Ternyata Dia

Setelah 1 jam, Rachel melihat semua data dari Knight Company yang diberikan oleh sekretarisnya. Dia tampak diam saat membaca semua laporan itu. Dia pun mengetahui bahwa perusahaan itu sebenarnya tidak perlu bertemu dengan mereka dan mereka juga tidak punya jadwal meeting dengan perusahaan itu.

Itu semua adalah ulah seseorang yang melakukannya di bawah nama Knight Company.

'Hebat sekali. Ayo kita lihat siapa yang mempunyai keberanian untuk melakukan hal ini.' ucap Rachel dalam hati.

Rachel lalu melihat ke arah jam yang ada di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 12.10 siang. Dia pun berdiri untuk pergi menghadiri meeting dengan para anggota di perusahaannya. Lia sekretarisnya dan Liam, mengikuti dirinya ke arah ruangan meeting.

Pintu dari ruangan meeting dibuka oleh Rachel dan saat dia masuk ke dalam bersama dengan Lia sekretarisnya dan juga Liam, semua orang yang ada di ruangan meeting itu menunjukkan sebuah senyuman di wajah mereka yang begitu jelas menunjukkan kepuasan dalam diri mereka.

Meeting pun dimulai saat seorang anggota mulai bicara.

"Nona Rachel kami akan bicara tentang rencana baru kami. Tapi sebelum itu, kami ingin merayakan tentang perkembangan mulus anda. Kami semua begitu bahagia dengan anda sebagai CEO. Jadi kami harap bahwa anda bisa mempertimbangkan permintaan kami nantinya."

Rachel tersenyum.

"Baiklah, tapi aku akan menyiapkan itu lebih dulu dan sekarang ayo kita bicarakan tentang projects selanjutnya." Ucap Rachel.

Meeting pun akhirnya berakhir dengan lancar dan memperlihatkan kepuasan dari para anggota yang hadir disana. Rachel lalu bergegas menuju kantin bersama dengan Liam untuk makan siang.

Semua staf yang bekerja di perusahaan itu menghormati Rachel dan mereka juga mengagumi Rachel.

Rachel dan Liam pun mulai membicarakan tentang siapa orang yang mungkin menghubungi mereka untuk sebuah meeting dengan menggunakan nama Knight Company. Akhirnya mereka berdua pun bersiap untuk pergi dan bertemu dan melihat apa yang orang itu inginkan dari mereka.

Mereka akhirnya menyelesaikan makan siang mereka dan menyelesaikan semua urusan perusahaan. Mereka berdua lalu pergi ke area parkir dan masuk ke dalam mobil Rachel.

Tempat meeting itu berada di hotel Starlight. Orang yang akan mereka temui itu sudah membooking seluruh hotel dan orang itu tampak tidak sabar menunggu CEO dari Miller Group untuk tiba di sana.

Rachel dan Liam tiba di hotel itu dan berjalan masuk ke area resepsionis dari hotel itu. Saat itu keduanya sama-sama memikirkan siapa sebenarnya orang yang ingin bertemu dengan mereka dan apa yang dia inginkan dari mereka.

Liam dan Rachel dituntun oleh seorang staf dari hotel itu menuju tempat di mana orang yang akan mereka temui itu tengah menunggu mereka berdua.

Tangan orang itu tampak berkeringat karena gugup menunggu kedatangan CEO dari Miller Group.

Liam dan Rachel lalu dituntun menuju sebuah pintu kaca. Dari pintu kaca itu, mereka berdua bisa melihat orang yang menunggu mereka itu adalah seorang pria. Liam tidak mengenal pria itu yang tengah duduk karena posisinya membelakangi mereka. Tapi Rachel tahu benar identitas dari pria itu, meski dia hanya bisa melihat punggung pria itu.

Di sana juga ada seorang wanita yang hadir bersama dengan pria itu. Tapi Rachel dan Liam tidak bisa melihat wanita itu karena dia tertutupi tembok. Tapi Rachel sudah melihat mereka berdua dengan sangat jelas. Dia pun mengatakan kepada Liam bahwa dia akan pergi ke toilet dan dia pun memutuskan meninggalkan orang itu yang sudah menunggu mereka.

"Kau pergi dan bicaralah dengan mereka. Aku akan berada di dalam mobil dan tetaplah menghubungi aku melalui earphone bluetooth mu. Jangan katakan apapun dan pergilah." Ucap Rachel.

Rachel lalu pergi meninggalkan hotel itu dan masuk lalu duduk di dalam mobilnya, kemudian dia mulai menelpon untuk saling berhubungan dengan Liam.

Liam lalu mengikuti ucapan Rachel dan masuk ke dalam ruangan itu. Dia mengambil nafas dalam dan masuk. Dia tidak tahu kenapa, tapi dia merasa ada hal yang salah yang akan terjadi.

Dia pun mendekat ke arah pria itu dan dia langsung begitu terkejut melihat wajah dari pria itu.

" KAU....!" Ucap Liam.

Farel berdiri dan menjulurkan tangannya. Rachel kemudian bicara melalui earphone yang tersambung di telinga Liam.

"Jangan lakukan hal bodoh Liam. Bicaralah dengannya dan lihat apa yang ingin dia lakukan atau bersiaplah untuk menghandle perusahaan sendirian."

Liam kemudian berusaha menenangkan emosinya dan duduk di depan Farel tanpa menjabat tangannya. Farel pun duduk dengan canggung dan meminta pelayan untuk membawakan beberapa makanan.

"Tuan Liam, aku tidak mau membawa masalah pribadi kita dalam hal bisnis. Aku hanya ingin menanyakan kepadamu kenapa kau menolak untuk melanjutkan proyek yang sudah kita diskusikan sebelumnya." Ucap Farel.

Farel tengah membicarakan tentang proyek yang sudah mereka diskusikan sebelum insiden itu terjadi. Mereka sudah setuju saat pertemuan hari itu dan ini adalah pertemuan untuk pembahasan kedua kalinya bagi mereka.

"Tuan Farel, sepertinya kau tidak mengetahui apa yang terjadi dengan proyek kita. Setelah insiden itu terjadi, kami secara pribadi sudah mengirim seseorang ke perusahaan mu dengan dokumen yang dibutuhkan untuk meminta tanda tanganmu. Tapi saat orang kami kembali, dia menginformasikan kepada kami bahwa Nona Luna yang mengatasnamakan dirimu berkata, bahwa perusahaan mu tidak merasa puas dengan keuntungan yang akan kau terima. Jadi kau ingin menaikkan keuntungan itu. Kami menolak untuk melakukannya dan dia pun mengatakan bahwa kerjasama itu berakhir. Jadi itu bukan salah kami. Aku hanya menyarankan kepadamu untuk mengetahui situasi sebelum menyalahkan seseorang." Ucap Liam mengatakan tentang projects kerja sama mereka, tapi Liam juga mengatakan semua itu untuk insiden yang sudah terjadi.

Farel terdiam sesaat dan kembali bicara.

"Kenapa kau berpikir bahwa aku akan mempercayainya?" Ucap Farel.

Mendengarkan hal itu Liam pun lalu menelepon seseorang.

"Tolong kirimkan padaku rekaman meeting terakhir bersama dengan Tuan Farel." Ucap Liam.

Dia lalu menaruh ponselnya di atas meja. Kurang dari 1 menit, sebuah pesan muncul di ponsel Liam. Dia pun membuka ponselnya dan memutar sebuah video.

Setelah melihat video itu, Farel merasa begitu bodoh karena apa yang dikatakan Liam memang kenyataannya adalah benar.

Sebelum berdiri dan hendak pergi, Liam pun berkata, "aku menyarankan kepadamu untuk bicara dengan Nona Luna. Tapi jangan katakan kepadanya tentang video ini atau kau akan mengetahui kebenarannya. Aku harap kau bisa mendapatkan sesuatu atau mengerti akan sesuatu." Ucap Liam begitu serius.

Setelah mengatakan hal itu, Liam pun lalu pergi meninggalkan Farel yang berdiri sendirian.

Bersambung...

Episodes
Episodes

Updated 63 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!