"Enak.." Dara makan dengan lahap dari suapan tangan Bang Naru.
Yesha yang tau makanan itu adalah daging biawak awalnya menolak, tapi setelah Bang Risang membujuknya.. ternyata Yesha mampu beradaptasi dengan rasanya.
"Ijin Dan.. ini masih ada selimut di gudang logistik." Om Khatam menyerahkan dua lembar selimut pada Bang Risang.
"Terima kasih ya Tam, satu saja cukup. Kamu makan dulu. Masih banyak nih lauknya." Ajak Bang Risang.
"Siap.. terima kasih banyak Dan. Bukannya saya menolak tapi tadi memang saya baru saja makan malam. Perut saya masih penuh" tolak Om Khatam dengan sopan.
"Ya sudah, terserah kamu saja lah."
"Mau tambah lagi nggak?" Bang Naru menawari Dara makan lagi.
Dara hanya mengangguk sedangkan Yesha sudah tidak mau makan lagi.
"Siaaap.. Mas suapin lagi..!!"
...
Malam sudah sangat larut dan waktunya mereka untuk tidur.
"Rasa dagingnya sih enak Mas, seperti daging ayam tapi ada aroma apaaaa gitu." Kata Dara.
"Mau lagi?" Tanya Bang Naru.
"Itu daging apa Mas?"
"Daging biawak."
"Astagfirullah Maas..!!" Dara rasanya ingin muntah, tapi makanan tersebut sudah menyatu dengan kerongkongan dan lambungnya.
"Hahahaha... Sekali-kali nakal lah dek."
//
Angin berderu sangat kencang hingga pohon pun ikut meliuk dan terseret seiring dengan arah angin.
Suara rumah berdinding kayu pun rasanya nyaris roboh di terpa angin.
"Maass.. rumah ini aman nggak sih?" Tanya Yesha dengan cemas.
"Aman.. rumah panggung dari kayu seperti ini semua aman."
"Tapi rasanya goyang Mas." Jawab Bang Risang.
"Nggak apa-apa. Tenang saja.. ada Mas Ris..!!" Bang Risang yang sebenarnya mulai mengantuk masih menganggapi pertanyaan sang istri.
"Seingat Yesha, dulu Papa pernah berdinas di daerah semacam ini.. tapi rumahnya nggak panggung Mas. Setengah bagian terbuat dari tembok dan setengahnya lagi dari kayu. Rumah dinas Papa Yesha tetap berdiri di atas tanah." Kata Yesha.
Bang Risang tersenyum geli mendengar cerita sang istri. "Memangnya rumah ini mengapung di atas sungai. Rumah ini khan juga tiang sangganya ada di atas tanah."
"Bukan Mas, Yesha takut rumah ini roboh."
Seakan tau keresahan Yesha, Bang Risang semakin mengeratkan pelukannya. "Maaf Mas membuatmu susah harus menemani Mas di tempat seperti ini. Mas janji suatu saat akan memberimu tempat tinggal yang layak, meskipun tidak besar tapi nyaman untuk kamu tinggali."
"Iya Mas, Yesha tau kok. Yesha nggak susah, hanya masih takut saja." Jawab Yesha.
"Siniii.. Mas tidurnya menghadap Mas Ris..!!" Pinta Bang Risang. Secepatnya Bang Risang menyambar bibir Yesha karena rasa panas tiba-tiba menyerang sekujur tubuhnya.
***
Erangan panjang terdengar dari Bang Naru. Seketika tubuhnya rileks hingga dirinya merasa mengantuk dan tertidur.
"Maas..!!" Dara cemberut karena Bang Naru tertidur sembari memeluknya. "Maass..!!" Dara pun lalu menggulingkan tubuh Bang Naru, tubuh suaminya benar-benar membuat tubuhnya ikut tertekan.
"Kenapa dek?"
"Kenapa Mas malah tidur??" Protes Dara.
"Sabar to dek. Mas nafas dulu. Pinggang patah, lutut sakit" ucapnya mengeluh.
"Siapa yang minta Mas nggak berhenti. Mas sendiri khan yang mau lanjut..!!"
"Iyaaa.. Mas yang mau. Jangan ngambek ya..!!" Bujuknya.
-_-_-_-_-_-
"Aaahh.." Pagi hari terdengar suara ribut di dapur rumah Bang Risang sampai membuat Bang Risang tersentak kaget.
"Allahu Akbar.. dek..!!!" Bang Risang segera berlari menuju dapur. "Ada apa??"
"Tolong Maass..!!" Pekik Yesha yang baru saja memanaskan minyak goreng di atas penggorengan namun minyaknya belum juga tenang.
"Sabar.. tunggu minyaknya 'diam' baru masukkan telurnya..!!" Dengan sabar namun menahan tawa geli Bang Risang mengajari Yesha untuk memahami area perdapuran.
Yesha berkonsentrasi penuh mengikuti arahan sang mentor, ia mengambil sebutir telur lalu segera memecahkannya.
Plook..
"Deeekk.. telurnya yang masuk wajan, bukan kulitnya..!!" Bang Risang sampai ikut kelabakan karena Yesha membuang isi telur pada bak sampah dan melempar cangkang telur pada penggorengan.
"Aaaaaaa.... Panaaass..!! Yesha nggak bisa Mas. Sakiitt kena tangan..!!" Pekik Yesha.
"Ya ampun, ini hanya kena sedikit minyak. Kenapa heboh sekali??" Secepatnya Bang Risang mengusap tangan Yesha dan meniupnya.
"Sakiiiiit..!!"
'Astaga.. perkara cipratan minyak saja heboh begini. Bagaimana kalau Yesha melahirkan seperti mama melahirkan Ayana dulu?'
"Sinii.. Mas olesin obat luka bakar." Bang Risang membawa Yesha untuk duduk di kursi makan. Hal kecil saja bisa jadi besar kalau sudah berurusan dengan putri raja. Dirinya harus maklum merasakan setiap pembelajaran dan perubahan dari sang istri.
Yesha menunduk menghapus tangisnya. "Bawa si mbok kesini ya Mas..!!" Pinta Yesha.
"Nggak bisa dek, kamu harus belajar menjadi istri Mas. Pelan-pelan saja. Mas akan sabar menunggu sampai kamu bisa semua kecuali kamu nggak mau berusaha." Kata Bang Risang.
"Yesha nggak bisa apa-apa Mas, bahkan hal yang sepele mencuci piring pun Yesha nggak bisa." Ucapnya sampai putus asa.
Bang Risang mengambil duduk di samping Yesha. "Kamu pilihan Mas dan Mas nggak masalah dengan semua itu. Kamu tau.. Mas juga nggak bisa jalan jongkok sampai menghaturkan sembah bakti pada orang lain, Mas juga nggak bisa ngomong serba di atur dan lemah lembut karena Mas biasa teriakin orang." Jawab Bang Risang.
"Ini bisa."
Bang Risang mendekatkan wajahnya di telinga Yesha. "Sama istri beda donk..!!" Bang Risang mengusap paha Yesha. "Mas nggak akan melawan, pasrah, terserah apa katamu, di jungkir balik istri ya manut."
"Maaaass.. semalam sudah banyak lho. Masa kurang??" Protes Yesha.
Bang Risang tersenyum geli melihat sang istri yang manyun karena tau dirinya sudah kembali mode siap tempur.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Iis Cah Solo
😂😂😂😂....siap tempur lagi
2023-10-02
0
Tiffany_Afnan
aaaahhh... ciat ciat ciaatt... ayoklaaahh klo mau jungkir balik bang.. mode helikopter yaak 🙈😝🤭
2023-02-11
2
Yane Kemal
Ha ha ha
2023-02-11
1