1. Menyetarakan diri.

"Jangan ikut campur Pak..!!" Kata salah seorang yang menyergap gadis itu.

Gadis itu menyentuh tangan pria pemberani tersebut kemudian beralih duduk di samping pria tersebut.

Merasa gadis disampingnya sedang terancam. Bang Naru pun segera memasang badan melindungi gadis tersebut.

"Turun dimana? Siapa namamu??" Bisik Bang Naru.

"Dara.. Namaku Dara. Kalau Kangmas?" Dara balik bertanya.

"Naru nama panggung saya.. tapi kawanku suka memanggilku dengan nama Rebe." Jawab Bang Naru. "Turun dimana? Cepat jawab..!!" Bang Naru mengulang pertanyaan karena Dara belum menjawabnya.

"Nggak tau, Dara nggak punya tujuan. Dara kabur karena di paksa menikah sama Romo.

Bang Naru mengeryit dahi. "Romo? Maksudmu bapak??"

Dara mengangguk sembari menyembunyikan wajahnya di balik bahu Bang Naru.

"Sebenarnya kamu siapa??" Tanya Bang Naru.

"Siapa apanya? Dara hanya perempuan yang kabur." Jawab Dara mulai resah.

"Jangan bohong..!!" Bang Naru menatap mata Dara dengan tajam.

"Daraa.. Sekar Kedaton Baginda Sultan Hasim."

"Innalilahi.. putri Raja." Dada Bang Naru seketika langsung terasa sesak.

Bus berhenti tiba-tiba. Beberapa buah mobil menyorot mobil dan puluhan orang memakai jas dan bersenjata turun dari mobil.

"Turun.. bus ini sudah terkepung..!!!" Teriak di luar sana.

~

Dua orang memakai pakaian pengamanan lengkap menarik kerah jaket Bang Naru lalu menjegalnya sampai berlutut.

Saat sedang menggeledah, betapa terkejutnya mereka ketika menemukan pistol di pinggang Bang Naru. Seluruh abdi dalem yang sudah bertransisi modern menjadi bodyguard mengacungkan senjata ke arah Bang Naru.

"Perhatian.. pria yang membawa lari ndoro ayu sedang membawa pistol..!!"

Dara ketakutan setengah mati. Merasa semua masalah ini karena ulahnya. Ia pun berlari menunduk dan memeluk Bang Naru. "Tolong jangan apa-apakan Kangmas. Kangmas ini....."

Para bodyguard menunggu jawaban ndoro ayu yang masih terbata-bata. Mereka pun takut bersikap jika sudah berhubungan dengan keluarga sultan. "Nuwun sewu.. Ada apa ndoro ayu???"

"Kangmas Naru...."

...

"Edaaaann.. kowe di didik Romo mu ini untuk menjadi perempuan yang santun dan bermartabat. Romo nggak pernah ajarkan kamu pacaran. Seluruh jodoh Sekar Kedaton adalah pilihan Sultan." Bentak Romo Sultan. "Tidak hanya calon istri ndoro mas, calon suami ndoro ayu juga harus di seleksi bibit bobot bebet nya. Tidak ada laki-laki yang betah hanya dengan satu istri, termasuk Romo mu ini. Tapi Romo ingin mematahkan asumsi itu bukan hanya karena status sosial, tapi memang karena kesadaran dirinya hanya ingin punya satu istri. Romo mu ini takut melihatmu menangis karena suamimu menikah lagi ndhuk.. cah ayu. Bundamu yang dulu sering menangis sudah membuat Romo kapok. Jangan sampai kamu mengalami hal yang sama..!!!!"

"Tapi sekarang bukan jaman perjodohan Romoo..!!"

"Memang bukan, tapi Romo ingin anak gadis Romo bahagia. Ini juga aturan kesultanan sejak lama." Kata Romo Sultan Hasim.

"Saya akan menjaga Dara sebaik mungkin..!!" Entah dorongan apa yang membuat Bang Naru berdiri dan lantang membuka suaranya.

"Lancang Kowe. Panggil Dinda Dara..!!" Kini Romo Sultan Hasim membentak Bang Naru.

Dara menarik tangan Bang Naru. "Kangmas duduk bersimpuh..!! Disini masih menganut adat kuno dan tradisi kuno..!!" Bisik Dara.

"Kowe lancang nresnani pucuk mawarku. Kowe duwe bondo opo????" Romo Sultan Hasim menatap tegas mata Bang Naru.

"Laki-laki tidak berjanji untuk memikat hati wanita. Apa yang saya miliki hanyalah titipan. Kita tidak bisa pasrah dengan manusia, tapi Allah yang menjamin bahwa jodoh adalah bagian dari do'a sepertiga malam. Jika dalam hal ini Kanjeng Sultan yakini hal itu.. maka bisa jadi saya adalah bagian dari sepertiga malam Kanjeng Sultan, Kanjeng ratu atau mungkin Dinda Dara."

"Sombong tenan. Apa pekerjaanmu??"

"Saya juga abdi dalem."

"Antek-antek juga kau rupanya..!!" Suara Romo Sultan semakin meninggi.

Masih dalam suasana panas. Ada seorang abdi dalem mendekati Kanjeng Sultan Hasim lalu membisikan sesuatu.

"Tenan kuwi??????" Kanjeng Romo lumayan kaget tapi masih bisa menguasai diri.

"Injih paduka."

Mata Kanjeng Sultan Hasim menatap wajah Bang Naru dan Dara secara bergantian.

"Ternyata kowe memang abdi dalem. Hubungan kalian tidak bisa lanjut. Dara sudah terbiasa bahagia dengan segala kemewahan dari saya Romonya. Abdi dalem milik negara tidak bisa membahagiakan putri saya..!!" Ucap tegas Romo Sultan.

Bang Naru sejenak memejamkan matanya menelan pahit untuk kesekian kalinya dirinya harus mendengar kata menyesakkan dada.

"Mungkin saya tidak bisa menghujani Dinda Dara dengan banyaknya uang, tapi saya akan mencintainya dengan jiwa raga saya." Jawab Bang Naru.

"Wanita tidak akan bahagia tanpa uang." Sergah Romo Sultan Hasim.

"Apakah uang Kanjeng Sultan mampu menghentikan tangis Kanjeng Ratu?" Bang Naru balik menyerang.

"Lancang Kowe..!!!! Heeeii abdi dalem.. hajar bocah kuwi..!!"

"Ampun Romooo.. jangan sakiti Kangmas..!!" Jerit Dara sampai menangis memeluk Bang Naru.

Bang Naru pun tertegun, baru kali ini dirinya melihat ada seorang gadis yang menangisinya sampai seperti ini. Hatinya trenyuh dan tersentuh.

"Minggir kamu ndhuk..!!!"

"Jangan sakiti Kangmas..!!!" Semakin erat Dara memeluk Bang Naru.

"Jangan nangis Dinda. Mas Naru pasti baik-baik saja. Kamu mau kalau kita nikah? Kalau kamu bersedia.. Mas akan perjuangkan untuk kita..!!" Bisik Bang Naru sembari menghapus air mata Dara.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Yane Kemal

Yane Kemal

Kerennnn

2023-02-11

2

Keysya Abelia

Keysya Abelia

maaf ya tor aku pembaca semua novel yang ditulis author tapi maaf banyak novel tidak sampai tamat seharusnya selesaikan sampai ending baru tulis karya baru🙏

2023-02-11

3

Lili Suryani Yahya

Lili Suryani Yahya

Walaaaahhhh ga tenangggg

2023-02-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!