dengannya.
Tapi tentu saja Bu Inah menolaknya, dan Tetap membayarkan cicilan hutangnya.
Dengan alasan Kimora masih sekolah.
Tapi setelah Kimora menyelesaikan pendidikan menengah atasnya.
Pak Hasan makin gencar berkunjung ke rumah mereka, belum lagi para pemuda lain yang berdatangan ingin melamar Kimora jadi istri mereka.
Tapi Kimora sendiri belum ingin menikah, dan bercita-cita ingin membahagiakan Ibunya, dengan ia bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri lalu mewujudkan semua keinginan lbunya, terutama melunasi sisa hutangnya kepada Pak Hasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Sky darkness
baca ah
2023-04-05
2
Flo-She
apa yang kita inginkan belum tentu terlaksana kimora?
2023-03-31
1
𝐀⃝🥀🎀Jinda🆁🅰🅹🅰❀∂я🤎🕊️⃝ᥴ
kembang desa ini mah
2023-03-29
1