Kimora nampak bingung, berkali-kali ia mengecek hpnya berharap ada pesan masuk atau panggilan masuk yang memberi kabar tentang kondisi ibunya, namun tidak ada sama sekali.
Kemudian Kimora mulai membuka hpnya mencoba untuk menghubungi Darman.
" Drrrrt.."
"Drrrrt.."
"Drrrrt…"
Terasa getaran di hp Darman yang berada di saku celananya.
Darman yang sedang menemani Bu Inah langsung merogoh saku celananya, untuk mengambil hpnya dan melihat siapa yang menelpon.
Dan Ternyata Kimora yang melakukan panggilan video call.
Darman tidak mungkin akan menjawab panggilan itu sementara keadaan Bu Inah sedang seperti itu.
Kimora akan sangat khawatir lalu kembali lagi ke desa, dengan begitu sama artinya Kimora menyerahkan diri kepada bapaknya yaitu Pak Hasan. Pikir Darman.
Darman sengaja tidak mengangkat panggilan dari Kimora.
Perasaan Kimora makin kacau, ia makin resah dan gelisah.
"Kim kamu baik-baik saja kan?" Tanya Ibrahim.
Dengan ekspresi wajah sendu Kimora menggelengkan kepalanya.
"Tidak Im, aku tidak baik-baik saja, aku memikirkan Ibu ku, aku khawatir Pak Hasan akan menyakiti Ibuku!" Kemudian Jawab Kimora lalu TerIsak.
"Tenang lah Kim,,, semua pasti akan baik-baik saja. Aku dan Darman akan menjaga Ibumu!" Ibrahim Mencoba menenangkan Kimora.
"Tapi IM, Darman tidak menerima panggilan dari ku."
"Berpikir positif lah, siapa tau Darman sedang boker di kamar mandi jadi tidak bisa menerima panggilan mu."
"Iih kamu jorok banget sih Im!" Seru Kimora.
"Heh, heh,,,!" Ibrahim malah cengar cengir.
"Kamu jahat deh im, aku lagi kebingungan seperti ini, kamu malah cengengesan begitu." Protes Kimora.
"Sorry Kim,,, bukan bermaksud untuk bahagia di atas penderitaanmu, tapi justru aku ingin mencairkan suasana hatimu, istilah kata… aku ingin menghiburmu." Terang Ibrahim.
"Menghibur apaan? kamu malah bikini mood aku makin buruk…" Kimora cemberut dan merajuk.
Membuat Ibrahim serba salah jadinya.
"Kim… jangan ngambek dong aku kan niatnya baik sama kamu!" Ibrahim merasa bersalah.
"Udah deh kamu diam aja jangan bicara, aku lagi gak mood bercanda." Kimora mengubah posisi duduknya membelakangi Ibrahim.
Dengan posisi duduk menekuk kedua lututnya, lalu memeluk kedua lututnya tersebut kemudian membenamkan wajahnya di atas lututnya.
Kimora sungguh terlihat begitu terguncang.
Ibrahim hanya bisa diam, ia takut salah bicara lagi dan akan semakin membuat Kimora bersedih.
….
Sementara itu Darman masih menemani Bu Inah yang masih lemah.
Dan belum bisa menjelaskan apapun kepada Darman.
"Bu bagaimana perasaan Ibu saat ini?" Tanya Darman kepada Bu Inah.
"Kepala saya pusing sekali Nak Darman!" Jawab Bu Inah.
"Apa kita perlu pergi ke rumah sakit Bu? Untuk memeriksakan kondisi Ibu." saran Darman.
"Tidak usah nak! Ibu cuma butuh istirahat saja." Bu Inah menolak.
"Bu! Ibu harus sehat, kalau ibu sakit begini Kimora pasti sangat mengkhawatirkan ibu, dan bukan tidak mungkin dia pasti akan balik lagi kesini, dan ibu tau itu artinya apa? Artinya mau tidak mau Kimora akan dinikahi oleh bapak." Darman menyemangati Bu Inah, dan mengkhawatirkan kemungkinan yang akan terjadi nantinya, jika kondisi Bu Inah terus seperti itu.
"Tidak nak, Ibu tidak apa-apa, Ibu tidak sakit kok, Ibu hanya butuh istirahat saja." Bu Inah menyangkal.
Sejujurnya Bu Inah pun sangat berat hati harus terpisah dengan Kimora, putri satu-satunya, dan hanya Kimora lah orang yang paling berharga yang ia miliki.
Yang Bu Inah rawat dan Asuh sedari bayi dengan penuh cinta dan kasih sayang, yang tidak pernah luput dari perhatiannya setiap hari, Bu Inah tidak pernah rela sesuatu hal buruk terjadi kepada putrinya.
Bahkan ketika nyamuk dan semut menggigit Kimora, Bu Inah tidak akan terima di akan merasa sangat kesal kepada hal apapun juga yang berani menyentuh Kimora, Bu Inah akan sangat melindungi putrinya, sehingga nyamuk dan semut pun tidak sanggup untuk menyentuh Kimora.
Saking sayangnya Bu Inah kepada kimora apapun akan Bu Inah lakukan bahkan nyawa pun taruhannya.
"Nak Darman bagaimana Kimora saat ini?" Bu Inah menanyakan Kimora.
"Dia sudah berhasil berangkat ke Jakarta bersama Ibrahim, naik mobil sayuran tanpa diketahui siapapun termasuk mang Udin, jadi Ibu jangan khawatir ya Bu!" Darman menerangkan.
"Ya syukur lah…!" Bu Inah merasa lega mendengarnya.
Setidaknya rasa khawatiran nya tentang bagaimana nasib Kimora kedepannya, lebih baik di pikiran nanti.
Sekarang Bu Inah harus bangkit, kembali sehat. Seperti apa yang diucapkan oleh Darman.
"Bu…!" Seru Darman
"Iya nak…!" Sahut Bu Inah.
"Sebenarnya apa yang dilakukan oleh bapak dan anak buahnya sehingga Ibu bisa seperti ini." Tanya Darman lagi, karena ia merasa penasaran.
Lalu Bu Inah menceritakan semuanya, apa yang telah Pak Hasan dan anak buahnya lakukan kepadanya.
"Keterlaluan sekali bapak…!" Daman begitu geram mendengarnya.
"Bu, kita tetap harus ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan, untuk bukti kalau ibu telah mendapat tindakan kekerasan, Ibu tuntut bapak agar bapak tidak semena-mena kepada orang." Usul Darman.
"Tidak usah Nak!" Bu Inah menolak.
"Ya Bu, tapi kita harus tetap melakukannya, untuk balik mengancam bapak kalau Ibu punya bukti tindak kekerasan yang mereka lakukan, agar mereka tidak mengulangi hal itu lagi Bu." Darman memberi pengertian kepada Bu Inah agar mau diperiksakan kondisinya.
"Ya baiklah kalau begitu." Akhirnya Bu Inah menyetujuinya.
"Tapi sebelum itu Ibu ingin mengetahui kondisi Kimora terlebih dahulu, sekarang bagaimana dia?" Syarat dari Bu Inah.
"Oke, tapi kita cuma bisa melakukan panggilan suara, tidak bisa melakukan panggilan video call, karena Kimora tidak boleh melihat keadaan Ibu dengan luka di kening Ibu." Saran Darman.
Karena Darman yakin Kimora akan panik jika melihat Ibunya terluka.
"Iya baiklah, panggilan apapun yang penting Ibu bisa tau keadaan Kimora saat ini." Sahut Bu Inah.
Kemudahan Darman langsung melakukan panggilan suara, tapi Darman menghubungi hp Ibrahim, bukan Kimora.
"Triling… triling… triling…!" Bunyi hp Ibrahim.
Lalu Ibrahim langsung melihatnya.
"Ngapain si cunguk nelpon aku..?" Gumam Ibrahim ketika melihat Darman yang menghubunginya.
Mendengar gumaman Ibrahim, Kimora langsung menoleh ke arahnya, karena Kimora tau siapa yang Ibrahim maksud.
Sebab Kimora sudah biasa mendengar kata-kata umpat dari kedua sahabatnya.
"Darman…?" Gumam Kimora dengan mata berbinar.
Tapi Kimora senang bukan karena Darman menghubungi, melainkan karena ia bisa segera menanyakan kondisi Ibunya.
"Ayo angkat…!" Kimora antusias meminta Ibrahim untuk segera menerima panggilan dari Darman.
"Tadi aku di cuekin,,, giliran si cunguk yang ngebel langsung sumringah…" Ibrahim merasa cemburu
"Jangan-jangan kamu sama si cunguk ada apa-apa ya?" Ibrahim merasa curiga.
"Udah gak usah mikir yang aneh-aneh, cepetan angkat..!" Kimora sudah tidak sabaran.
Ibrahim kesal melihat tingkah Kimora.
"Tuh angkat sendiri…!" Kemudian Ibrahim menyerahkan hp nya kepada kimora.
Kimora langsung menerima panggilan teleponnya.
"Halo,,, assalamu'alaikum!" Sapa Kimora.
"Waalaikumsalam…!" Jawab Darman.
" Kikim…!" Seru Darman, tidak menyangka ternyata Kimora yang menerima panggilan teleponnya.
"Iya ini aku…!" Sahut Kimora.
"Kamu lagi ngapain sama si curut (yang dimaksud adalah Ibrahim)." Darman malah bertanya seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Sky darkness
berasa menonton sinetron Indosiar
2023-04-05
2
rinasti
Si Cunguk dan Si Curut 😀
2023-04-02
1
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
cieee ada yang cemburu rupanya si Kimora itu nungguin kabar ibunya lewat si darman. roman roman nya kau sepertinya suka juga dengan si Kimora ya
2023-03-29
1