Siska terkejut ketika dia melihat ada Farel di antara semua orang yang hadir di dalam ruangan meeting tersebut.
" Kenapa?" tanya Siska gugup sambil terus menatap kepada Farel yang sekarang bahkan mendekatinya.
" Orang aneh katamu?" tanya Farel sambil terus mendekati Siska yang mulai gugup.
" Mau apa kau?" tanya Siska mundur agar menjauh dari Farel yang semakin mendekatinya.
Sementara itu orang-orang yang hadir di dalam ruangan rapat kini sudah dibubarkan oleh Restu Handoyo. Karena dia tidak mau kalau peserta yang lain melihat ketegangan di antara Siska dan Farel yang saat ini tampak sedang berdebat.
" Kalian berdua sudah saling mengenal?" tanya restu kepada Siska dan Farel yang saat ini sedang saling menetap satu sama lain.
" TIDAK!" teriak mereka berdua bersamaan dan mengagetkan semua orang yang masih ada di dalam sana.
Steven tampak mendekati Siska dan menarik tangannya untuk keluar dari ruangan meeting. akan tetapi Farel tidak mau kalah dia pun menarik tangan Siska berusaha untuk mempertahankannya.
" Ayo kita pulang saja!" ucap Steven berusaha menarik tangan Siska.
" Aku belum selesai bicara dengannya. Lepaskan dia! Kamu kalau mau pergi, pergi saja!" Ucap Farel masih bersikeras untuk menahan Siska di dekatnya.
Akan tetapi siska berusaha untuk menghempaskan tangan Farel dan tidak mau berada di dekatnya.
" Mau kamu apa sih sebetulnya? Cepat kau lepaskan aku! Aku tidak mau menerima perjodohan itu. Paman Adrian yang akan menjadi CEO di perusahaan ini. Jadi kau tidak usah bermimpi untuk bisa menjadi suamiku! Kalau kau ingin menguasai perusahaan ini dengan menikahiku, maka itu hanya akan menjadi mimpimu saja. Sekarang Paman Adrian yang akan menjadi CEO di perusahaan ini. Silakan kau menikah dengannya saja!" ucap Siska kemudian berlalu dari hadapan Farel mengikuti Steven yang sejak tadi terus menarik tangannya untuk meninggalkan ruang meeting.
" Dasar gadis urakan yang sangat kurang ajar! Berani-beraninya dia menyuruhku untuk menikah dengan seorang laki-laki!" ucap Farel sambil berlari untuk mengejar Siska yang sudah masuk ke dalam mobil Steven dan meninggalkan perusahaan.
Farel langsung naik ke dalam mobilnya dan meninggalkan asistennya yang tampak melongok karena dia ditinggalkan begitu saja di perusahaan Prayogo Group.
" Atasanmu itu benar-benar sudah menggila. Apa yang dia lakukan dengan melakukan hal konyol seperti itu?" tanya Restu Handoyo ketika dia sudah keluar dari perusahaan Prayoga group.
Sementara itu Andi Prayoga hanya bisa menatap kepergian Siska dan Steven dari hadapannya.
" Pah Saya tidak ingin menjadi CEO dari perusahaan ini. Saya ingin segera kembali ke Bandung." ucap Adrian berbicara kepada ayahnya.
Andi Prayoga tampak menarik nafasnya dengan dalam. Wajahnya yang sudah tua tampak semakin mengkerut karena banyak pikiran yang harus dia pikirkan saat ini. Mengenai cucunya dan juga wasiat dari putranya yang sudah meninggal untuk bisa menjodohkan Siska dengan Farel.
" Apakah ada sesuatu yang mengganggu papa kenapa Papa sepertinya sangat pusing sekali?" tanya Adrian ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
" Almarhum kakakmu meminta kepada Papa untuk menjodohkan Siska dengan Farel. Pasti karena mempunyai sesuatu hal yang sedang dia inginkan. Tetapi lihatlah, keponakanmu jangankan mau menikah dengannya. Baru melihatnya saja sudah seperti melihat musuh bebuyutan. Wasiat itu pasti akan menjadi sesuatu yang sangat berat untuk kita bisa mewujudkannya!" ucapan di Prayoga sambil memijat pelipisnya yang dari tadi terus berdenyut nyeri.
" Papa baik-baik saja?" tanya Adrian khawatir.
Andi Prayoga hanya menganggukkan kepalanya Karena dia benar-benar sudah bisa menahan rasa pusing yang ada di kepalanya hingga akhirnya dia pun jatuh pingsan.
Adrian rasa panik ketika melihat ayahnya yang tiba-tiba hilang kesadaran.
" Pak kita bawa Papaku ke rumah sakit!" perintah Adrian kepada sopir pribadi mereka.
Sementara itu Adrian segera menghubungi Steven dan Siska. Dia memberi kabar kepada mereka tentang keadaan ayahnya yang sekarang masuk ke rumah sakit.
" Steven cepat kau bawa Siska ke rumah sakit karena sekarang papa dalam keadaan kritis!" ucap Adrian mengabarkan keadaan ayahnya kepada adik bungsunya yang saat ini berada di sebuah kafe bersama dengan Siska.
Steven melihat Siska yang masih uring-uringan sejak mereka meninggalkan perusahaan.
" Ada apa Paman?" tanya Siska merasa heran dengan wajah pamannya yang sekarang tampak sedih.
Keadaan Cafe sekarang mulai agak sepi, karena hari yang sudah mulai sore. Banyak para pengunjung yang sudah kembali ke rumah mereka masing-masing.
" Kakekmu sekarang berada di rumah sakit kakakku meminta kita untuk segera ke sana!" ucap Steven sambil menghabiskan minuman yang ada di hadapannya.
Siska tampak ragu untuk pergi dan mengikuti pamannya ke rumah sakit, dan mengunjungi sang kakek di sana.
" Aku hanya khawatir saja, kalau itu hanya kebohongan yang diciptakan oleh Kakek untuk memaksaku menikah dengan Farel Handoyo!" ucap Siska terlihat lesu.
Steven memikirkan apa yang dikatakan oleh keponakannya. Tetapi dia kemudian langsung menggelengkan kepalanya karena dia menolak pernyataan Siska.
" Kakekmu itu mempunyai riwayat penyakit jantung. Jadi dia memang tidak bisa menerima berita yang mengejutkan begitu. Meninggalnya papamu sudah merupakan pukulan berat baginya. Apalagi sekarang Papa harus menerima kenyataan kalau kamu menolak Perjodohan dan jabatanmu sebagai CEO di perusahaan Prayoga group milik ayahmu. Aku bisa membayangkan perasaan Papaku saat ini pasti sangat hancur!" ucap Steven sambil menatap keponakannya yang sekarang sedang menelungkupkan wajahnya di atas meja.
" Siska juga tidak tahu kenapa kakek dan juga Papa menginginkanku untuk menikah dengan Farel. Padahal kami sebelum ini tidak saling mengenal satu sama lain. Aku yakin kalau meninggalnya papa itu adalah sesuatu yang sangat ganjil dan aneh. Paman merasa tidak sih? Kalau meninggalnya Papa sama Mama itu begitu tiba-tiba." ucap Siska memberikan analisisnya kepada sang Paman yang terus menetapnya dengan penuh rasa penasaran.
" Pihak kepolisian sudah menyelidiki kecelakaan itu dan hasilnya adalah murni sebuah kecelakaan. Tidak ada indikasi bahwa itu adalah perbuatan orang jahat yang sengaja menciptakan kecelakaan untuk membunuh kedua orang tuamu!" ucap Steven menerangkan hasil penyelidikan polisi kepada Siska yang masih sedih.
Siska kemudian bangkit dari tempat duduknya dan mengajak pamannya untuk menengok sang kakek yang ada di rumah sakit.
" Ayolah paman kita ke rumah sakit saja. Jenguk Kakek. Jangan sampai nanti kenapa-napa dengan kakek. Pada akhirnya kita yang akan menyesal!" ucap Siska dengan lesu dan kemudian mengikuti Steven untuk pergi ke rumah sakit.
" Semoga saja kakek merubah keputusannya untuk menikahkanku dengan Farel!" doa Siska dengan penuh pengharapan.
" Kenapa sih kamu bilang kalau Farel itu orang yang aneh? Apa kau belum menceritakan sesuatu kepada pamanmu?" tanya Steven heran sekali dengan sikap keponakannya yang terlalu frontal kepada Farel yang baru dia ketemui tadi pagi.
Siska kemudian memberikan ponselnya kepada pamannya.
" Lihatlah paman!" ucap Siska sambil menunjukkan ponselnya kepada Steven.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments