Tidak menunggu waktu lama pak Hasan pun langsung bicara ke intinya mengutarakan maksud kedatangannya.
🖤🖤🖤
"Begini Bu, maksud kedatangan saya kemari sebenarnya saya ingin melamar putri Ibu, Kimora. dan saya akan anggap sisa hutang Bu Inah lunas setelah saya menikahi Kimora." Pak Hasan menerangkan.
Padahal Bu Inah sendiri sudah tau akan hal itu.
"Ya pak, terimakasih sudah mau kepada anak saya, tapi masalah hutang insyaallah akan segera saya lunasi walaupun dengan cara mencicil, dan kebetulan Kimora sudah tidak ada di rumah ini, ia ingin pergi merantau ke Jakarta, dan tinggal bersama bibinya di sana." Bu Inah pun menjelaskan dan menolak secara halus.
"Kenapa harus cape pergi merantau, kan lebih baik jadi istri saya! bisa hidup senang dengan uang yang saya berikan nanti, karena Kimora akan jadi istri kesayangan saya nantinya, dan semua keinginan Ibu dan Kimora akan saya penuhi, termasuk sisa hutang Bu Inah akan saya anggap lunas " Bujuk rayu pak Hasan.
"Maaf pak saya tidak bisa memaksakan kehendak saya kepada putri saya, lagian Kimora Nya juga sudah pergi tadi sore, jadi saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi!" Bu Inah masih berusaha menolak secara halus.
"Masalah hutang Pak Hasan tenang saja, saya pasti akan melunasinya." Sambung Bu Inah.
Mendengar ucapan Bu Inah, Pak Hasan sadar betul bahwa Bu Inah sedang menolaknya, dan itu membuat Pak Hasan sangat marah.
" Dasar orang sombong, tidak tau diri, sudah miskin belagu lagi kamu Bu Inah." Pak Hasan memekik dan mengumpat Bu Inah.
Semetara Kimora dan Darman ternyata masih berada di samping rumah untuk mengintip dan menguping, percakapan Bu Inah dan Pak Hasan.
Mendengar Ibunya di caci maki Kimora sungguh tidak tega.
Ingin sekali Kimora menghampiri dan menolong Ibunya, Tapi Darman mencegahnya.
"Ku mohon jangan Kimora, sebaiknya kita segera pergi sebelum bapakku dan anak buahnya menemukanmu, dia akan memaksamu dan akan menikahi mu malam ini juga." Darman sangat panik karena khawatir, Sebab Darman hafal betul watak ayahnya yang sangat kejam dan tidak pernah main-main dengan ucapannya.
Lalu terdengar suara Pak Hasan, "Geledah rumah ini, saya yakin Kimora masih ada di sekitar rumah ini, dan jika kalian menemukan barang berharga apa pun itu ambil saja." Pak Hasan memerintahkan anak buahnya.
"Dengar ya, Bu Inah jika anda tidak menikahkan saya dengan Kimora hutang kamu saya naikan dua kali lipat bunganya, ingat itu." Ancam Pak Hasan.
Situasi mulai genting, Darman segera menarik tangan Kimora dan menyeretnya agar segera pergi dari sana.
Dengan sangat terpaksa akhirnya Kimora mengikuti Darman melewati semak-semak menuju tempat janjian mereka dengan Ibrahim.
Karena saat Kimora berkemas Darman sempat menghubungi Ibrahim dan menjelaskan kepadanya, Tentang masalah yang sedang dihadapi Kimora dan Ibunya sebab ulah dari bapaknya sendiri.
Ibrahim pun sudah menyusun rencana untuk membawa Kimora pergi dari sana agar tidak diketahui oleh sopir yaitu pamannya Ibrahim yang bekerja untuk pak Hasan mengantar barang dagangannya ke kota Jakarta.
Maka dari itu mereka mengatur rencana agar pak Hasan tidak mengetahui kepergian Kimora dari desa itu.
"Baim…!" Teriak sopir.
"Iya mang (panggil paman di suku Sunda)…!" Sahut Baim yang dari tadi gelisah menunggu kedatangan Kimora dan Darman yang tak kunjung datang.
"Ayo buruan…! Kamu jadi ikut tidak, ini sudah kemalaman, kalau lama paman tinggal ya." Paman Baim sudah tidak sabar, sebab seharusnya sudah sedari tadi ia berangkat hanya menunggu Ibrahim saja, yang sedari tadi menghalangi keberangkatannya. Memohon ingin ikut kepada pamannya karena ingin melihat kota Jakarta, itu alasan Ibrahim.
"Jadi dong mang… tunggu sebentar lagi ya…!" Sahut Ibrahim mengulur waktu.
"Kemana sih ini kimora sama Darman lama banget, dihubungi gak diangkat sama sekali." Gumam Ibrahim dalam kegelisahan.
Ya, karena Darman dan Kimora sengaja menggunakan mode senyap di hp mereka, untuk berjaga-jaga hp mereka berdering ketika sedang bersembunyi.
Setelah menunggu beberapa waktu akhirnya Darman dan Kimora tiba di sana, lalu segera menghampiri Ibrahim yang sedari tadi menunggu mereka.
"Ya Allah Gusti… kalian lama banget sih…!" Keluh Ibrahim.
"Udah ayo cepetan! mamang udin udah mau berangkat dari tadi." Jelas Ibrahim.
"Mang Udin tau gak kalau Kikim mau ikut?" Tanya Darman memastikan.
"Mang Udin gak tau, dah tenang aja aku udah atur semuanya." Tegas Ibrahim.
"Ayo Kim cepetan naik keburu ketahuan sama mang Udin." Ibrahim menginstruksi Kimora.
Tapi sebelum naik dan bersembunyi di antara sayuran, Kimora menitipkan Ibunya kepada Darman.
"Dar,,, titip Ibuku ya, sehabis ini kamu langsung temui Ibu dan kabari aku bagaimana keadaannya." Kimora sangat mengkhawatirkan lbunya.
"Iya kamu tenang aja, aku pasti akan jaga Ibumu, kamu hati-hati ya! disini jangan lupa kabari kami tentang keadaan kamu disana nanti!" Seru Darman.
Kimora dan Darman berpelukan sebagai pelukan perpisahan.
Ibrahim sangat kesal dibuatnya.
"Ciik..!" Ibrahim berdecak kesal.
"Ayolah buruan, gak usah drama." Sepertinya Ibrahim tidak rela Kimora berpelukan dengan Darman.
Kemudian Kimora mengurai pelukannya dan segera naik keatas mobil bak yang sudah dipenuhi muatan beragam sayuran.
"Sudah dibuat lama menunggu, harus lihat berpelukan lagi! Bikin makin panas aja hati ku." Ibrahim ngedumel sendiri.
"Eeh sirik aja lu…!" Darman menimpali.
Tapi Ibrahim tidak membalasnya lagi, karena dia sudah ambil posisi naik ke atas mobil menyusul Kimora dan duduk bersama Kimora menemaninya.
Karena tidak mungkin Ibrahim membiarkan Kimora sendiri di belakang mobil pick up itu dan hampir tertimbun sayuran.
"Iim jadi gak nih…!" Teriak mang Udin yang sedari tadi duduk di bangku kemudi, karena sudah siap berangkat.
"Jadi mang… ayo gas poll!" Ibrahim kembali berteriak menimpali mamangnya.
"Loh kok kamu malah duduk di belakang sih Im! Bukan di sini di depan temenin mamang." Seru mang Udin, tidak menyangka Ibrahim malah memilih untuk duduk di belakang, karena mang Udin tidak tahu sama sekali kalau ada Kimora juga di belakang mobilnya.
"Iya mang aku di sini aja, lebih enak disini kok mang!" Sahut Ibrahim lagi.
"Ya Udahlah terserah kamu." Mang Udin pasrah, Lalu segera melajukan mobilnya.
Kimora melambangkan tangan ke arah Darman, tanda perpisahan.
Darman pun membalas dengan kembali melambaikan tangannya.
Sedangkan Ibrahim malah menjulurkan lidahnya ke arah Darman bermaksud meledek Darman.
Itu hal biasa yang sering Darman dan Ibrahim lakukan, berguyon untuk saling meledek.
"Selamat jalan Kimora… semoga disana kamu bisa menemukan kebahagiaanmu…" Ucap Darman lirih melepas kepergian sahabat tercantiknya.
Padahal antara Darman dan Ibrahim mereka pun menyimpan perasaan kepada Kimora, tapi mereka sudah berkomitmen tidak boleh ada rasa cinta di antara mereka, karena itu hanya akan merusak persahabatan mereka.
Dan keduanya memilih untuk memendam perasaan mereka masing-masing.
Kimora sendiri tidak pernah menunjukkan rasa untuk membalas perasaan kedua sahabatnya.
Kimora selalu bersikap sewajarnya kepada keduanya, karena Kimora memang tidak pernah menyimpan perasaan lebih kepada kedua sahabatnya selain rasa persahabatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Sky darkness
masih ada ya orang kek gitu
2023-04-05
2
Women-Stars🍁 Al-Zha
idiih gila, loe pikir Kimora cewek apaan ,, ih dasar Pak Hasan ini, ntar gue masukan karung nanti
2023-03-31
0
Flo-She
oh sahabat hehe masa' sih hehe
2023-03-31
1