Di suatu malam selepas magrib, Darman putra dari pak Hasan sekaligus sahabat Kimora, diam-diam datang ke rumah Bu Inah untuk menemui Bu Inah dan Kimora memberi informasi penting tentang bapaknya yaitu Pak Hasan.
"Tok,,, tok… tok…" Suara pintu rumah Bu Inah di ketuk.
"Assalamu'alaikum… Bu!" Seru Darman Karen yang punya rumah tak kunjung membuahkan pintu.
"Bu… Bu Inah!" Darman terus saja mengetuk dan memanggil.
"Iya,,, sebentar" Seru Bu Inah, karena seperti biasa selepas magrib Bu Inah selalu melantunkan ayat suci Alquran sambil menunggu waktu isya dan langsung menunaikan ibadah sholat Isya.
Namun kali ini Bu Inah terpaksa beranjak dari ibadahnya, karena tamu yang datang terus saja mengetuk pintu.
"KRRREEET…!" Suara pintu dibuka oleh Bu Inah.
"Darman…!" Seru Bu Inah ketika melihat siapa yang datang.
Darman langsung menerobos masuk tanpa di persilahkan dahulu.
"Maaf Bu! Aku mengganggu, tapi ini gawat Bu…!" Ucap Darman panik.
Melihat Darman, Bu Inah pun ikut panik, "Ada apa Darman?" Tanya Bu Inah.
"Kikim ada gak Bu?" Darman menanyakan keberadaan Kimora.
Dan mereka semua orang terdekat Kimora memanggil Kimora dengan sebutan Kikim.
"Ada, Kikim sedang di kamarnya." Jawab Bu Inah.
" Bu sebaiknya segera bawa Kikim pergi jauh dari sini!" Perintah Darman.
"Iya tapi kenapa? Ada apa?" Bu Inah belum mengetahui apa maksud Darman.
Mendengar ada percakapan di ruang tamu Kimora merasa penasaran lalu melihatnya dan ternyata Darman sahabatnya yang datang dan sedang berbincang dengan Ibunya.
Kemudian Kimora pun segera menghampiri mereka.
"Darman…! tumben sekali kamu datang di jam segini, bisanya kalau mau datang juga abis isya." Kimora pun curiga dengan kedatangan Darman saat itu.
"Kebetulan Kamu keluar Kim!" Seru Darman.
"Ayo cepetan beresin barang-barang mu, kamu harus segera pergi dari sini!" Sambung Darman kembali menyuruh Kimora untuk pergi.
Respon Bu Inah dan Kimora hanya bengong tidak mengerti dengan maksud Darman.
Darman pun terpaku menatap satu persatu Ibu dan anak yang sedang merasa keheranan.
"Oo ya… duduk dulu!" Kemudian Darman meminta mereka semua untuk duduk.
Lalu menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh bapaknya pak Hasan.
" Jadi begini Bu, Kim… tadi aku mendengar bapak ku sedang minta izin kepada kedua istrinya untuk melamar mu dan akan segera menikahi mu, meski dengan atau tanpa restu dari mereka bapak akan tetap melakukannya." Terang Darman.
"Apa…!" Pekik Bu Inah dan Kimora secara bersamaan.
"Iya sungguh aku tidak bohong, aku mendengar dan melihat dengan mata kepala ku sendiri, makanya aku langsung ke sini untuk memberi tau kalian, dan sebaiknya kamu segera pergi dari sini sebelum bapak ku memaksa mu." Darman meyakinkan Kimora dan ibunya.
"Sebab katanya kalian punya hutang yang harus segera kalian lunasi, jika tidak mau tidak mau Kimora harus menikah dengannya." Darman memberi tau Alasan Pak Hasan.
Dan itu akan dijadikan ancam oleh Pak Hasan agar bisa menikahi Kimora.
"Ibu ku, dan Ibu kedua (istri kedua pak Hasan) sekarang sedang menangis, karena tidak rela bapak akan kawin lagi untuk yang ketiga kalinya." Darman pun menceritakan keadaan di rumahnya.
Bu Inah dan Kimora bingung harus berbuat apa sekarang.
Jujur Bu Inah tidak rela terpisah jauh dari putrinya, tapi Bu Inah juga tidak bisa meninggalkan kampung halamannya, dia malah akan di kejar-kejar oleh Pak Hasan karena dianggap kabur meninggalkan hutangnya.
"Kim…!" Seru Bu Inah
"Iya Bu …" Sahut Kimora.
"Benar kata Darman kamu harus segera pergi dari sini sebelum Pak Hasan memaksamu." Akhirnya Bu Inah mengambil keputusan agar Kimora segera pergi.
"Tapi Bu…!" Sepertinya Kimora enggan meninggalkan Ibunya.
"Ini untuk kebaikanmu, Ibu tidak akan rela kamu dijadikan yang ketiga oleh pak Hasan, dan dianggap sebagai pelunas hutang oleh nya." Tegas Bu Inah.
Kimora mulai terisak, "Aku harus pergi kemana Bu, dan dengan siapa? sedangkan Ibu tau sendiri aku tidak pernah pergi jauh dari desa ini, bahkan pergi ke kota saja aku jarang sekali." Kimora bingung.
"Pergilah ke kota Jakarta, temui bibi mu disana, Ibu akan memberikan alamat tempat tinggalnya."
"Lalu aku pergi dengan siapa Bu, aku tidak berani jika harus pergi sendiri." Ujar Kimora.
Tiba-tiba Darman teringat sahabat mereka Ibrahim, yang biasa dipanggil Baim.
Sebab pamannya Ibrahim seorang supir yang biasa mengangkut sayuran ke Jakarta untuk di jual di pasar di sana.
"Kita temui si Baim dan minta bantuannya, biar Baim yang mengantarmu pergi ke Jakarta dengan naik mobil pick up bersama pamannya."
"Karena jika aku yang mengantarmu bapak ku akan curiga jika aku sekongkol dengan kalian." Ujar Darman.
"Baik Ibu percaya kepadamu Darman, aturlah sebaik mungkin."
"Kikim ayo cepetan bereskan barang-barang yang akan kamu bawa." Perintah Bu Inah
"Sekarang Bu?"
"Iya, Kim kamu harus segera pergi sekarang juga, karena bapak ku akan segera datang kemari selepas isya."
"Astaga… ayo Kimi buruan!" Ibu Inah langsung panik mendengarnya.
Kimora pun segera bergegas merapikan barang bawaannya.
Ibu Inah memberikan sejumlah uang simpanannya, untuk bekal kimora selama di Jakarta nanti.
"Ini pegang dulu segini, nanti jika Ibu ada uang lagi Ibu akan kirim lagi." Ucap Bu Inah sambil menyodorkan sejumlah uang tersebut.
"Tapi Bu…" Kimora benar-benar merasa ragu.
"Tenang nak, kamu pasti akan baik-baik saja disana, Ibu akan selalu mendoakan mu." Bu Inah menenangkan dan meyakinkan putrinya.
Kemudian Darma mengingatkan Kimora untuk segera bergegas pergi dari sana.
Baru saja Darman dan Kimora keluar dari rumah, tiba-tiba terlihat Pak Hasan dan anak buahnya akan menuju ke rumah Bu Inah.
"Gawat Kim itu bapakku dan anak buahnya sedang menuju kemari!"
Darman langsung mengajak Kimora putar arah dan memilih lewat belakang rumah.
Tapi Kimora menahan langkahnya dan berniat mengintip apa yang akan dilakukan oleh pak Hasan kepada Ibunya, jika Pak Hasan tau Kimora sudah tidak ada di sana.
Tidak lama pak Hasan dan anak buahnya tiba di depan pintu rumah Bu Inah, mereka mengetuk pintu dan mengucap salam.
Bu Inah sudah tau jika tamu yang datang pasti Pak Hasan dan anak buahnya.
Tapi Bu Inah merasa lega karena Kimora sudah berhasil pergi dari rumah.
Bu Inah seger membuka pintu.
Lalu mempersilahkan tamunya masuk.
Seperti biasa Bu Inah memperlakukan tamu dengan sangat baik, padahal dalam hati Bu Inah ia sangat membenci Pak Hasan karena ingin memanfaatkan Putri semata wayangnya.
Bu Inah pun segera membuatkan minuman untuk para tamunya, lalu menyuguhkannya.
"Silahkan diminum." Ucap Bu Inah mempersiapkan
"Iya terimakasih…!" Ucap para tamu.
Tidak menunggu waktu lama pak Hasan pun langsung bicara ke intinya mengutarakan maksud kedatangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Sky darkness
keren
2023-04-05
2
Women-Stars🍁 Al-Zha
dasar Pak Hasan manusia kurang asem hm
2023-03-31
0
Flo-She
di lamar deh hehe
2023-03-31
1